Kamis, 19 Mei 2016
Garam memang baik, tetapi jika garam
menjadi hambar, dengan apakah kamu mengasinkannya? Hendaklah kamu selalu
mempunyai garam dalam dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang
lain."
(Markus 9:50)
Bacaan Injil hari ini mengajarkan
tentang sikap hidup yang memberi dampak bagi orang lain dan hidup dalam
kekudusan melalui perumpamaan tentang garam.
Garam sangat dibutuhkan manusia sebab
sangat banyak kegunaannya di segala bidang kehidupan manusia.
Kita akan menyoroti fungsi garam dalam
hidup kerohanian, diantaranya :
Pertama : Memberi Rasa
Karena itu, selama masih ada kesempatan
bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada
kawan-kawan kita seiman (Galatia 6:10).
Alangkah baiknya dimanapun kita berada
membuat orang lain bersukacita karena mereka merasakan kebaikan kita dan jangan
sampai kehadiran kita malah membuat gaduh dan keributan.
Seperti orang Samaria yang sedang dalam
perjalanan melihat seseorang tergeletak terluka sehabis dirampok penyamun,
dengan segera menolong orang tersebut (baca Lukas 10:25-37).
Rut mau menemani mertuanya, Naomi
pulang ke Betlehem menunjukan sikap peduli dan berbelas kasih.
Rut 1:16
Kata Rut: "Janganlah desak aku
meninggalkan engkau dan pulang dengan tidak mengikuti engkau; sebab ke mana
engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ
jugalah aku bermalam: bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku.
Banyak contoh lainnya yang menjadi panutan
bagi kita untuk berbuat baik kepada orang lain; ringan tangan mau menolong,
peduli dan empati, terbuka kepada siapa saja yang membutuhkan dirinya, dan
murah hati.
Matius 5:42
Berilah kepada orang yang meminta
kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
Semoga anda pembaca renungan ini
termasuk salah seorang yang memiliki hati yang berbelas kasih yang peduli
kepada orang yang tersisihkan, yang kesepian tiada orang mau menemani, kepada
orang yang hidup serba terbatas dan tak mampu membalas kebaikanmu.
Kepedulian kita akan membuka tabir
kesedihan yang sekian lama mendekam di hati mereka yang sekian lama tidak ada
yang menemaninya.
Orangtua manula ditinggal sendirian
oleh anak-cucunya adalah salah satu yang patut diperhatikan sebab setiap hari
hati mereka nelangsa dan bersedih hati.
Disinilah akan terlihat, apakah di
dalam diri kita masih ada "garam" yang bisa memberikan rasa asin
kepada masakan orang lain yang memerlukan garam dari kita karena persediaan
garam mereka telah habis.
Kedua : Mengawetkan
Sebab Allah mendamaikan dunia dengan
diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah
mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami (2Kor 5:19)
Mengawetkan artinya membuat sesuatu
menjadi tahan lama, tidak rusak, dan dalam keadaan seperti semula sebelum
diawetkan.
Dalam pengertian rohani, mengawetkan
mengandung banyak arti, dan kita akan fokus pada pengertian :
mengawetkan = mendamaikan kedua pihak
yang bertentangan.
Doa Santo Fransiskus dari Asisi :
Jadikanlah aku
pembawa damai,
bila terjadi
kebencian.
Jadikanlah aku
pembawa cinta kasih,
bila terjadi
penghinaan.
Jadikanlah aku
pembawa pengampunan,
bila terjadi
perselisihan.
Jadikanlah aku
pembawa kerukunan,
bila terjadi
kebimbangan.
Jadikanlah aku
pembawa kepastian,
bila terjadi
kesesatan.
Jadikanlah aku
pembawa kebenaran,
bila terjadi
kecemasan.
Jadikanlah aku
pembawa harapan,
bila terjadi
kesedihan.
Jadikanlah aku
sumber kegembiraan,
bila terjadi
kegelapan.
Jadikanlah aku
pembawa terang,
Tuhan semoga aku
ingin menghibur daripada dihibur.
memahami
daripada dipahami,
mencintai
daripada dicintai,
sebab
dengan memberi
aku menerima,
dengan
mengampuni aku diampuni,
dengan mati suci
aku bangkit lagi,
untuk hidup
selama-lamanya.
