Selasa, 21 Juni 2016

JANGAN MENGHAKIMI










Senin, 20 Juni 2016 

Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui. 
                   (Matius 7:3)

Melihat kekurangan/kelemahan orang lain lebih mudah daripada intropeksi diri sendiri dan menghakimi orang seringkali dilakukan menurut penilaian sendiri. 

Orang farisi dan ahli taurat paling getol menghakimi orang lain karena merasa dirinya paling benar dan paling suci. 

Oleh sebab itu Yesus mengatakan : 
Matius 7:1-2 
Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 

Apa saja yang Yesus perbuat, selalu saja dihakimi oleh ahli taurat dan orang farisi padahal mereka tidak berbuat apa-apa dan bahkan perbuatan mereka tidak sesuai dengan mulut mereka yang rajin memgkritik dan menghakimi orang lain. 

Tak heran, Yesus menghardik mereka karena kemunafikan sikap mereka yang bertindak sebagai hakim sedangkan perbuatan mereka sangat jahat menekan orang lain. 

Matius 7;4-5 
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu. 

Sikap menghakimi merupakan penyakit rohani yang akut alias parah sebab hampir sebagian besar orang menderita penyakit rohani ini. 

Pertanyaannya adalah mengapa orang cenderung menghakimi orang lain? 

Bila ditelusuri lebih jauh, sesungguhnya penyakit rohani : menghakimi orang lain disebabkan tiga hal : 

1) Kesombongan Diri 

Semakin pintar intelektual seseorang maka biasanya cenderung mengklaim dirinya yang paling hebat sehingga memandang rendah orang lain. 

Ahli taurat dan orang farisi sebagai pemuka agama Yahudi, pengetahuan tentang hukum taurat dan adat istiadat nenek-moyang sangat menguasai dan secara jabatan berhak menetapkan peraturan dan menuntut orang lain untuk melakukannya dan mentaatinya. 

Yesus mengatakan mereka menduduki kursi Musa padahal sikap perbuatan mereka tidak berlaku seperti Musa yang mengayomi bangsanya sedangkan mereka seringkali menghakimi. 

Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa.  (Mat 23:2)

Sikap sombong cenderung menghakimi orang lain, selain memandang rendah orang lain

2) menutupi kelemahan diri sendiri 

Pengkritik yang menghakimi orang lain sebagian memang mereka lebih pintar dan memiliki banyak kelebihan dirinya tetapi ada sebagian lainnya justru untuk menutupi kekurangan dirinya maka mereka mengkritik dan menghakimi orang lain agar tidak terlihat kekurangan dirinya. 

Yesus sanggup melakukan perbuatan mukjijat sedangkan ahli taurat dan orang farisi tidak mampu, bahkan dalam hal pengajaran yang seharusnya mereka jagonya hukum taurat tetapi tidak mampu mendalami maknanya. 

sedangkan Yesus saat itu dikenal sebagai rakyat biasa dan profesinya tukang kayu tetapi ketika mengajar, ada kuasa yang mengalir sehingga orang yang memdengar pengajaranNya takjub. 

Markus 1:22 
Mereka takjub mendengar pengajaranNya, sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat. 

Pantesan saja ahli taurat dan orang farisi berusaha menekan Yesus sebab mereka malu pada kelemahan dirinya dan dengan menggunakan jabatannya mereka mengkritik dan menghakimi Yesus terus menerus sampai timbul niat mau membunuh Yesus karena semakin hari mereka semakin kalah pamor di mata masyarakat Yahudi. 

3) iri hati 

Dimana ada iri hati, disitu pasti timbul pengkritikan dan penghakiman. 
ini sangat jelas akibatnya karena iri melihat kesuksesan orang lain. 

Iri hati ini bisa terjadi pada orang yang sombong maupun kepada orang yang munafik menutupi kelemahannya dengan mengkritik dan menghakimi. 

Banyak contoh orang iri hati di Alkitab, salah satu diantaranya adalah Miryam, kakak perempuan Musa. 

Bilangan 12:1-2 
Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kata mereka: "Sungguhkah Tuhan berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada Tuhan. 

Miryam iri hati kepada adiknya Musa karena dipakai Allah memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir. 

Kita dengar alasan Miryam cari gara-gara dengan alasan Musa kawin dengan perempuan di luar bangsa Israel yang saat itu dilarang perkawinan campur. 

Padahal ia iri hati kepada Musa dengan mengatakan bahwa Allah mengutus dirinya juga dan bukan hanya Musa. 

Orang yang iri hati biasanya memang cari alasan lain untuk menutupi niat dan tujuan sebenarnya ketika mengkritik dan menghakimi orang lain. 

JADI, 

Hendaknya kita tidak menghakimi orang lain meskipun betul sih orang lain itu ada kekurangan dan kelemahannya. 

Bila orang lain berbuat salah, yach boleh kita kasih tahu baik-baik supaya orang itu berubah menjadi lebih baik. 

1 Tesalonika 5:14 
Kami juga menasihati kamu, saudara-saudara, tegorlah mereka yang hidup dengan tidak tertib, hiburlah mereka yang tawar hati, belalah mereka yang lemah, sabarlah terhadap semua orang. 

Sifat orang menghakimi bertujuan untuk menjatuhkan orang yang dihakiminya supaya kepentingan dirinya tercapai. 

Bukankah lebih baik kita saling nasehati dan saling melengkapi sebab setiap orang pasti ada kelebihan dan juga ada kekurangan di dalam dirinya. 

Roma 2:1 
Karena itu, hai manusia, siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang sama. 

Jauhkan sifat dan sikap menghakimi sebab kita tahu hanya Tuhan Allah saja yang berhak menghakimi kita manusia. 

Yohanes 5:30 
Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diriKu sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakimanKu adil, sebab Aku tidak menuruti kehendakKu sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku. 

REFLEKSI DIRI 

Sudahkah sikapku saling menasehati, saling melengakapi, saling membangun dengan sesamaku? 


Salam Kasih, 
Surya Darma 

============= ☆☆☆ ===========

Kalender Liturgi Katolik 
Pekan Biasa XII
Warna Liturgi : Hijau 

2 Raja 17:5-8,13-15a,18 
Mazmur 60:3-5,12-13 
Matius 7:1-5 
BcO : Zakaria 8:1-17,20-23 

============= ☆☆☆ ============

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com