Kita harus fokus dan bersandar kepada Tuhan adalah solusi terbaik jika kita mau menyelesaikan segala sesuatu yang terjadi dalam hidup ini selain kita juga harus berupaya semaksimal sesuai talenta dan bagian yang menjadi tanggung-jawab kita masing-masing.
Apa yang terjadi pada ke sebelas murid Yesus yang sering melihat dan mengalami berkali-kali mukjijat yang dibuat Yesus namun berkali-kali pula iman mereka jatuh bangun.
Baru saja menyaksikan mukjijat penggandaan 5 roti dan 2 ikan yang mampu memberi makan lebih 5000 orang, bahkan masih ada sisanya 12 bakul.
Dan ketika Yesus tidak bersama dengan mereka dalam perahu dan terjadi angin sakal, iman mereka tergoncang. Demikian juga yang sering kita alami di kehidupan kita.
Berulang kali kita menerima anugerah kasih Tuhan berupa berkat jasmani maupun berkat rohani namun ketika muncul satu persoalan hidup, kita menjadi panik dan iman kita menjadi kerdil. Biasanya persoalan hidup yang sering membuat kita ketar-ketir adalah menyangkut masalah keuangan.
Ada 2 (dua) respon dari harta yang ada pada kita, yaitu :
Respon Pertama
Ketika persediaan keuangan kita masih cukup apalagi berkelebihan terasa hidup ini indah sekali dan tidak jarang sebagian orang menjadi terlalu percaya diri (=over-confident) dan cenderung mengklaim harta yang ada padanya adalah hasil jerih payahnya sehingga tanpa disadari mulai menjauh dari ketergantungan kepada Tuhan.
Ke gereja seminggu sekali saja sudah mulai ditinggalkan karena kalah oleh kepentingan "meeting bisnis" yang lebih berguna baginya apalagi menyediakan waktu membaca Injil dan bacaan rohani lainnya dan berdoa mendadak menjadi sesuatu mubazir dalam hidupnya.
Ingatlah apa yang dikatakan firman berikut ini :
Ulangan 8:17-18a
Maka janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan
Respon Kedua
Ketika persediaan keuangan kita sudah menipis apalagi sudah minus hidup ini terasa berat sekali dan segala sesuatu yang ada disekitar kita terasa sangat tidak menyenangkan dan sepanjang hari diliputi kekhawatiran,kebimbangan, keputus-asaan,ketakutan,kesedihan dan pada akhirnya ketidak-percayaan lagi kepada Tuhan.
Sebelumnya rajin ke gereja seminggu sekali, bahkan rajin berdoa, membaca firman, ikut pendalaman iman melalui persekutuan doa, aktif dalam pelayanan namun tanpa disadari mulai meninggalkan semuanya itu dan terasa mubazir saja karena kecewa kepada Tuhan.
Mulai mengklaim kepada Tuhan, manakah janjiMU ? dan kata-kata "mengapa, Tuhan"
seringkali mendayu-dayu diucapkan hampir setiap saat.
- mengapa Tuhan, orang lain jelas-jelas korupsi dan menjalankan bisnisnya menyuap sana-sini dan melakukan pekerjaan memanipulasi -> keuangan mereka semakin bertambah dan berkelimpahan
- mengapa Tuhan, orang lain jarang ke gereja bahkan paling hanya ke gereja saat natal dan paskah (makanya gereja lebih penuh sesak saat natal dan paskah) keluarga mereka sehat-sehat saja sedangkan kami yang rajin dan tekun beribadah sering mengalami sakit penyakit ... baru saja sembuh dari demam berdarah, sekarang masuk rumah sakit lagi kena penyakit tipus.
- mengapa Tuhan, orang lain pintar ngomong bahkan tidak jarang menjilat orang tetapi karir mereka sukses dan sering dipuji banyak orang sedangkan kami sering tersisihkan dan luput dari perhatian orang lain apalagi mengharapkan dapat pujian ibaratnya bagaikan pungguk merindukan bulan.
