Sabtu, 4 Juni 2016
Maka dipanggilNya murid-muridNya dan
berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin
ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam
peti persembahan.
(Markus 12:43)
Siapakah yang mau hidupnya
miskin?
Ini kalimat pembuka renungan harian
yang mau kita renungkan hari ini.
Tidak perlu di survey sebab secara
kasat mata dapat disimpulkan bahwa tidak ada seorangpun menginginkan hidup
dalam kemiskinan dalam artian uang yang dimilikinya sangat sedikit sekali dan
tidak memiliki harta dunia.
Jika keadaan hidup kita saat ini tidak
miskin karena memiliki deposito ratusan juta dan beberapa rumah, apartemen,
toko, kavling tanah atau memiliki pabrik dan beberapa perusahaan; coba sejenak
saja sekitar 3 menit membayangkan sekiranya tidak memiliki deposito-harta
tersebut dan hanya punya sedikit uang; bagaimana perasaan kita??
Apakah tetap percaya kepada
Yesus?
Apakah tetap semangat memberitakan
Injil dan aktif dalam pelayanan?
Apakah masih sanggup menjadi pelaku
firman dibawah ini :
1 Tesalonika 5:16-18
Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah
berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki
Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu.
Tidak banyak orang mampu bersikap
seperti ini kecuali mereka yang sudah mengalami perjumpaan dengan Yesus dan
relasinya intim, sangat dekat dengan Tuhan sehingga mereka mau berbuat seperti
yang dikehendaki Tuhan.
Mengucap syukur dalam situasi hidup
yang menyesakkan adalah sangat sulit, apalagi dalam keadaan dianiaya, seperti
yang dialami Rasul Paulus.
2 Timotius 4:6
Mengenai diriku, darahku sudah mulai
dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat.
Kesetiaan Rasul Paulus dan para Rasul
lainnya serta para Santo-Santa dan orang kudus atau para martir lainnya adalah
bukti nyata bahwa masih ada orang yang mau memberi dirinya demi mewartakan
Injil dan demi menunaikan tugas yang Yesus perintahkan dalam Amanat Agung
Matius 28:19-20.
2 Timotius 4:7-8
Aku telah mengakhiri pertandingan yang
baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang
telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh
Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan
juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya.
Tidak banyak orang mau mewartakan Injil
dengan anggapan bahwa itu bukan tugasnya tetapi tugas pastor/romo dan kaum
rohaniwan lainnya (=klerus).
Dalam suratnya kepada Timotius, Ia
memberikan wejangan, bahwa:
1) Beritakan Injil senantiasa
2 Timotius 4:2a
Beritakanlah firman, siap sedialah baik
atau tidak baik waktunya....
2) Tegorlah yang salah dan
Nasehatilah
2 Timotius 4:2b
Tegorlah dan nasihatilah dengan segala
kesabaran dan pengajaran.
3) Kuasai diri
2 Timotius 4:5a
Kuasailah dirimu dalam segala hal ....
4) Sabarlah menderita
2 Timotius 4:5b
Sabarlah menderita, lakukanlah
pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu!
Mewartakan Injil itu tidak sekedar
menyampaikan firman Tuhan kepada orang lain sedangkan diri sendiri tidak hidup
di dalam kebenaran firman, seperti yang dilakukan oleh ahli taurat.
Markus 12:38-40
Dalam pengajaranNya Yesus berkata:
"Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan
memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk
di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan,
yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa
yang panjang-panjang.
Mereka ini pasti akan menerima hukuman
yang lebih berat."
Wow...hukuman lebih berat dikenakan
kepada orang yang telah mengenal firman Tuhan tetapi tidak menghidupi firman
Tuhan di dalam hidupnya.
Tetapi jangan sampai menyurutkan
langkah kaki kita untuk memberitakan Injil sebab hal ini merupakan salah satu
yang menyenangkan hati Yesus.
Ada seseorang yang berdalih dengan
memakai ayat firman lainnya sebagai alasan untuk membenarkan dirinya yang tidak
mau memberitakan Injil.
