Setiap orang pada dasarnya memiliki hati nurani yang lembut.
namun oleh karena dipengaruhi masa lalu yang tanpa disadari telah melukai hati nuraninya, merubah perilaku seseorang menjadi tega menyaksikan penderitaan orang lain.
Perasaan kasihan masih menggayut dihati tetapi hanya sebatas dimulut saja diungkapkan melalui ucapan :
"kasihan ya ..."
tidak disertai perbuatan nyata untuk menolong orang lain tersebut.
bahkan tidak jarang menghakimi orang lain yang hidupnya menderita.
contoh sederhana saja disekitar kita.
ketika melihat keadaan hidup saudara kandung, ipar, paman-bibi, family, atau bisa juga teman, sahabat kita biasanya hati nurani pasti tergerak belas kasihan dan spontan berkata :
"kasihan ya ... si anu"
setelah hati terenyuh, respon berikut terbelah dua bagian positif dan negatif; ada yang segera bertindak menolong, ada yang mau menolong tetapi ga punya uang, ada yang langsung menghakimi, menyalahkan orang tersebut, dsbnya.
Pertanyaan adalah bagaimana dengan saya ...(sebut nama kita)?
Tidak heran jika ada saudara kita atau teman/sahabat kita menolak hadiri pertemuan keluarga atau semacam reuni (apalah nama reuninya).
Fenomena ini bisa kita saksikan, baik di kegiatan sekular maupun rohani.
Paling miris jika terjadi dilingkungan yang bernuansa rohani, apalagi di kegiatan pelayanan.
Tanpa disadari akan terpisah dengan sendirinya antara orang yang banyak uang dengan yang pas2an dan yang kekurangan uang.
Saya kutip secuplik renungan harian yang ditulis Rm. Marja,Sj
mayoritas seminaris di Seminari Mertoyudan yg tumbuh berkembang panggilannya menjadi imam dengan baik pada umumnya mereka yang berasal dari keluarga miskin atau berkekurangan, sedangkan mereka yang berasal dari keluarga kaya sungguh bermasalah, sulit dididik dan akhirnya mengundurkan diri atau harus diundurkan.
Yach begitulah Manusia ...
karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23)
Kasih itu wujud nyata HATI ALLAH
Ego itu wujud nyata hati manusia.
sejak Adam-Hawa menghindar dari hati nuraninya (yang jelas sudah melarang mereka makan buah pengetahuan baik dan jahat) maka kita keturunan mereka juga ikut terjangkit virus Ego yang lebih mementingkan keinginan sendiri daripada patuh pada perintah Allah.
Kejadian 3:6
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Selanjutnya
kita sebagai keturunan Adam-Hawa pandai meniru memyembunyikan diri dari perbuatan salah & bersandiwara berpura-pura tidak bersalah seperti bersembunyi diantara pohon2-an dalam taman.
Kejadian 3:8
Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
JADI
Perasaan belas kasihan dalam hati kita seringkali tertutupi pohon2an yang melambangkan aneka ragam prinsip hidup kita yang bercokol di kepala kita, di pikiran kita.
Itu sebabnya tindakan nyata berbuat sesuatu untuk menolong sesama kita terhalangi oleh prinsip hidup kita.
celakanya prinsip hidup terbentuk oleh pengalaman hidup yang lalu yang sudah kita lewati.
KITA BERSYUKUR
Sebab di dalam Yesus dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya
(Efesus 1:7)
Rasul Paulus menasehati kita:
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2)
supaya pikiran kita diubah menjadi serupa pikiran Allah maka kita harus membuang pikiran/konsep/prinsip duniawi yang tidak berlawanan dengan konsep Allah yg menonjolkan kasih sehingga hati kita berubah menjadi hati nurani yang sarat dgn belas kasihan, berlimpah welas asih.
Dengan demikian, kita tidak lagi sekedar berucap : "kasihan ya ..."
tetapi sekarang disertai dengan perbuatan nyata yakni menolong orang lain didasari motivasi tulus yang didorong hati yang berbelas kasih dan hati yang murah hati.