- mengapa Tuhan, orang lain begitu mudahnya mendapat rejeki sedangkan kami sudah bekerja siang-malam bahkan meninggalkan anak-anak kami sama pembantu tetapi penghasilan kami tetap saja tidak mencukupi kebutuhan sebulan. dan masih banyak mengapa lainnya dan mengeluh ... mengapa ya Tuhan semua ini harus terjadi pada diri kami?
Mazmur 22:1-2
Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku? Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku. Allahku, aku berseru-seru pada waktu siang, tetapi Engkau tidak menjawab, dan pada waktu malam, tetapi tidak juga aku tenang.
Mazmur 13:1-3
Berapa lama lagi, TUHAN, Kaulupakan aku terus-menerus?
Berapa lama lagi Kausembunyikan wajah-Mu terhadap aku?
Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku?
Pandanglah kiranya, jawablah aku, ya TUHAN, Allahku!
Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati.
Pada bagian inilah yang paling banyak dialami oleh sebagian orang beriman yang sering menjadi pertanyaan : apa yang menjadi penyebab kehidupan orang beriman "seringkali mengalami kekalahan" padahal hidup mereka sudah berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan namun kelimpahan berkat seperti fatamorgana dalam hidup mereka.
Bukankah Petrus juga mulai tenggelam ketika ia justru sedang dekat dengan Yesus ? demikian halnya kita orang beriman percaya kepada Yesus tetapi kita juga mengalami hal yang sama seperti yang dialami Petrus, yaitu "kita tenggelam" mengalami kegagalan pada saat iman kita sedang bertumbuh ?
BAGAIMANA KITA DAPAT BERJALAN DIATAS AIR
Mari kita membaca dan merenungkan lebih dalam lagi bacaan Injil Matius 14:22-33 agar kita dapat belajar dan mengalami seperti yang Petrus alami yaitu berjalan diatas air dan mengambil hikmatnya dari ke-tenggelam-nya Petrus sebelum ditolong Yesus dan kita yakini Petrus kembali dapat berjalan diatas air sambil digandeng tangannya oleh Yesus untuk kembali ke perahu.
Proses berjalan diatas air ini lebih ditekankan kepada kehidupan orang beriman yang sudah percaya kepada Yesus sekian lamanya.
Jadi bukan orang yang baru percaya kepada Yesus (meskipun mungkin saja terjadi).
Mempunyai iman saja tidak cukup jika tidak disertai dengan perbuatan.
(Yakobus 2:19-26)
Ada beberapa tingkatan iman (saya kutip dari berbagai sumber)
1. Knowledge Faith (= Iman Pengetahuan)
2. Believing Faith (= Iman Percaya)
3. Trusting Faith (=Iman Penyerahan)
4. Expectant Faith (=Iman Penuh Harap)
Ada 3 hal pokok yang harus kita miliki agar dapat berjalan diatas air :
1. Jadilah tanah yang subur ketika menanggapi Firman yang kita dengar.
Sekian lamanya kita membaca firman atau mendengar firman yang disampaikan Pastor, Pewarta atau dari orang lain namun hati kita belum tergerak untuk memulai menjadi pelaku firman.
Berapa banyak orang mengangguk-angguk setuju ketika firman disampaikan tetapi seringkali dalam hatinya dia berpikir bahwa firman ini cocok buat suami saya atau cocok buat istri saya atau cocok buat si-anu pokoknya dia berpikir bahwa firman ini bukan untuk dirinya tetapi untuk orang lain. padahal setiap firman yang kita dengar atau baca sesungguhnya ditujukan buat diri kita sendiri, bukan buat orang lain.
Banyak orang cenderung menjadi pembawa berita firman buat orang lain tetapi firman itu tidak bergema di hatinya sehingga orang lain mengalami perubahan dalam hidup beriman sedangkan dirinya dari tahun ke tahun begitu saja bahkan suatu kali akan mengalami kekeringan iman.
1 Korintus 9:27
Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak.