Yakobus 3:1
Saudara-saudaraku, janganlah banyak
orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita
akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.
Melakukan perintah Tuhan dengan
terpaksa karena takut kepada Tuhan, tidak akan maksimal, sama seperti dalam
perumpamaan talenta dimana seorang yang diberi satu talenta.
(baca Matius 25:14-30).
Selain itu juga, tidak banyak orang
yang mau mendengarkan pemberitaan Injil dan bisa kita saksikan sendiri bila ada
pendalaman iman di lingkungan maka yang hadir berkisar 20 orang.
Hal lain yang Rasul Paulus ingatkan
bahwa ada kecenderungan orang yang mau mendengarkan Firman Tuhan menurut apa
yang mereka mau dengar.
2 Timotius 4:3-4
Akan datang waktunya, orang tidak dapat
lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut
kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan
telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng.
Sudah terjadi saat ini, orang hanya mau
dengar kotbah/homili yang ringan saja, semakin banyak canda yang lucu maka
orang suka mendengarnya tetapi jika dibawakan dengan serius, ada tegoran, dan
nasehat, biasanya orang tidak suka dan pertemuan berikutnya tidak akan datang
lagi.
Selanjutnya,
Dalam bacaan Injil hari ini selain
pesan Yesus supaya berhati-hati kepada ahli taurat maka Yesus menyampaikan
solusi dari kritikanNya kepada ahli taurat lewat suatu peristiwa dimana ada
orang kaya dan janda miskin yang memberi persembahan kolekte.
Markus 12:41-42
Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi
peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke
dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar.
Lalu datanglah seorang janda yang
miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit.
Bisa kita bayangkan si janda miskin mau
memberikan uang yang dimilikinya padahal hidupnya miskin.
Biasanya orang miskin atau setidaknya
yang hidupnya terbatas alias pas-pasan cenderung beralasan dirinya miskin dan
ia tidak memberi persembahan kolekte.
Apakah betul demikian?
Banyak alasan untuk tidak memberi,
termasuk persembahan kolekte.
sedangkan bagi yang memberi, juga ada
alasan tertentu mengapa ia memberi.
Kita dengar perkataan Yesus
Markus 12:43-44
Maka dipanggilNya murid-muridNya dan
berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin
ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam
peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi
janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh
nafkahnya."
Jangan diartikan bahwa lebih baik
memberi sedikit saja buat kolekte tetapi hendaknya kita memberi setulus
hati.
Ada orang protes dan mengatakan :
belum tentu si janda miskin itu memberi
kolekte setulus hati tanpa berdoa meminta balasan dari Tuhan supaya memberinya
rejeki.
Kita tidak perlu berdebat atas pendapat
masing-masing namun jika kita cermati perkataan Yesus tentang ahli taurat dan
kemudian Yesus berbicara tentang persembahan kolekte orang kaya dan janda
miskin maka ada benang merah yang tersirat pada kedua hal tersebut.
Jelaslah dalam hal memberi kolekte,
bukan jumlah uang yang diberikan yang menjadi ukurannya tetapi motivasi atau
tujuan pemberian itu yang terpenting.
Begitu juga dalan hal menjalankan tugas
sebagai ahli taurat, terlihat motivasinya mencari pujian orang dan keuntungan
atau kepentingan diri sendiri.
Benang merahnya adalah Yesus mau dalam
hal memberi; apakah itu berupa uang atau dalam bentuk pelayanan, hendaknya
memiliki sikap kerendahan hati dan bersikap miskin di hadapan Tuhan,
artinya : menyadari diri tidak punya apa-apa yang dapat diberikan kepada
Tuhan.
Jika bukan Tuhan yang memberi terlebih
dahulu kepada kita maka sesungguhnya kita tidak memiliki apa-apa.
Apa yang ada pada diri kita saat ini
semua adalah pemberian Tuhan.
Pertama
kita diberi kuasa untuk mengelola harta
dunia dan memberdayakan harta itu untuk kebutuhan hidup kita dan untuk
dibagikan kepada orang lain.
