Bacaan hari ini Jumat 17 Juli 2015 menurut kalender liturgi katolik :
Keluaran 11:10, 12:14
Matius
12:1-8
Mazmur 116:12-18
Bacaan
Injil Matius hari ini mengenai perikop murid-murid memetik
gandum
pada hari Sabat dan ditegur oleh orang-orang farisi karena
menyalahi peraturan
hari Sabat; tidak boleh melakukan kegiatan apapun.
Matius 12:1-2
Pada waktu itu, pada hari Sabat, Yesus berjalan di ladang gandum.
karena lapar, murid-murid-Nya memetik bulir gandum dan memakannya.
melihat itu, berkatalah orang-orang Farisi kepada-Nya: "Lihatlah, murid
murid-Mu berbuat sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari Sabat."
orang-orang
farisi sangat tidak suka kepada Yesus sehingga apa saja
yang
dilakukan Yesus atau murid-murid / pengikut Yesus ditentang dan
pengaruh orang-orang farisi sangat mendominasi kehidupan beragama
pengaruh orang-orang farisi sangat mendominasi kehidupan beragama
masyarakat Yahudi
saat itu.
mereka
bersikap munafik; peraturan yang mereka buat hanya untuk
orang
lain sedangkan diri mereka sendiri tidak berlaku dan hal ini
diketahui dan dikecam
oleh Yesus.
penetapan
hari sabat tidak boleh melakukan kegiatan tentu ada maksud
tertentu
supaya masyarakat Yahudi menyediakan hari khusus bagi Tuhan.
sama
seperti di jaman kita sekarang ini, setiap akhir pekan kita pergi ke
gereja
mengikuti misa ekaristi meskipun peraturannya tidak terlalu ketat
karena kita masih
boleh melakukan kegiatan apa saja.
Selanjutnya,
Yesus mengatakan bahwa :
ayat 7
yang
Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan , tentu kamu tidak
menghukum orang yang tidak bersalah.
artinya
: bukan menjalankan peraturan hari sabat yang menjadi fokus
perhatian yang penting melainkan adakah belas kasihan di dalam diri
orang-orang yang mentaati peraturan tersebut.
perhatian yang penting melainkan adakah belas kasihan di dalam diri
orang-orang yang mentaati peraturan tersebut.
ketidak-tahuan
orang-orang Yahudi mengenai makna dari peraturan
hari
sabat disebabkan mereka memahami dari sisi komitmen ketaatan
saja
sedangkan essensi terpentingnya tidak menyentuh sisi terdalam
dari
makna hari sabat.
Secara
kasat mata mereka terlihat sebagai orang yang berkomitmen
Pada
ketaatan bahkan membanggakan diri sudah mentaati peraturan
sikap hidupnya tidak
mencerminkan orang beriman yang berbelas-kasih.
patut
disayangkan orang-orang farisi yang seharusnya menjadi teladan
bagi masyarakat Yahudi, justru mendudukkan diri sebagai seorang hakim
bagi masyarakat Yahudi, justru mendudukkan diri sebagai seorang hakim
yang memutuskan
apakah sudah mentaati atau tidak mentaati peraturan.
Lukas 11:39-41
Tuhan berkata kepadanya: kamu orang-orang Farisi,
kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan,
tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.
hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar,
Dia juga yang menjadikan bagian dalam?
akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya
semuanya akan menjadi bersih bagimu.
Tuhan berkata kepadanya: kamu orang-orang Farisi,
kamu membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan,
tetapi bagian dalammu penuh rampasan dan kejahatan.
hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang menjadikan bagian luar,
Dia juga yang menjadikan bagian dalam?
akan tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya
semuanya akan menjadi bersih bagimu.
di
jaman sekarang ini juga masih ada orang yang berpandangan seperti
orang
farisi; yang membanggakan diri sudah berkomitmen mentaati
peraturan
dan menjadi "hakim" menetapkan orang lain harus wajib dan
komitmen untuk taat
seperti dirinya.
padahal
jika ditelusuri lebih mendalam, komitmen ketaatan dirinya hanya
sebatas
bagian luarnya saja, seperti membersihkan cawan di bagian luar
tetapi dibagian
dalamnya dipenuhi hal-hal yang menguntungkan dirinya.
begitu
juga dalam hal persembahan;
apakah
itu berbentuk uang (=kolekte) ataukah berbentuk perbuatan nyata
namun
jika masih ada menonjolkan kepentingan diri sendiri maka
persembahanmu tidak
berkenan bagi Tuhan.
