Rabu, 14 November 2018
TITUS 3:1-7
MAZMUR 23:1-6
LUKAS 17:11-19
Lukas 17:19
Lalu Yesus berkata kepada orang itu: "Berdirilah dan
pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau."
Injil Lukas hari ini mengenai 10 orang kusta yang
ditahirkankan namun hanya satu orang yang kembali dan memuliakan Tuhan dan ia
menerima keselamatan karena imannya.
Ada yang menarik perhatian pada ayat 18, yakni : tidak
adakah di antara mereka yang kembali untuk memuliakan Allah selain dari pada
orang asing ini?
Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa satu orang kusta yang
ditahirkan adalah orang Samaria, bukan orang Yahudi atau dapat dikatakan ia
dari bangsa kafir dan bukan dari bangsa Israel yang merupakan bangsa pilihan
Allah.
Jika kita cermati,
Ada perbedaan menyolok bangsa Israel dengan bangsa lain yang
mana dianggap sebagai bangsa kafir karena mereka tidak menyembah Allah tetapi
menyembah ilah-ilah lain.
Sering kita jumpai di Injil bagaimana perilaku bangsa lain
ternyata lebih baik daripada bangsa Israel.
Dan kali ini, dikatakan ada seorang asing dari bangsa lain yang
ditahirkan dari penyakit kusta justru memuliakan Allah sedangkan ke-9 lainnya
tidak bersyukur, apalagi memuliakan Allah.
Hal ini menunjukkan bahwa orang yang sungguh-sungguh pasrah
kepada Allah, lebih mau menurut saat akan diubahkan hidupnya karena merasa
tidak memiliki apa-apa dan hanya bergantung pada belas kasihan Allah.
Sedangkan orang yang merasa punya kemampuan, cenderung kurang
mau bergantung sepenuhnya pada Allah karena merasa diri mampu melakukan suatu
perbuatan tanpa bantuan Allah.
atau bisa juga orang merasa diri lebih rohani dibandingkan orang
lain cenderung menganggap sudah sepantasnya Allah memberkati dirinya.
Ke9 orang kusta yang telah ditahirkan mungkin merasa sudah
seharusnya Allah menyembuhkan mereka sebab mereka merasa sebagai umat pilihan
Allah dan tentu saja akan ditahirkan.
Ini memang masih berupa penafsiran untuk menjawab pertanyaan
mengapa mereka tak kembali dan memuliakan Allah atau bisa jadi ada alasan lain
yang tidak tertulis dalam Injil namun paling tidak kita sudah mendapatkan
gambaran mengenai sikap ke 9 orang kusta itu.
Pelajaran penting buat kita adalah kita harus mengucap syukur
atas segala rahmat dan segala kebaikan Allah yang kita sudah terima dan
mengalaminya.
Dan suatu peringatan bagi kita agar tidak berlaku seperti bangsa
Israel yang dikatakan Allah sebagai bangsa yang tegar tengkuk atau istilahnya
bangsa yang auban.
Sungguh sebuah ironi
sampai saat ini bangsa Israel masih berkutat pada kebenaran
sendiri dan terlibat pertentangan dengan bangsa lain disekitarnya, terutama
bangsa Palestina yang hampir setiap hari bentrok dan bermusuhan.
Demikian juga hendaknya kita perlu mengakui Allah disetiap aspek
diri kita seraya mengucap syukur pada Allah dan menyadari keterbatasan diri
kita serta mengakui Kemuliaan Allah yang berkuasa mengatur kehidupan ini.
Heran ya,
Padahal kita mengetahui bahwa kita harus memuliakan Allah di
dalam hidup kita namun seringkali justru kita tidak berlaku seperti satu orang
kusta yang dengan sadar mau memuliakan Allah setelah ia merasakan kebaikan
Allah yang telah mentahirkan dirinya dari penyakit kusta.
Seringkali kita berlaku seperti ke-9 orang kusta, setelah
menerima kebaikan Tuhan kemudian tidak memuliakan Allah.
Berapa banyak kita sudah mengalami berkat-berkat Allah namun
ketika kita asyik menikmati berkat tersebut eh kita justru mengabaikan Allah
dan tidak merasa perlu memuliakan Allah.
Memuliakan Allah maksudnya adalah kita menempatkan Allah menjadi
pusat kehidupan kita; mengutamakan Allah di segala aspek hidup kita.
misalnya :
+ saat kita mau memutuskan sesuatu bertanyalah lebih dahulu kepada Allah
+ saat kita mau melakukan sesuatu hendaknya kita bertanya pada Allah apakah IA berkenan
+ sering kita pikir : mosok apa-apa harus bertanya kepada Allah?
sebaiknya memang harus begitu ... kelihatannya terlalu rohani yach namun itu cara terbaik untuk menjaga sikap kita agar selalu berfokus hanya kepada Allah.
misalnya :
+ saat kita mau memutuskan sesuatu bertanyalah lebih dahulu kepada Allah
+ saat kita mau melakukan sesuatu hendaknya kita bertanya pada Allah apakah IA berkenan
+ sering kita pikir : mosok apa-apa harus bertanya kepada Allah?
sebaiknya memang harus begitu ... kelihatannya terlalu rohani yach namun itu cara terbaik untuk menjaga sikap kita agar selalu berfokus hanya kepada Allah.
Banyak kusta-kusta didalam diri kita yang meracuni pikiran dan
hati kita dan jika kita menyadarinya maka tentu sikap kita tidak apatis dan
meremehkan..
Betapa kita amat sangat berharap kepada Allah supaya kusta kusta
didalam diri kita DITAHIRKAN.
Pertanyaannya :
Sudahkan dalam diri kita terbebas dari kusta rohani ?
Silahkan kita merenungkannya dan intropeksi diri seraya
mohon pentahiran dan pemulihan dari Allah.
Kusta-kusta rohani itu berupa keinginan daging (Galatia 5:18-21) dan sikap melawan ketentuan dan ketetapan Allah maka akibatnya diri kita tak akan mengalami keselamatan seperti ke 9 orang kusta tersebut.
Roma 1:28--32
Karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka
Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka
melakukan apa yang tidak pantas; penuh dengan rupa-rupa kelaliman, kejahatan,
keserakahan dan kebusukan, penuh dengan dengki, pembunuhan, perselisihan, tipu
muslihat dan kefasikan.
Mereka adalah pengumpat, pemfitnah, pembenci Allah, kurang ajar,
congkak, sombong, pandai dalam kejahatan, tidak taat kepada orang tua, tidak
berakal, tidak setia, tidak penyayang, tidak mengenal belas kasihan.
Sebab walaupun mereka mengetahui tuntutan-tuntutan hukum Allah,
yaitu bahwa setiap orang yang melakukan hal-hal demikian, patut dihukum mati,
mereka bukan saja melakukannya sendiri, tetapi mereka juga setuju dengan mereka
yang melakukannya.
Semoga tindak tanduk kita memuliakan Allah dan kita mau bersikap
rendah hati mengakui betapa kita membutuhkan Allah untuk mengatur hidup
kita.
Salam Kasih,
Surya Darma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com