Kedua
kita diberikan kemampuan, kepintaran
agar mampu menghasilkan suatu karya untuk menghasilkan yang berguna bagi
kehidupan di dunia ini.
itu sebabnya Yesus mengatakan bahwa memberi
dari kekurangan lebih bernilai daripada memberi dari kelebihan.
Mengapa demikian?
Sebab memberi sesuatu dari kekurangan
adalah lewat pergumulan berat dimana mau mengorbankan diri sendiri untuk
kepentingan orang lain padahal kita juga sangat membutuhkannya.
Kita masih ingat kisah janda di Sarfat
yang memberikan roti terakhir buat dirinya dan anaknya kepada nabi Elia.
(baca 1 Raja-raja 17:7-17).
Berkoban untuk orang lain itu tidak
mudah sebab kita cenderung mengasihi diri sendiri terlebih dahulu daripada
memberi kasih kepada orang lain.
Kesadaran bahwa apa yang ada pada kita
adalah penberian dari Tuhan adalah mencerminkan sikap miskin di hadapan Tuhan
sehingga kita tidak akan merasa kehilangan bila sewaktu-waktu apa yang ada pada
kita itu lenyap tidak ada lagi.
Sepertinya ini cuman teori saja dan
apakah bisa kita bersikap miskin di hadapan Tuhan sementara saat ini diantara
kita, ada banyak harta yang dikuasai atas nama dirinya? Dan bila ia memberi,
pasti dari kelebihannya.
Lalu bagaimana sebaiknya?
Yesus mengatakan kepada orang kaya: jikalau
engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu
kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian
datanglah ke mari dan ikutlah Aku." (Matius 19:21).
Fransiscus Asisi tinggalkan hidupnya
yang kaya menjadi biarawan dan mengosongkan diri dari ikatan harta dunia untuk
kepentingan sendiri dan memberi dirinya melayani banyak orang.
Doa St.Fransiskus Asisi :
Tuhan, jadikanlah aku
pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.
Ya Tuhan Allah,
ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur;
mengerti daripada dimengerti;
mengasihi daripada dikasihi;
sebab dengan memberi kita menerima;
dengan mengampuni kita diampuni,
dan dengan mati suci kita dilahirkan ke dalam Hidup Kekal.
Amin.
ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur;
mengerti daripada dimengerti;
mengasihi daripada dikasihi;
sebab dengan memberi kita menerima;
dengan mengampuni kita diampuni,
dan dengan mati suci kita dilahirkan ke dalam Hidup Kekal.
Amin.
Bagaimana dengan kita?
Sendengkanlah telinga kita dan bukalah
hati kita, dengarkanlah apa yang Tuhan katakan kepada kita.
Satu hal yang sangat jelas untuk kita
perhatikan dan melakukannya adalah hendaknya miskin di hadapan Tuhan.
Apabila Tuhan perintahkan kita untuk
melakukan sesuatu maka segeralah kita perbuat walau harus mengorbankan diri
demi mentaati dan setia kepada Tuhan.
Inilah salah satu ujian iman yang berat
yang harus kita lewati bila kita diminta miskin di hadapan Tuhan dan harus rela
melepaskan keterikatan kita kepada harta kekayaan dunia dan kosongkan diri dari
segala keinginan hawa nafsu dunia.
REFLEKSI DIRI
Apakah aku mau menjalani hidup miskin
di hadapan Tuhan; bukan saja miskin dalam artian tidak punya harta dunia tetapi
lebih dari itu yakni Apakah aku mau mengosongkan diri dari keinginan daging dan
kepentingan diri sendiri?
Salam Kasih,
Surya Darma
============= ☆☆☆ ============
Kalender Liturgi Katolik
PW Hati Tersuci SP Maria
Warna Liturgi : Putih
2 Timotius 4:1-8
Mazmur 71:8-9,14-18,22
Markus 12:38-44
BcO : Galatia 5:25-6:18
============= ☆☆☆ ============
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com