Sabtu, 23 April 2016
Kata Yesus kepadanya: "Telah
sekian lama Aku bersama-sama kamu, Filipus, namun engkau tidak mengenal Aku?
Barangsiapa telah melihat Aku, ia telah melihat Bapa; bagaimana engkau berkata:
Tunjukkanlah Bapa itu kepada kami.
(Yohanes 14:9)
Tema renungan kita hari ini menunjukan
kontradiksi suatu keadaan dimana ibaratnya saat hujan begitu derasnya melanda
di suatu daerah tertentu tetapi tanahnya tidak dapat menyerap air hujan
sehingga tanaman apapun yang ditanam tidak akan tumbuh.
Sengaja judul temanya memakai gaya
bahasa paradok untuk mengungkapkan dua hal yang bertentangan dalam satu kalimat
dan merupakan pernyataan yang berlawanan dengan pendapat umum.
Hujannya sangat deras seharusnya tanah
menjadi subur karena asupan air tetapi telah terjadi kerusakan struktur tanah
sehingga air tidak dapat terserap.
Keadaan seperti ini merupakan suatu
realita yang sering terjadi di kehidupan dan tanpa disadari telah merasuki dan
melemahkan sendi-sendi iman percaya kita kepada Yesus.
Apa yang terjadi pada Filipus, salah
seorang murid Yesus adalah gambaran nyata seorang yang telah sekian tahun
mengikuti Yesus; mendengar banyak pengajaran, nasehat, dan menyaksikan hal-hal
mukjizat kuasa Allah di dalam diri Yesus tetapi tetap saja tidak mengerti
keIlahian Yesus.
Yohanes 14:8
Kata Filipus kepadaNya: "Tuhan,
tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami."
Kita bisa baca ayat berikutnya yang
mencerminkan ekspresi Yesus menegor Filipus (ayat 9) dan kita dengar jawaban
Yesus yang menjelaskan hubunganNya dengan Bapa.
Yohanes 14:10
Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di
dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku
katakan dari diriKu sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang
melakukan pekerjaanNya.
Mengapa iman percaya Filipus lamban
memahami Yesus? mungkin bukan saja Filipus yang lamban tetapi bisa juga kita
lamban menumbuhkan iman percaya kita kepada Yesus.
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang
lamban memahami Yesus:
Pertama
Motivasi dan Tujuannya salah
Kisah 8:18-19
Ketika Simon melihat, bahwa pemberian
Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia
menawarkan uang kepada mereka, serta berkata: "Berikanlah juga kepadaku
kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh
menerima Roh Kudus.
Simon dari Samaria adalah seorang
tukang sihir memedam motivasi dan tujuan salah ketika ia dibaptis dan bergabung
dalam pelayanan bersama dengan Filipus karena ia ingin namanya terkenal dan
memiliki kuasa Allah untuk melakukan perbuatan mukjizat supaya dipuji banyak
orang. ( baca selengkapnya Kisah 8:9-24 ).
Lebih baik nama kita tidak dikenal banyak orang daripada nama kita terkenal populer tetapi mencuri kemuliaan Tuhan.
Lebih baik nama kita tidak dikenal banyak orang daripada nama kita terkenal populer tetapi mencuri kemuliaan Tuhan.
Filipus tadinya lamban memahami Yesus
tetapi pada akhirnya ia menjadi saksi Yesus mewartakan Injil dan dikarunia
kuasa Allah melakukan mukjizat.
Simon dari Samaria profesi semula
sebagai tukang sihir dan dengan motivasi dan tujuannya salah untuk kemuliaan
diri sendiri namun ia segera sadar dan bertobat.
Kisah 8:20,24
Petrus berkata kepadanya:
"Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau
menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. Jawab Simon:
"Hendaklah kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan
kiranya terjadi segala apa yang telah kamu katakan itu."
Oleh sebab itu hendaknya kita
memurnikan diri dari segala keinginan kemuliaan diri sendiri ketika memutuskan
percaya kepada Yesus dan juga di saat mengerjakan tugas perutusan dan
pelayanan.
Dengan demikian iman kita semakin
bertumbuh dan menghasilkan buah Roh, yakni : kasih, sukacita, damai
sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,
penguasaan diri. ( Galatia 5:22 ).
Kedua
Mengandalkan pengertian sendiri
Kisah 13:46
Dengan berani Paulus dan Barnabas
berkata: "Memang kepada kamulah firman Allah harus diberitakan lebih
dahulu, tetapi kamu menolaknya dan menganggap dirimu tidak layak untuk beroleh
hidup yang kekal. Karena itu kami berpaling kepada bangsa-bangsa lain.
Dengan membaca Alkitab, baik kitab
Perjanjian Lama, Deuterokanonika, dan Perjanjian Baru maka kita memgetahui
bagaimana karakter, sikap hidup dari orang-orang Yahudi atau bangsa
Israel yang kontradiksi antara iman percaya
kepada Allah dengan perbuatan mereka.
Mereka sangat mengandalkan pengertian
dan pemahaman diri sendiri tentang kebenaran Firman Allah bahkan mereka
mencoba menafsirkan firman Allah dengan konsep mereka sendiri dan untuk
keuntungan mereka sendiri juga.
Mereka mati-matian
menolak Yesus adalah Mesias yang dijanjikan Allah dan bahkan mereka bunuh Yesus
dan seluruh pengikutnya.
Kisah
13:44-45,50
Pada hari Sabat berikutnya datanglah
hampir seluruh kota itu berkumpul untuk mendengar firman Allah. Akan tetapi,
ketika orang Yahudi melihat orang banyak itu, penuhlah mereka dengan iri hati
dan sambil menghujat, mereka membantah apa yang dikatakan oleh Paulus.