Mengapa banyak orang tidak berani meresponi firman Tuhan tetapi lebih senang hanya mendengar saja dan memperbincangkan firman sebagai pengetahuan saja ?
a) tidak berani dan tidak mau mengambil resiko sebab konsekwensi dari firman itu biasanya lebih banyak kita "harus memberi" misalnya kita harus memberi waktu kita, tenaga kita, perhatian kita bahkan memberi uang sedangkan kita lebih cenderung maunya menerima daripada memberi.
b) malas dan enggan meninggalkan comfort zone (=zona kenyamanan) banyak dalih dilontarkan, jika kita sedang asyik menikmati kesenangan yang sedang kita alami untuk beranjak ke hal-hal lain yang kurang kita sukai apalagi dipanggil untuk melayani orang lain yang jelas2 akan merepotkan atau merugikan kepentingan pribadi.
c) pengalaman masa lalu yang membuat kita kurang percaya diri akan kemampuan kita orang yang mengalami banyak kegagalan dalam hidupnya, biasanya menarik diri dari pergaulan dengan sesama apalagi diminta untuk terlibat dalam pelayanan, sulit !
Rasa minder akan keadaan dirinya dan rendahnya tingkat kepercayaan dirinya membuat orang tersebut tidakberani meresponi firman bahkan tidak heran sebagian menjadi mundur imannya oleh karena kekecewaan kepada Tuhan yang dianggapnya tidak adil pada dirinya.
Menjadi tanah yang subur berarti :
a) Kita percaya dan yakin setiap firman yang ditaburkan pasti akan menggenapi janji Allah
Yesaya 55:11
demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya.
Yesaya 48:18
Sekiranya engkau memperhatikan perintah-perintah-Ku, maka damai sejahteramu
akan seperti sungai yang tidak pernah kering, dan kebahagiaanmu akan terus berlimpah seperti gelombang-gelombang laut yang tidak pernah berhenti
b) Berbuat banyak kebaikan sesuai kehendak Tuhan.
Kebaikan yang kita kerjakan hendaknya tulus dan tanpa pamrih semata-mata ungkapan syukur atas kasih Tuhan yang sudah kita peroleh sepanjang hidup kita.
Yohanes 15:10
Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.
Sungguh sangat disayangkan, sebagian orang berbuat kebaikan untuk kepentingan diri sendiri bahkan lebih menyedihkan lagi memanipulasi perbuatan baik pelayanan dengan motivasi pribadi.
Roma 16:18
Sebab orang-orang demikian tidak melayani Kristus, Tuhan kita, tetapi melayani perut mereka sendiri. Dan dengan kata-kata mereka yang muluk-muluk dan bahasa mereka yang manis mereka menipu orang-orang yang tulus hatinya.
c) Hendaknya kita berbuah lebat dan nama BAPA dipermuliakan
Yohanes 15:8
Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku
Yohanes 15:16b
supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku diberikan-Nya kepadamu.
2. Milikilah level iman penuh harapan (=Expectant Faith)
Usahakanlah melalui proses pertumbuhan iman dan capailah serta milikilah iman yang penuh harapan sebab level iman seperti inilah yang membuat janji-janji Tuhan digenapi dalam hidup kita.
Matius 17:20
... Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, —maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu.
Petrus memiliki level iman seperti ini, mari kita simak :
Matius 14:26-28
ketika semua murid melihat Yesus berjalan diatas air ditengah angin sakal mereka ketakutan dan mengira itu adalah hantu. Yesus segera menenangkan mereka. artinya setelah mendengar suara Yesus, murid-murid menjadi tenang dan tidak berbuat apa-apa kecuali Petrus yang menanggapi suara Yesus bahkan bukan sekedar menanggapi saja melainkan berbuat sesuatu keluar dari perahu menyambut undangan Yesus sedangkan murid lainnya tidak meresponi dan tidak berani melangkah.
Matius 14:28-29
lalu Petrus berseru dan menjawab Dia:
"Tuhan, apabila Engkau itu, suruhlah aku datang kepada-Mu berjalan di atas air."
Kata Yesus: "Datanglah!"
Maka Petrus turun dari perahu dan berjalan di atas air mendapatkan Yesus.
Jujur kita masing-masing menjawab pertanyaan berikut ini :
Jika kita ada dalam perahu seperti yang dialami murid-murid Yesus,
apakah kita berani keluar dari perahu dan menghampiri Yesus berjalan diatas air ditengah badai angin sakal ?
Saya merenungkan dan menjawab : " Saya tidak berani keluar dari perahu"
bagaimana dengan anda ?