AMIN.
namun oleh karena dipengaruhi masa lalu yang tanpa disadari telah melukai hati nuraninya, merubah perilaku seseorang menjadi tega menyaksikan penderitaan orang lain.
Perasaan kasihan masih menggayut dihati tetapi hanya sebatas dimulut saja diungkapkan melalui ucapan :
"kasihan ya ..."
tidak disertai perbuatan nyata untuk menolong orang lain tersebut.
bahkan tidak jarang menghakimi orang lain yang hidupnya menderita.
contoh sederhana saja disekitar kita.
ketika melihat keadaan hidup saudara kandung, ipar, paman-bibi, family, atau bisa juga teman, sahabat kita biasanya hati nurani pasti tergerak belas kasihan dan spontan berkata :
"kasihan ya ... si anu"
setelah hati terenyuh, respon berikut terbelah dua bagian positif dan negatif; ada yang segera bertindak menolong, ada yang mau menolong tetapi ga punya uang, ada yang langsung menghakimi, menyalahkan orang tersebut, dsbnya.
Pertanyaan adalah bagaimana dengan saya ...(sebut nama kita)?
Tidak heran jika ada saudara kita atau teman/sahabat kita menolak hadiri pertemuan keluarga atau semacam reuni (apalah nama reuninya).
Fenomena ini bisa kita saksikan, baik di kegiatan sekular maupun rohani.
Paling miris jika terjadi dilingkungan yang bernuansa rohani, apalagi di kegiatan pelayanan.
Tanpa disadari akan terpisah dengan sendirinya antara orang yang banyak uang dengan yang pas2an dan yang kekurangan uang.
Saya kutip secuplik renungan harian yang ditulis Rm. Marja,Sj
mayoritas seminaris di Seminari Mertoyudan yg tumbuh berkembang panggilannya menjadi imam dengan baik pada umumnya mereka yang berasal dari keluarga miskin atau berkekurangan, sedangkan mereka yang berasal dari keluarga kaya sungguh bermasalah, sulit dididik dan akhirnya mengundurkan diri atau harus diundurkan.
Yach begitulah Manusia ...
karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:23)
Kasih itu wujud nyata HATI ALLAH
Ego itu wujud nyata hati manusia.
sejak Adam-Hawa menghindar dari hati nuraninya (yang jelas sudah melarang mereka makan buah pengetahuan baik dan jahat) maka kita keturunan mereka juga ikut terjangkit virus Ego yang lebih mementingkan keinginan sendiri daripada patuh pada perintah Allah.
Kejadian 3:6
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminyapun memakannya.
Selanjutnya
kita sebagai keturunan Adam-Hawa pandai meniru memyembunyikan diri dari perbuatan salah & bersandiwara berpura-pura tidak bersalah seperti bersembunyi diantara pohon2-an dalam taman.
Kejadian 3:8
Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
JADI
Perasaan belas kasihan dalam hati kita seringkali tertutupi pohon2an yang melambangkan aneka ragam prinsip hidup kita yang bercokol di kepala kita, di pikiran kita.
Itu sebabnya tindakan nyata berbuat sesuatu untuk menolong sesama kita terhalangi oleh prinsip hidup kita.
celakanya prinsip hidup terbentuk oleh pengalaman hidup yang lalu yang sudah kita lewati.
KITA BERSYUKUR
Sebab di dalam Yesus dan oleh darah-Nya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut kekayaan kasih karunia-Nya
(Efesus 1:7)
Rasul Paulus menasehati kita:
Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna. (Roma 12:2)
supaya pikiran kita diubah menjadi serupa pikiran Allah maka kita harus membuang pikiran/konsep/prinsip duniawi yang tidak berlawanan dengan konsep Allah yg menonjolkan kasih sehingga hati kita berubah menjadi hati nurani yang sarat dgn belas kasihan, berlimpah welas asih.
Dengan demikian, kita tidak lagi sekedar berucap : "kasihan ya ..."
tetapi sekarang disertai dengan perbuatan nyata yakni menolong orang lain didasari motivasi tulus yang didorong hati yang berbelas kasih dan hati yang murah hati.
AMIN.