Jumat, 18 Mei 2018
KISAH 25:13-21
MAZMUR 103:1-2,11-12,19-20
YOHANES 21:15-19
Yohanes 21:17
Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: "Simon,
anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?" Maka sedih hati
Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: "Apakah engkau mengasihi
Aku?" Dan ia berkata kepadaNya: "Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu,
Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau." Kata Yesus kepadanya:
"Gembalakanlah domba-dombaKu.
Mengapa Yesus bertanya kepada Petrus sampai tiga kali, mengenai
apakah Petrus mengasihi Yesus?
Tentu kita masih ingat ya, bagaimana Petrus menyangkal Yesus
sampai tiga kali saat peristiwa Yesus diadili.
Mungkin maksud Yesus bertanya sampai tiga kali adalah untuk
mengembalikan kepercayaan diri Petrus sebagai rasul atau murid utama Yesus yang
telah bersikap pengecut karena takut kehilangan nyawanya bila ia mengakui
dirinya sebagai murid Yesus.
Sepertinya kebanyakan dari kita bersikap seperti Petrus bila
diperhadapkan situasi yang mengancam keselamatan diri kita.
Bisa juga bentuk penyangkalan kepada Yesus karena perbuatan
dosa, artinya lebih mementingkan kepentingan diri sendiri daripada tunduk.dan
taat kepada Tuhan Yesus.
Seperti misalnya :
Demi menikah, melepaskan iman kepada Yesus dengan pindah
keyakinan iman lain diluar Yesus, demikian juga demi promosi jabatan bisa
pindah agama.
Selanjutnya,
Setelah Petrus menjawab bahwa dirinya mengasihi Yesus maka
konsekwensinya adalah gembalakànlah domba-dombaKu, kata Yesus.
Gereja Katolik meyakini bahwa tugas mengembalakan umatKu atau
umat kristiani diserahkan kepada Petrus dan tidak diserahkan kepada murid Yesus
lainnya sebab sedari semula Yesus memang memilih Petrus.
Matius 16:18
Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas
batu karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan
menguasainya.
Gereja Katolik mengakui Petrus sebagai Paus pertama dalam
hirarki gereja.
Dan dalam tugasnya dibantu oleh para Kardinal, para Uskup, dan
para Imam atau pastor, bertanggung-jawab melaksanakan tugas menggembalakan
umat.
Tugas seorang gembala itu sangat berat seperti dikatakan Yesus
kepada Petrus:
Yohanes 21:18
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda
engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja
kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan
tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang
tidak kaukehendaki.
Artinya seorang gembala akan terikat dan tidak dapat bebas
menentukan sendiri ke tempat mana yang dikehendaki untuk menggembalakan
umat.
Lalu, pertanyaannya adalah :
Bagaimana dengan kita sebagai umat kristiani, khususnya umat
katolik?
Apakah tidak boleh menggembalakan umat karena kita bukan seorang
pastor?
Disinilah terjadi multi tafsir mengenai tugas menggembalakan
domba-dombaKu atau menggembalakan umat kristiani ?
Gereja non Katolik tidak setuju bahwa hanya Petrus yang ditunjuk
Yesus untuk menggembalakan umat kristiani.
Mereka mengartikan perintah Yesus kepada Petrus untuk
menggembalakan domba-dombaKu, bukan dimaksudkan menetapkan Petrus sebagai
pemimpin Gereja untuk menggembalakan umat kristiani.
Ada yang menafsirkan menggembalakan domba-dombaKu artinya
menuntun orang yang percaya kepada Yesus agar mereka tetap bersatu dan tetap
setia pada Yesus.
Artinya seorang umat kristiani dapat berfungsi sebagai gembala
bagi umat kristiani lainnya; apakah dalam suatu kelompok komunitas kristiani
ataukah hanya satu individu atau beberapa umat dalam kelompok kecil.
Suami sebagai kepala keluarga dapat menjalankan tugas
menggembalakan anggota keluarga (=domba-dombaKu).
Ketua lingkungan/wilayah berfungsi sebagai gembala bagi umat
kristiani di lingkungan/wilayah tempat tinggalnya.
Kita mau fokus pada fungsi seorang gembala dan biarlah ahli
teolog atau pakar-pakar gereja yang merumuskan tafsiran tentang perikop Yoh
21:15-19.
Berbicara mengenai gembala maka kita tidak boleh terlepas dari
pengajaran Yesus tentang seorang gembala baik.
( baca Yohanes 20:1-21).
Sebab seorang gembala yang baik akan menggembalakan
domba-dombanya dengan sepenuh hati.
Demikian juga menggembalakan umat itu hendaknya setulus hati;
ada kerelaan hati tanpa ada kepentingan diri sendiri, bahkan sampai
mengorbankan diri.
Tujuannya cuma satu yaitu membawa umat kepada Yesus agar
mengalami kasih Yesus di dalam hidupnya.
Seorang gembala (ketua lingkungan, ketua komunitas rohani,
dsbnya) yang mengeluh capek, pusing, makan hati, atau kecewa, sakit hati saat
menggembalakan umatnya maka ia perlu mengintropeksi diri; apakah benar mau
mentaati Yesus yang menyuruhnya menggembalakan umat ataukah motivasi dan
tujuannya salah, tidak sesuai yang Yesus inginkan agar menjadi gembala yang
baik.
Termasuk di keluarga, seorang suami atau yang berfungsi sebagai
kepala keluarga yang menjalankan tugas sebagai seorang gembala menggembalakan
anggota keluarganya, hendaknya tidak mengeluh atau tawar hati melainkan
hendaknya setulus hati mengasihi anggota keluarganya.
Itu sebabnya, Yesus berulangkali menanyakan Petrus, apakah
mengasihi Yesus sebab tanpa kasih maka tugas menggembalakan domba atau umat,
tidak akan berhasil.
Jadi kasih adalah dasar utama yang harus dimiliki seorang
gembala ketika menggembalakan umatnya.
Dengan kasih kepada Yesus maka ada kerelaan hati berkorban
kepentingan diri sendiri untuk kepentingan umatnya.
Semoga permenungan ini menyadarkan kita bersedia mentaati
kehendak Yesus supaya kita mengasihiNya.
Wujud kasih kita kepada Yesus adalah mengasihi orang lain
seperti seorang gembala menggembalakan dombanya.
Salam Kasih,
Surya Darma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com