Senin,
7 Oktober 2019
YUNUS
1:1-17,2:10
YUNUS
2:2-5,8
LUKAS
10:25-37
Lukas
10:29
Untuk
membenarkan dirinya seorang ahli Taurat itu berkata kepada Yesus:
"siapakah sesamaku manusia?"
Seorang
ahli Taurat mencobai Yesus, dengan mengajukan pertanyaan:
Lukas
10:25
Pada
suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya:
"Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang
kekal?"
Rupanya
jawaban Yesus bahwa ia harus melakukan sesuai hukum Taurat yang mengatakan
kasihilah Tuhan Allah dan kasihilah sesamamu maka akan beroleh hidup yang
kekal, tidak memuaskan orang ini sehingga ia cobai Yesus lagi dengan bertanya: siapakah
sesamaku manusia?
Yesus
menjawab dengan perumpamaan tentang seorang Samaria yang baik hati mau menolong
seseorang yang habis dirampok di tengah jalan bahkan dipukuli hingga hampir
mati.
Orang
Samaria ini menolongnya sampai tuntas, tidak hanya membaluti luka-luka tetapi
membawanya ke penginapan dan merawatnya, bahkan ia berpesan kepada pemilik
penginapan untuk merawatnya.
Lukas
10:34-35
Ia
pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan
minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai
tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu,
katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan
menggantinya, waktu aku kembali.
Mengapa
orang Samaria menolong orang Yahudi, hampir mati sehabis dirampok?
Kita
tahu orang Samaria diperlakukan tidak adil oleh orang Yahudi sebab mereka
dianggap bangsa kafir oleh orang Yahudi atau bangsa Israel.
Orang
Samaria ini memiliki hati penuh belas kasihan melihat penderitaan orang lain
sehingga ia mau menolongnya tanpa membeda-bedakan ras, suku, bangsa.
Lukas
10:33
Lalu
datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan
ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
Belas
kasihan mendorong seseorang untuk berbuat kasih kepada orang lain.
Banyak
orang fasih berbicara hal kasih namun hanya ada sedikit belas kasihan dalam
hatinya, bahkan tidak sedikit yang tega hati membiarkan orang lain susah karena
hatinya hampir membatu tidak tergerak samasekali mau menolong.
Belas
kasihan akan semakin memenuhi relung hati bila sadar diri bahwa hidup kita
sudah banyak ditolong oleh Allah dan bersyukur kepada Allah dengan cara
memberikan kasih kepada sesama kita.
Kita
sudah merasakan betapa tidak enak hidup di dalam penderitaan sehingga kita
tidak tega melihat orang lain menderita.
Seperti
yang terjadi pada Yunus yang tak mau diutus Allah ke Niniwe untuk serukan agar
mereka bertobat dari kejahatan.
Yunus
melarikan diri namun akhir sadar setelah berada di perut ikan hiu yang membuat
dirinya menderita.
Yunus
2:2.,7
kata
Yunus: "Dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku,
dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku.
Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan
sampailah doaku kepadaMu, ke dalam baitMu yang kudus.
Orang
yang telah menerima pertolongan Tuhan dari penderitaannya, biasanya ia
toleransi dan tersentuh hatinya melihat orang lain menderita karena merasakan
betapa pahitnya hidup menderita.
Seperti
halnya orang Samaria sering diperlakukan tidak adil dan seringkali
dijauhi/dikucilkan oleh orang Yahudi sehingga mereka lebih peka terhadap sesama
yang menderita.
Selain
memiliki belas kasihan, ada hal lain mendorong kita mau menolong sesama bila
kita fokus pada tujuan hidup di dunia ini yaitu menuju kehidupan kekal di
Sorga
Mengapa
demikian?
Seseorang
yang memutuskan tujuan hidupnya adalah hidup kekal di Sorga biasanya telah melepaskan
diri dari ikatan hal-hal duniawi, yang baginya sekarang ini tidak berarti lagi
dibandingkan dengan hidup kekal.
Filipi
3:7-8
Apa
yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus,
Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya. Oleh karena Dialah aku telah
melepaskan semuanya itu dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh
Kristus.
Menolong
orang lain menjadi gaya hidup sehari-hari, contohnya Mother Teresa dari
Kalkuta, yang merawat orang sakit kusta dan menolong orang miskin.
Tidak
ada lagi motivasi dan tujuan untuk kepentingan diri sendiri, melainkan hanya
memberi untuk kepentingan orang lain.
Belas
kasihan memenuhi hatinya dan tangannya terbuka buat siapa saja yang membutuhlan
pertolongannya.
Dalam
perumpamaan orang Samaria baik hati, ada 2 tokoh lainnya yakni seorang imam dan
seorang Lewi.
Kedua
tokoh ini secara status dan jabatan sebagai imam dan lewi melayani mezbah atau
melayani gereja namun hati nurani mereka belum dipenuhi belas kasihan sehingga
tidak heran bila mereka tidak tergerak hati menolong seseorang yang tergelatak
hampir mati di tengah jalan.
Ini
merupakan teguran keras buat kita juga umat kristiani bahwa tindakan atau
perbuatan kasih sangat penting untuk dikerjakan sehari-hari daripada berbicara
saja dan hanya menambah pengetahuan saja tetapi tidak berbuat kasih.
Sekali
lagi mesti kita prioritaskan pada diri kita agar memiliki hati yang penuh belas
kasihan dan bukan hanya sebagian saja ada belas kasihan, sebagian lagi ada
tujuan kepentingan/keuntungan pribadi.
Semoga
kita sadar dan segera berupaya agar hati kita dipenuhi belas kasihan, dengan
demikian kita mampu berbuat kasih kepada sesama kita.
Salam Kasih,
Surya Darma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com