Rabu, 27 Juli 2016
Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu
seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya
mutiara yang sangat berharga, iapun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli
mutiara itu.
(Matius 13:45-46)
Mutiara adalah salah satu batu permata
yang mahal harganya dan digunakan untuk perhiasan. Banyak orang menyukai batu
permata dan salahsatunya mutiara.
Mereka mampu membedakan mutiara yang
asli atau palsu dan expert memilih jenis mutiara yang berkualitas
terindah.
Mereka dengan telaten mempelajari
segala sesuatu tentang mutiara ataupun jenis batu permata lainnya dan ternyata
mutiara dapat dibudidayakan melalui proses endapan kecil pasir atau kerang
dimasukkan kedalam tiram.
Kita lihat disini, karena harga mutiara
dan batu permata lainnya sangat mahal maka menarik perhatian orang untuk
mempelajari kadar murni dari mutiara dan di upgrade menjadi perhiasaan.
Demikian hendaknya kita berbuat serupa
bila tertarik mempelajari Alkitab maka kita berusaha menekuni firman Tuhan
untuk mengetahui kualitas kehendak Tuhan yang terkandung di dalamnya; seperti
halnya menggali mutiara yang berada dalam tiram di laut.
Itu sebabnya Yesus memberikan suatu
perumpamaan tentang Kerajaan Sorga seperti menemukan mutiara dan harta
terpendam yang sangat indah dan bernilai atau harganya sangat mahal.
(baca Matius 13:45-46 diatas).
Matius 13:44
Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta
yang terpendam
di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab
sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu.
Kunci utamanya adalah kita menghargai
Alkitab yang berisikan firman Tuhan atau kehendak Tuhan yang tertulis seperti
halnya kita menghargai mutiara memiliki nilai jual yang sangat mahal.
Sayangnya masih banyak umat kristiani
tidak menghargai firman Tuhan yang tertulis di Alkitab itu sebagai sesuatu
sangat bernilai dan mahal harganya.
Terlebih umat katolik tidak tertarik
pada Alkitab; jangankan mau menekuninya, membaca Alkitab saja tidak mau dengan
berbagai alasan yang klasik.
Mengapa demikian?
Karena yang bernilai dan dihargainya
adalah memiliki harta kekayaan dunia dan kesenangan dunia.
Alkitab atau firman Tuhan nilainya
masih kalah jauh dibandingkan dengan harta dan segala yang ada di dunia
ini.
Begitu juga halnya, orang lebih
tertarik mengejar Berkat Tuhan atau mukjizat Tuhan daripada mengejar Tuhan
untuk mengenalNya lebih dekat.
atau dengan kata lain,
orang lebih memilih mengejar Berkat
daripada mengejar Pemberi Berkat.
Harta duniawi menarik untuk
dimiliki
Harta sorgawi dianggap belum tentu ada
dan sulit dimiliki daripada harta duniawi.
Mari kita uji diri kita untuk
mengetahui harta duniawi ataukah harta sorgawi yang lebih menarik kita
pilih.
Misalnya :
suatu hari kita diminta melayani sebuah
keluarga untuk mendoakan anggota keluarga atau bila kita sebagai prodiakon
diminta memberikan komuni buat orang sakit di keluarga tersebut.
DI saat yang sama, ada rekan bisnis mau
bertemu dan kita tahu ini kesempatan besar mencapai kesepakatan kerjasama
bisnis atau closing transaction.
diantara dua pilihan tersebut, manakah
yang kita prioritaskan terlebih dahulu?
Biasanya kita cenderung berusaha
mencari orang lain menggantikan tugas kita mengunjungi keluarga tersebut atau
kita revisi waktu kunjungan ke hari lain dan mendahulukan kangtauw alias rejeki
dengan rekan bisnis.
Jarang sekali orang memilih revisi
waktu pertemuan dengan rekan bisnis karena lebih menghargai memperoleh uang
atau harta duniawi daripada menghargai nilai pelayanan yang dihargai Tuhan dengan
harta sorgawi yang tidak terlihat secara fisik atau tidak ada wujudnya seperti
uang dan harta duniawi.
Seperti itulah makna perumpamaan yang
Yesus sampaikan pada bacaan Injil hari ini dimana diperhadapkan pada pilihan
yang mana lebih diprioritaskan atau lebih bernilai dan dihargai.
Pada dasarnya kita sudah tahu mana
kebenaran yang Tuhan kehendaki agar kita memilih dan melakukannya namun karena
dorongan keinginan kedagingan kita yang maunya dituruti dan dipuaskan maka
akhirnya kita kompromi dengan berbagai alasan membenarkan diri.
Seperti contoh diatas;
kita akan berdalih, toch ada teman lain
bisa gantikan kita sedangkan urusan bisnis sulit ditolak karena kesempatan
meraih keberhasilan/kesuksesan itu tidak selalu datang kepada kita.
atau alasan lainnya kita katakan bahwa
nanti hasil keuntungan bisnis ini akan kita sumbangkan ke gereja dan buat
pelayanan lainnya.
Kita terus menerus di proses oleh Tuhan
dari satu level ke level berikutnya seperti mengelupas kulit bawang yang
terdiri dari banyak lapisan dan setiap lapisan terkelupas mengeluarkan air yang
muncrat kena mata kita jadi perih.
Demikian pula karakter dan sikap hati
serta pikiran kita diperbaharui terus hingga suatu saat nanti sesuai dengan
yang dikehendaki oleh Tuhan.
Semakin kita memberontak dan memilih
jalan sendiri maka semakin lama kita di proses Tuhan menjadi seperti yang Tuhan
kehendaki pada diri kita.
REFLEKSI DIRI
Apakah aku menghargai Tuhan dengan
menekuni firmanNya yang menyatakan kehendakNya di dalam penghayatanku memaknai
kehidupan di dunia ini?
Salam Kasih,
Surya Darma
============= ☆☆☆ ============
Kalender Liturgi Katolik
Hari Biasa Pekan ke 17
Warna Liturgi : Hijau
Yeremia 15:10,16-21
Mazmur 59:2-5,10-11,17-18
Matius 13:44-46
BcO : Ayub 32:1-6, 33:1-22
============= ☆☆☆ ============
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com