Doa ini sangat
menginspirasi kepada kita untuk berbuat seperti itu sebab mencerminkan fungsi
garam yang mengawetkan yang harus kita miliki.
Salah satu tokoh
Perjanjian Lama adalah Yusuf, anak Yakub dari istrinya Rahel dimana ia menjadi
pendamai diantara ke sebelas saudaranya dari lain ibu.
Yusuf mengampuni saudaranya dan
memulihkan hubungan persaudaraan diantara mereka. (Kejadiaan 37, 45).
Sikap rendah hati adalah kunci seorang
pendamai dan ketulusan hati adalah perekat pemulihan relasi yang retak.
Kita perlu mawas diri menjaga garam
tetap asin agar tidak menjadi tawar.
Demikian hendaknya kita menjaga hati
tetap bersih agar tidak tawar hati oleh pengaruh duniawi dengan cara diberi
bahan pengawet berupa kasih.
Ketiga : Memurnikan
Sebab itu buanglah segala sesuatu yang
kotor dan kejahatan yang begitu banyak itu dan terimalah dengan lemah lembut
firman yang tertanam di dalam hatimu, yang berkuasa menyelamatkan jiwamu.
(Yakobus 1:21)
Hati kita ini janganlah menjadi tempat
penyimpanan segala kekotoran dunia, kekecewaan, kepahitan, penyakit rohani,
yang dapat mengakibatkan luka dan borok bernanah di relung hati kita.
Hati kita harus dibersihkan dengan
siraman firman Tuhan agar memenuhi seluruh relung hati kita sampai tidak ada
setitikpun kotoran dunia dan penyakit rohani mendiami di hati kita.
Caranya adalah : jangan biarkan kotoran
dunia dan penyakit rohani itu lebih dari sehari menumpang di relung hati kita
dan sebaiknya kita tolak tidak kasih ijin tinggal di hati kita.
Obat untuk membersihkan penyakit rohani
adalah mohon pengampunan dan mau mengampuni.
Obat untuk membersihkan kotoran dunia
yang mau menumpang di relung hati kita adalah mengkonsumsi makanan dan minuman
rohani.
Yesaya 55:1-2
Ayo, hai semua orang yang haus, marilah
dan minumlah air, dan hai orang yang tidak mempunyai uang, marilah! Terimalah
gandum tanpa uang pembeli dan makanlah, juga anggur dan susu tanpa bayaran!
Mengapakah kamu belanjakan uang untuk sesuatu yang bukan roti, dan upah jerih
payahmu untuk sesuatu yang tidak mengenyangkan? Dengarkanlah Aku maka kamu akan
memakan yang baik dan kamu akan menikmati sajian yang paling lezat.
Firman Tuhan adalah makanan rohani yang
sangat bergizi yang sanggup membersihkan dan menyucikan seluruh diri kita dan
tidak hanya hati kita saja.
Minuman rohani yang paling nikmat
adalah sari buah Roh yang manis menyegarkan hati dan pikiran kita.
Atur kembali menu makanan-minuman
duniawi yang kita konsumsi setiap hari dengan menu makanan-minuman rohani
supaya kadar garam tidak terlalu asin dan juga tidak menjadi tawar tetapi pas
rasanya ketika dimakan dan diminum.
Secara garis besar ke-3 fungsi garam
tersebut akan sanggup menetralisir kesehatan tubuh-jiwa dan roh kita.
REFLEKSI DIRI
Apakah dalam diriku ke-3 fungsi garam
tersebut telah menggarami hidupku menjadi garam kehidupan dimanapun aku berada
dalam standar asin yang memberikan rasa gurih bagi banyak orang yang
menikmatinya?
Salam Kasih,
Surya Darma
============= ☆☆☆ ============
Kalender Liturgi Katolik
Hari Biasa
Warna Liturgi : Hijau
Yakobus 5:1-6
Mazmur 49:14-20
Markus 9:41-50
BcO : 2 Korintus 4:5-18
============= ☆☆☆ ============
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com