Orang-orang Yahudi menghasut perempuan-perempuan terkemuka yang takut akan
Allah, dan pembesar-pembesar di kota itu, dan mereka menimbulkan penganiayaan
atas Paulus dan Barnabas dan mengusir mereka dari daerah itu.
Kebiasaan ini ditiru
dan dilakulan oleh orang-orang di jaman sekarang bila ada perselisihan dan
perbedaan pendapat ataupun tujuan kepentingan berbeda.
Sungguh menyedihkan
sifat dan sikap manusia tidak berubah sejak dahulu sampai sekarang ini; serupa
tapi beda sedikit corak dan ragam perbuatannya.
Semua itu disebabkan
kecenderungan kita mengklaim kebenaran menurut pemikiran dan kepentingan
pribadi adalah diatas segala kebenaran lain diluar diri kita, termasuk
kebenaran Tuhan.
Dalam Injil Lukas
16:19-31 bisa kita baca tentang seorang kaya dan saudara2nya menolak kebenaran
Tuhan disampaikan kepada mereka dan ketika orang kaya itu mati maka barulah
menyesal.
Lukas 16:31
Kata Abraham kepadanya: Jika mereka
tidak mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau
diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.
Jangan sampai kita
seperti itu, setelah mengalami malapetaka maka barulah menyesal dan bagaimana
bila mati baru menyesal? semoga cepat bertobat dan berubah sikap hidupnya
sebelum mati.
Sudahlah tak perlu bermegah diri di
hadapan Allah, tak ada gunanya bahkan akan menghancurkan dirimu sendiri.
Bangsa Israel adalah pelajaran bagi
kita supaya tidak mengulangi kesalahan mereka di dalam hidup kita. ( baca kitab Roma pasal 11 ).
Kita ini dibentuk Allah dari debu tanah ( Kejadian 2:7 ) dan adalah lebih
baik kita tunduk dan melakukan kehendak Allah dengan taat.
Kita tahu dari perumpamaan Yesus
tentang seorang penabur yang menabur benih ( Lukas 8:4-15 ) bahwa hati kita ini
adalah tanah dan benih itu adalah Firman Tuhan dan penabur itu adalah hamba
Tuhan yang mewartakan Injil.
Bila seseorang telah dibaptis dan
mengaku dimulut percaya kepada Yesus namun mengeraskan hatinya meski setiap
hari mendengar Firman Tuhan maka ia tidak dapat mengenal dan memahami kehendak
Tuhan.
Janganlah
mengandalkan kemampuan diri sendiri dengan meremehkan atau mengabaikan Firman
Tuhan...
Bukankah sama halnya seperti tanah yang
kering tidak menjadi lembur meski hujan lebat membasihinya.
Marilah saudara/i-ku dalam Yesus
Kristus, kosongkan dirimu supaya diisi oleh kebenaran Firman Tuhan.
Dengan demikian hati kita menjadi tanah yang lembur tidak kekeringan melainkan mudah disirami derasnya hujan air kehidupan dari Tuhan.
Dengan demikian hati kita menjadi tanah yang lembur tidak kekeringan melainkan mudah disirami derasnya hujan air kehidupan dari Tuhan.
Ketiga
Ada keraguan hati
Yohanes 14:12
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan melakukan juga pekerjaan-pekerjaan yang
Aku lakukan, bahkan pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar dari pada itu. Sebab
Aku pergi kepada Bapa.
Resapi ayat firman Tuhan ini supaya
kita tidak ragu-ragu menentukan pilihan hidup bergantung kepada kebenaran
Firman Tuhan.
Dalam kitab Rut pasal 1 dikatakan bahwa
Elimelekh mengajak istrinya Naomi dan ke-2 anaknya meninggalkan Betlehem sedang
dilanda kelaparan menuju ke tanah Moab.
Hal ini mencerminkan ketidak-percayaan
mereka kepada Allah sebagai Jehova Jireh; Allah yang menyediakan segala
kebutuhan hidup mereka.
Akibatnya hanya Naomi yang tersisa
masih hidup dan terpaksa ia kembali ke Betlehem yang ternyata sudah pulih dari
keadaan kelaparan.
Seringkali Tuhan membiarkan kita
sejenak bergumul dalam masalah hidup yang sepertinya sulit diatasi namun jika
iman percaya kita kepada Yesus tidak luntur tetapi tetap bersandar kepadaNya
maka kita akan melihat pelangi kasih Tuhan dan mengalami kasihNya di dalam
hidup kita.
Hati dan pikiran kita tidak boleh
ragu-ragu tetapi sebaliknya kita harus yakin kepada Yesus dalam segala situasi
hidup yang sedang kita jalani.
Yohanes 14:14
Jika kamu meminta sesuatu kepadaKu
dalam namaKu, Aku akan melakukannya.
Keraguan akan menghalangi berkat Tuhan
yang akan dicurahkan seperti derasnya hujan asalkan hati kita tidak seperti
tanah yang kering.
REFLEKSI DIRI
Apakah aku senantiasa percaya kepada
Yesus di segala situasi dalam hidupku?
Salam Kasih,
Surya Darma
============= ☆☆☆ ============
Kalender Liturgi Katolik
Pekan IV Paskah
Warna Liturgi : Putih
Kisah 13:44-52
Mazmur 98:1-4
Yohanes 14:7-14
BcO : Kisah 15:36-16:15
============= ☆☆☆ ============
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com