Kamis, 16 Juni 2016
Dalam doamu itu janganlah kamu
bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah. Mereka
menyangka bahwa karena banyaknya kata-kata doanya akan dikabulkan.
(Matius 6:7)
Setiap orang pasti berdoa.
Sebab kita manusia ini sangat
lemah.
Siapa yang berani mengatakan dirinya
kuat dan tidak perlu berdoa?
Ada orang yang mengatakan begini
:
Tuhan/Bapa sudah tahu yang kita perlu,
jadi ya buat apa kita berdoa, atau jika kita berdoa tidak perlu panjang dengan
kalimat yang bertele-tele dan cukup berdoa dengan doa Bapa kami.
Yuk, kita simak sekali lagi ayat 7a
:
Lagipula dalam doamu itu janganlah
kamu bertele-tele seperti kebiasaan orang yang tidak mengenal Allah.
Yang dimaksud bertele-tele adalah doa
seperti orang yang tidak mengenal Allah -> garis bawahi kalimat
ini.
Orang yang tidak mengenal Allah artinya
orang yang tidak percaya kepada Allah.
Ketidakpercayaan kepada Allah karena
orang tersebut menyimpulkam bahwa Allah tidak mencampuri urusan doa sebab
mereka beranggapan kekuatan kita sendirilah yang menentukan hidup kita dimana
Allah hanyalah pencipta dan doa tidak perlu.
Bagian kedua dari ayat 7:
Mereka menyangka bahwa karena banyaknya
kata-kata doanya akan dikabulkan.
Bukan berarti doa itu harus singkat
saja dan tidak boleh panjang kalimatnya.
Yang dimaksud banyaknya kata-kata
diikuti kalimat disangkanya doanya dikabulkan menunjukkan keragu-raguan
orang yang berdoa.
Mengapa ada keraguan saat berdoa?
karena hubungannya dengan Tuhan tidak
intim sehingga ia tidak mengalami Hadirat Tuhan dan tidak mengenal Tuhan lebih
mendalam sebab berdoa dianggap sebagai sarana untuk meminta pertolongan dan
berkat Tuhan
Doa adalah komunikasi manusia dengan
Sang Pencipta Alam Semesta.
Bila komunikasinya lancar maka terjalin
hubungan relasi yang intim dan saling mencintai dan saling mengasihi.
Kita sebagai umat kristiani menyebut
Sang Pencipta Alam Semesta adalah Tuhan Allah sedangkan yang lainnya
bermacam-macam menyebutnya.
Umat Kristiani menyebut Tuhan Allah
dengan memanggilNya :
* Bapa atau Bapa Sorgawi
* Tuhan Yesus
* Allah Bapa
* Allah Putera
* Allah Roh Kudus
Jelaslah bahwa umat kristiani berdoa
kepada Allah, Tuhan, Bapa, Yesus, Roh Kudus berarti juga berdoa kepada Sang
Pencipta Alam Semesta dan hal ini amat mendasar sekali namun terkadang ada saja
yang mempersoalkan sebutan namaNya, terutama Roh Kudus; seakan-akan bukan
Pribadi ketiga dari Allah.
Ada orang berdoa dengan lancar dan ada
yang terbata-bata kesulitan berdoa, ada juga yang tidak tahu mau omong apa pada
saat berdoa.
Doa itu adalah komunikasi antara kita
masing-masing individu kepada Tuhan/Allah/Bapa/Yesus/Roh Kudus.
Komunikasi itu yach sama halnya kita
ngomong kepada seseorang dan yang diomongkan/dibicarakan bisa banyak hal atau
bisa juga singkat saja.
Jika sering bicara dengan seseorang,
maka lama kelamaan kita mengenal sifatnya dan kepribadiannya.
Kita akan tahu apa yang ia suka dan apa
yang ia tidak suka, lalu kita makin cocok dan mau menjadi sahabat
dengannya.
Begitu juga halnya kita berdoa, mirip
seperti kita ngomong atau bicara, yang beda adalah dengan siapa kita bicara;
dalam hal ini kita bicara dengan Tuhan.
Orang yang sulit berdoa berarti ia
jarang berbicara dengan Tuhan/Bapa/Yesus bahkan ia merasa bicara sendiri dan
tidak tahu ia bicara dengan siapa.
