Senin, 21 Januari 2019
IBRANI 5:1-10
MAZMUR 110:1-4
MARKUS 2:18-22
Markus 2:19
Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berpuasa sedang mempelai itu bersama mereka? Selama mempelai itu bersama mereka, mereka tidak dapat berpuasa.
Bacaan Injil hari ini berbicara mengenai hal puasa dimana orang Farisi dan murid Yohanes Pembaptis berpuasa sedangkan murid-murid Yesus tidak berpuasa.
Jika kita cermati, sesungguhnya bukan hal puasa yang menjadi persoalannya tetapi Yesuslah disoroti dan dikritik sebab saat itu kemunculan Yesus membawa ajaran baru dan banyak mukjizat terjadi sehingga banyam masyarakat Yahudi takjub dan mengikuti Yesus.
Tentu saja golongan Farisi dan ahli-ahli Taurat merasa reputasi mereka tersaingi sebagai pemuka agama Yahudi menjadi tidak suka kepada Yesus.
Maka mereka berusaha mencari-cari hal apa saja sekiranya dapat menyalahkan Yesus agar reputasiNya jatuh, bahkan mereka memang berniat menangkap dan membunuh Yesus.
Sifat seperti ini sampai sekarang bisa kita saksikan terjadi dimana-mana terhadap seseorang sukses dan terkenal, akan menghadapi orang lain yang tidak suka dan iri hati melihat kesuksesannya.
Sifat iri hati biasanya disertai kebencian dan melakukan perbuatan jahat untuk menghancurkan orang yang dibencinya.
Dalam renungan harian 7 Januari 2019, kita sudah menyinggung tentang sifat iri hati orang Farisi dan ahli Taurat itu dan mulai hari ini kita saksikan upaya mereka mencari alasan apa saja untuk rekayasa perbuatan jahat terhadap Yesus; yakni salahsatunya mengangkat hal puasa untuk mendeskreditkan Yesus.
Padahal puasa yang diwajibkan kepada setiap orang Yahudi menurut kitab Taurat adalah setahun sekali puasa pada hari pendamaian.
Imamat 29-30
Inilah yang harus menjadi ketetapan untuk selama-lamanya bagi kamu, yakni pada bulan yang ketujuh, pada tanggal sepuluh bulan itu kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa dan janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan, baik orang Israel asli maupun orang asing yang tinggal di tengah-tengahmu. Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan Tuhan.
Orang Farisi berpuasa dua kali seminggu adalah keinginan mereka sendiri dan seharusnya tidak boleh memaksa orang lain melakukan puasa seperti mereka.
Lukas 18:12
aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku.
Bukankah sikap perilaku orang Farisi ini masih terlihat sampai sekarang dan semoga orang beriman, khususnya umat kristiani tidak bersikap demikian.
Yesus mengatakan bahwa sahabatNya akan berpuasa di saat mempelai laki-laki tidak bersama lagi dengan mereka.
Pertanyaannya adalah :
Siapakah mempelai laki-laki?
Apakah umat kristiani yang mengaku percaya kepada Yesus termasuk kategori sahabat Yesus?
Mempelai laki-laki = Yesus
Yohanes 3:19
Yang empunya mempelai perempuan, ialah mempelai laki-laki; tetapi sahabat mempelai laki-laki, yang berdiri dekat dia dan yang mendengarkannya, sangat bersukacita mendengar suara mempelai laki-laki itu. Itulah sukacitaku, dan sekarang sukacitaku itu penuh.
Sahabat Mempelai laki-laki adalah setiap orang yang melakukan perintah Yesus.
Yohanes 15:14
Kamu adalah sahabatKu, jikalau kamu berbuat apa yang Kuperintahkan kepadamu.
Artinya,
Tidak setiap umat kristiani adalah sahabat Yesus sebab masih banyak yang tidak melakukan perintah Yesus.
Pertanyaan berikutnya :
Apa tujuan kita berpuasa?
Sesungguhnya berpuasa itu berguna bagi kita untuk mengendalikan keinginan nafsu kedagingan.
Dengan sering berpuasa, kita semakin sadar atas keadaan diri kita sendiri; emosi dan perasaan menjadi tenang, juga pikiran dan perilaku kita menjadi semakin bijak melakukan perbuatan baik yang berkenan bagi Tuhan.
Contohnya:
1) Ester
Ester ditegur oleh pamannya Mordekhai karena setelah menjadi ratu, Ester lalai menunaikan tugas memperjuangkan nasib bangsa Yahudi yang terancam akan dipunahkan oleh Haman.
Ester menyadari kelalaiannya, kemudian berpuasa untuk keselamatan bangsanya.
Ester 4:16
"Pergilah, kumpulkanlah semua orang Yahudi yang terdapat di Susan dan berpuasalah untuk aku; janganlah makan dan janganlah minum tiga hari lamanya, baik waktu malam, baik waktu siang. Aku serta dayang-dayangkupun akan berpuasa demikian, dan kemudian aku akan masuk menghadap raja, sungguhpun berlawanan dengan undang-undang; kalau terpaksa aku mati, biarlah aku mati."
2) Yesus berpuasa 40 hari lamanya di padang gurun sebelum memulai karya penyelamatan (Matius 4:1-11).
JADI,
Jelaslah bahwa berpuasa atau tidak puasa bukanlah untuk dinilai supaya mendapat pujian orang lain atau untuk memaksa orang lain harus berpuasa.
Matius 6:17-18
Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu, supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
Kita berpuasa selain untuk tujuan dapat mengendalikan keinginan kedagingan kita namun makna yang terdalam dari berpuasa adalah mengakui kelemahan diri kita di hadapan Tuhan sehingga kita memohon Tuhan menguatkan kita.
Yesus berpuasa untuk mendapatkan kekuatan dari Allah , demikian juga Ester berpuasa memohon pertolongan Allah dan beberapa tokoh Alkitab lainnya yang berpuasa, seperti :
* Yosafat (2 Tawarikh 20:3-4)
* Daud (2 Samuel 12:16-23)
Semoga permenungan ini menyadarkan kita untuk semakin bergantung kepada Tuhan Allah dengan melakukan berbagai upaya termasuk melalui kita berpuasa.
Salam Kasih,
Surya Darma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com