meskipun di mata manusia persembahanmu dipuja-puji sebagai seorang
dermawan murah hati atau disanjung orang sebagai seorang yang baik
hati karena sudah melakukan banyak perbuatan baik.
meskipun di mata manusia persembahanmu dipuja-puji sebagai seorang
dermawan murah hati atau disanjung orang sebagai seorang yang baik
hati karena sudah melakukan banyak perbuatan baik.
tentu
ada yang mengatakan begini :
kalau
begitu apakah orang yang berkomitmen untuk mentaati peraturan
berarti
dia salah atau tidak ada gunanya?
kalau
begitu bisa kacau dong, orang seenaknya saja tidak komitmen dan
tidak perlu taat
kepada ketentuan dan peraturan?
jawabannya
sederhana saja :
sekali lagi kita mesti ingat perkataan Yesus, yakni :
yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan ....
sekali lagi kita mesti ingat perkataan Yesus, yakni :
yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan ....
intergeritas
seseorang dapat dilihat dari sikap hidupnya yang menggarami
dan menerangi
orang-orang di sekitarnya sehingga orang lain dapat
merasakan buah-buah roh dari orang yang berintergeritas itu.
merasakan buah-buah roh dari orang yang berintergeritas itu.
buah-buah roh
(Galatia 5:22-23) :
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan,
kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.
apakah
orang lain di sekitarmu merasakan ada kebaikan, ada sukacita,
ada kelemahlembutan sikapmu,
ada kasih dari sikap dan perbuatanmu.
jangan
sampai keberadaanmu membuat banyak orang tidak merasa
nyaman, terjadi perselisihan dan pertengkaran dengan dirimu, atau
keberadaan dirimu tidak disukai banyak orang kecuali orang tertentu
yang ada pertalian kepentingan tertentu dengan dirimu.
nyaman, terjadi perselisihan dan pertengkaran dengan dirimu, atau
keberadaan dirimu tidak disukai banyak orang kecuali orang tertentu
yang ada pertalian kepentingan tertentu dengan dirimu.
sama
seperti orang-orang farisi,
keberadaan mereka
menimbulkan pertentangan dan pergolakan.
maka
di satu sisi engkau berkomitmen dan taat tetapi menjadi "hambar"
orang
lain melihat di sisi yang lain, engkau berbuat begitu karena ada
keuntungan
buat dirimu sendiri.
sayang
sekali, ibaratnya kata pepatah :
"karena nila
setitik, rusak susu sebelanga"
seperti
orang farisi yang sarat dengan kepentingan diri sendiri dan
kepentingan
golongannya sendiri ketika menetapkan peraturan atau
ketika
mau melakukan suatu perbuatan berdasarkan pertimbangan
berguna atau tidak
bagi dirinya.
kita
masih ingat perikop tentang orang Samaria murah hati dari Injil
Lukas
10:25-37, dimana ia segera menolong orang yang tergeletak
karena
dirampok sedangkan seorang imam dan seorang lewi
yang
lebih dahulu melihat orang tersebut tetapi mereka tidak mau
menolong
(ayat 30-31).
padahal keduanya sehari-hari berada di Bait Allah bahkan
padahal keduanya sehari-hari berada di Bait Allah bahkan
ada
kemungkinan imam tersebut baru selesai bertugas di Bait Allah
sebab ia turun dari
Yerusalem ke Yerikho.
JADI
yang
menjadi bahan permenungan hari ini adalah :
Pertama
memiliki
sikap hati yang penuh belas kasihan lebih berkenan bagi Tuhan
daripada
banyak melakukan persembahan dan perbuatan tetapi tidak
tulus hati atau
diboncengi oleh kepentingan diri sendiri.
Kedua
komitment
ketaaatan melaksanakan ketentuan dan peraturan adalah baik
tetapi
bukan yang terutama sebab yang paling penting adalah sikap hati
yang mencerminkan
buah-buah roh nyata di dalam diri kita.
Ketiga
bersikap
bijaksana dalam menyingkapi suatu peristiwa dimana terjadi
benturan
terhadap peraturan yang berlaku, dengan mengedepankan
kepentingan bersama,
bukan semata-mata kepentingan sendiri.
Semoga
kita semakin dewasa rohani dan mau dibentuk oleh Tuhan
dengan cara
melepaskan segala bentuk ego dan kepentingan pribadi.
Salam
Kasih,
Surya
Darma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com