Inilah penyebab utama mengapa orang
tidak berdoa atau jarang berdoa karena ia tidak merasakan kehadiran Tuhan pada
saat ia berdoa, akhirnya ia merasa tidak ada manfaatnya berdoa.
Hari ini kita mau belajar memaknai
berdoa kepada Bapa di Sorga atau sama artinya berdoa kepada Tuhan Allah dan
sebutan lain seperti dijelaskan diatas.
Dengan menyebut Bapa di dalam doa,
terasa sangat menyejukan hati sebab Bapa itu mencerminkan figur yang amat dekat
dengan kita.
Dan tidaklah heran bila sebagian umat
kristiani lebih suka menyebut Bapa saat ia berdoa... oke saja tidak ada
masalah.
Yesus tahu hal ini maka ia mengajarkan
doa Bapa Kami supaya setiap orang yang berdoa merasakan kehadiran Bapa dan mau
mengungkapkan isi hatinya tanpa merasa segan atau ragu-ragu.
Doa yang didorong oleh hati yang rindu
kepada Tuhan/Bapa, akan mengalami perjumpaan dengan Tuhan/Bapa atau istilahnya
mengalami Hadirat Tuhan.
Seperti apa mengalami Hadirat Tuhan?
Gambaran awal mengalami Hadirat Tuhan
itu seperti orang yang jatuh cinta pada saat ia bertemu secara rutin dengan
kekasih yang mencintainya.
Perasaan rindu yang terpendam sekian
jam atau sekian hari atau sekian lama terpuaskan ketika bertemu, melihat,
memandang, dan berbicara dengan kekasih pujaan hatinya.
Selanjutnya hubungan mesra makin
terjalin setelah memutuskan menikah dengan sang kekasih dan membangun mahligai
keluarga.
Demikian juga hubungan kita dengan
Tuhan semakin mesra dimana kita bisa merasakan getaran cinta kita kepada Tuhan
dan kita bisa mengenal Tuhan lebih dalam; kita bisa tahu hal apa yang membuat
Tuhan gembira dan senang, juga hal yang mendukakan hati Tuhan.
Dalam kitab Kidung, kita dapat melihat
getaran perasaan cinta saat berjumpa dengan mempelai dan juga kerinduan yang
membara di kalbu bila belum bertemu dengan sang mempelai.
Dan kitab Mazmur yang mengungkapkan
kerinduan kepada Tuhan Allah.
Kidung 5:2
Aku tidur, tetapi hatiku bangun.
Dengarlah, kekasihku mengetuk.
"Bukalah pintu, dinda, manisku,
merpatiku, idam-idamanku, karena kepalaku penuh embun, dan rambutku penuh
tetesan embun malam!"
Mazmur 42:2-3
Seperti rusa yang merindukan sungai
yang berair, demikianlah jiwaku merindukan Engkau, ya Allah. Jiwaku haus kepada
Allah, kepada Allah yang hidup. Bilakah aku boleh datang melihat Allah?
Bila hubungan kita dengan Tuhan/Bapa
semakin dekat dan semakin intim maka seringkali Tuhan/Bapa memberikan apa yang
hati kita inginkan padahal belum dibicarakan dalam doa.
Matius 6:8b
Bapamu mengetahui apa yang kamu
perlukan, sebelum kamu minta kepadaNya.
Berdoalah dengan intim kepada Tuhan,
janganlah hanya menyapa Tuhan saja tetapi kita berdoa dengan kerinduan sebab
kita mencintai dan mengasihiNya
Pada saat tertentu kita berdoa lama
sekali dan ini bukanlah doa bertele-tele karena mengungkapkan isi hati atau
istilahnya curhat.
Disaat yang lain kita berdoa singkat
saja karena sudah mengerti apa yang Tuhan inginkan namun ada kalanya juga kita
berdoa tidak berkata-kata dan hanya roh kita yang bercengkrama dengan Tuhan
yang biasa disebut saat teduh bersama Tuhan.
Jadi janganlah berpikiran sempit yang
mempermasalahkan cara berdoa atau metoda berdoa sebab yang terpenting adalah
bagaimana penghayatan doa, seperti sudah dijelaskan sebelumnya.
Doa Bapa kami harus dilihat essensinya
dan maknanya yang disampaikan yang merupakan cerminan hubungan relasi kita
dengan Tuhan Allah/Bapa Sorgawi.