Coba bayangkan situasi yang terjadi pada saat itu ...
a) adalah sesuatu yang tidak pasti untuk berani mencoba keluar dari perahu
b) tidak berani mengambil resiko baca kembali penjelasan diatas mengenai :
Mengapa banyak orang tidak berani meresponi firman Tuhan Tetapi jangan kecil hati, jika kita terus mengandalkan Tuhan dan hidup dalam kebenaran firman Tuhan, niscaya pertumbuhan kita meningkat dan mencapai level iman penuh harapan sehingga kita juga dapat melangkah keluar dari perahu kehidupan kita dan berjalan diatas bersama Yesus.
3. Fokus dan arahkan mata iman kita hanya tertuju pada Tuhan saja
Hendaklah mata hati dan segenap pikiran kita hanya tertuju pada Tuhan saja dan dalam segala perbuatan kita hanya mengandalkan DIA saja.
Mazmur 141:1-3,8
Ya TUHAN, aku berseru kepada-Mu, datanglah segera kepadaku, berilah telinga kepada suaraku, waktu aku berseru kepada-Mu! Biarlah doaku adalah bagi-Mu seperti persembahan ukupan, dan tanganku yang terangkat seperti persembahan korban pada waktu petang. Awasilah mulutku, ya TUHAN, berjagalah pada pintu bibirku! Tetapi kepada-Mulah, ya ALLAH, Tuhanku, mataku tertuju; pada-Mulah aku berlindung, jangan campakkan aku!
Namun Kita sering dijangkiti "penyakit lupa" mengingat kebaikan Tuhan yang sudah kita alami sebelumnya. Sama seperti murid-murid Yesus yang sering menyaksikan Yesus melakukan mukjijat namun iman mereka masih saja belum bangkit sehingga Yesus mengatakan seperti ayat 31b : "Hai orang yang kurang percaya, mengapa engkau bimbang?"
Secara umum ada 3 hal yang membuat fokus kita beralih dari kehendak Tuhan :
a) Keinginan Daging : suatu keinginan manusia yang selalu ingin dipuaskan oleh hawa nafsunya dan semata-mata hal-hal kesenangan duniawi.
b) Keinginan Mata : suatu keinginan manusia yang tidak mudah dipuaskan bahkan cenderung memiliki sifat ketamakan, kerakusan, dan selalu ingin memiliki semuanya.
c) Keangkuhan Hidup: suatu sikap manusia yang ingin menonjolkan kehebatan dirinya dibandingkan dengan orang lain bahkan terhadap Tuhan sekalipun.
1 Yohanes 2:15-17
Janganlah kamu mengasihi dunia dan apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu. Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu - keinginan daging - keinginan mata - keangkuhan hidup bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Kita harus mawas diri, jangan sampai tingkat iman yang kita miliki sekarang ini menjadi stagnan bahkan mungkin menjadi mundur kembali oleh hal-hal lain yang membelokkan fokus kita dari Tuhan agar supaya kita dapat berjalan bersama dengan Yesus berjalan diatas air yang berarti dalam meniti perjalanan hidup ini kita mengalami mukjijat Tuhan dan memperoleh kemenangan dari waktu ke waktu, dari satu level ke level berikutnya sehingga kita menjadi kuat dan menjadi yakin dan berani mengatakan bahwa : AKU SUDAH BERJALAN DIATAS AIR BERSAMA YESUS
Anggaplah kegagalan kita seperti "tenggelam" yang dialami Petrus sebagai acuan bagi kita untuk lebih mendalami mempelajari prinsip-prinsip kebenaran sesuai kehendak Tuhan yang memungkinkan kita berani melangkah keluar dari belenggu dosa dan menyambut undangan Yesus : DATANGLAH dan kita segera datang kepada Yesus.
Demikian renungan ini kita endapkan dalam iman kita dan segeralah kita mengambil keputusan untuk mengikuti jejak Petrus berjalan diatas air dan apabila sekali waktu kita tenggelam maka berteriaklah : "TUHAN, TOLONGLAH AKU!" dan yakinlah Yesus segera menolong kita. Amin.
Salam Sejahtera Selalu,
Surya Darma