Ilustrasinya begini :
seorang anak mendekat ke bapanya atau
ke ayahnya dan berkata sangat formil :
"ayah, engkau sangat mengasihi
diriku, aku tidak dapat hidup tanpa dirimu dan engkau tahu ayah, pada saat ini
aku mohon sudilah kiranya engkau kabulkan permintaanku sebab aku membutuhkan
pertolonganmu ......dan seterusnya."
Begitupun kita berdoa kepada Tuhan dan
kita berdoa dengan doa Bapa Kami, lalu selesai dan tidak ada kerinduan untuk
bersama dengan Tuhan/Bapa.
Hubungan anak kepada bapanya atau
hubungan kita sebagai anak-anak Tuhan kepada Bapa Sorgawi sangat kaku dan
formil sekali bila beranggapan cukup berdoa dengan doa Bapa Kami dan tidak
perlu berdoa panjang dan bertele-tele.
Kasihan sekali bila membatasi diri
dengan mengandalkan pemikiran sendiri tentang berdoa kepada Tuhan/Bapa seperti
itu sebab berdoa itu lahir dari kerinduan hati kita dan bukan sekedar memohon
rejeki/berkat Tuhan.
Berdoa kepada Tuhan/Bapa dalam doa
pribadi sangat menentukan sejauh mana dalamnya hubungan pribadi seseorang
dengan Tuhan/Bapa.
Berdoa bersama di gereja dan komunitas
rohani adalah prioritas berikutnya dan biasanya agak formil karena mengikuti
aturan liturgi yang ditentukan namun maknanya sama yaitu kita mengalami Hadirat
Tuhan/Bapa.
Berdoa atau tidak berdoa
Berdoa dengan cara doa tertentu
adalah pilihan masing-masing individu
dan tidak boleh memaksa orang lain harus berdoa atau harus mengikuti seperti
cara kita berdoa.
Hanya misa ekaristi boleh mengatur
tatacara liturgi dan cara berdoa.
Umat yang hadir sebaiknya mengikuti
aturan misa ekaristi.
Setiap orang yang hadir dan ikuti misa
ekaristi di gereja maupun beribadah dan bersekutu di komunitas rohani (misalnya
di persekutuan doa); apakah mengalami Hadirat Tuhan atau tidak mengalami adalah
bergantung sejauh mana kerinduan mengalami Hadirat Tuhan?
Berdoa secara pribadi dalam doa-doa
pribadi dan bersaat teduh pribadi bersama Tuhan/Bapa hendaknya menjadi
prioritas utama seperti halnya hubungan suami isteri dalam keluarga dan setelah
itu kita berdoa dan bersaat teduh di dalam gereja dan di komunitas rohani.
Keduanya saling melengkapi.
Namun jangan sampai kita rajin berdoa
tetapi tidak mengalami Hadirat Tuhan karena berdoa hanya untuk meminta berkat
dan pertolongan Tuhan saja.
Yohanes 4:23-24
Tetapi saatnya akan datang dan sudah
tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh
dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu
Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan
kebenaran.
Hendaknya kita berdoa dengan hasrat dan
kerinduan yang mendalam sehingga kita tidak hanya mengalami HadiratNya tetapi
juga kita menyembahNya sebab bagaimanapun juga DIA adalah Tuhan yang
menciptakan kita manusia.
Karena kenurahan dan pengorbanan Yesus
di kayu saliblah yang mengijinkan kita memanggil Tuhan Allah dengan menyebutnya
: Bapa, supaya kita tahu bahwa Tuhan Allah itu adalah Bapa yang sangat
mengasihi kita manusia.
Oleh sebab itu sudah selayaknya kita
berdoa, bersaat teduh bersamaNya dan menyembahNya senantiasa selama kita hidup
di dunia ini.
REFLEKSI DIRI
Apakah aku berdoa dan bersaat teduh
bersama dengan Tuhan/Bapa dengan penuh kerinduan?
Salam Kasih,
Surya Darma
============= ☆☆☆ ============
Kalender Liturgi Katolik
Pekan Biasa XI
Warna Liturgi : Hijau
Sirakh 48:1-14
Mazmur 97:1-7
Matius 6:7-15
BcO : Hagai 2:10-23
============= ☆☆☆ ============
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com