Selasa, 7 Juni 2016
Demikianlah hendaknya terangmu
bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan
memuliakan Bapamu yang di sorga.
(Matius 5:16)
Kotbah Yesus di Bukit dimulai dengan
tema ucapan bahagia di pasal 5 hingga tema mengenai dasar mendirikan rumah di
pasal 7 adalah satu paket pengajaran brilian yang merupakan pondasi iman bagi
masyarakat Yahudi saat itu.
Hari ini Yesus menjelaskan pengajaran tentang
garam dunia dan terang dunia.
Matius 5:13
Kamu adalah garam dunia.
Jika garam itu menjadi tawar, dengan
apakah ia diasinkan?
Tidak ada lagi gunanya selain dibuang
dan diinjak orang.
Matius 5:14-15
Kamu adalah terang dunia.
Kota yang terletak di atas gunung tidak
mungkin tersembunyi.
Lagipula orang tidak menyalakan pelita
lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga
menerangi semua orang di dalam rumah itu.
Kita sudah sering mendengar perikop ini
dan sudah hafal isi kotbah yang mau disampaikan bahkan saking hafalnya, sudah
tidak tertarik lagi menyimaknya.
Penulis juga tidak tahu apa yang mau
disampaikan bila pembacanya sudah tahu dan sering membacanya.
Lalu, masih adakah maknanya untuk kita
renungkan perikop tentang garam dunia dan terang dunia?
Mari kita hening sejenak dan
selidikilah hati nurani kita masing-masing; apakah kita sudah menjadi garam
dunia dan sudah menjadi terang dunia??
Bila jawabannya : sudah.
Teruskan dan tingkatkan semaksimal yang
mampu kita lakukan.
Bila jawabannya : belum
Ayo segeralah bertindak menjadi garam
dunia dan terang dunia.
Kita kudu mesti harus jujur di hadapan
Tuhan sebab DIA Maha Tahu dan kita ga bisa berbohong atau memakai topeng.
Sesungguhnya kita sudah tahu manakah
perbuatan baik dan tidak baik namun masalahnya kita cenderung enggan atau tidak
mau berbuat seperti yang kita tahu seharusnya kita lakukan.
Kita tahu garam itu penyedap
masakan
Kita tahu terang itu menerangi
gelap
keduanya bermanfaat dan kita butuhkan,
demikian juga berbuat baik itu penting dan sangat dibutuhkan untuk menolong
banyak orang.
Tetapi kenapa perbuatan baik semakin
hari semakin sedikit sedangkan orang yang membutuhkan perbuatan baik semakin
buanyak?
Bila saja perbuatan baik semakin banyak
maka dapat dipastikan orang susah semakin sedikit?
Banyak orang mengeluh dan kehilangan
pengharapan karena kesesakan hidup yang dideritanya berlangsung sekian lama
bahkan ada yang puluhan tahun hidupnya terbenam dalam berbagai kesulitan hidup
dan membutuhkan sinar terang untuk menyingkapkan kegelapan yang menyelubungi
kehidupannya.
Orang yang berada dalam kegelapan
sering menjerit meminta tolong dan belas kasihan dari orang lain bahkan setiap
hari ia berkeluh kesah :
"mengapa ... mengapa ...
mengapa....."
Ada yang menyalahkan Tuhan,
kenapa tidak segera menolong?
Bukankah katanya Tuhan itu baik dan
Tuhan itu mengasihi manusia tetapi kenapa tega nian membiarkan orang yang
setiap hari berharap kepadaNya hingga orang itu tidak berharap lagi.
Hidup ini terasa sangat tidak
adil,
ada yang bingung mau makan
dimana?
ada yang bingung tidak ada
makanan?
ada yang bingung mau tour kemana?
ada yang bingung cari nafkah
kemana?
Lihat saja,
ada orang bangga memposting photo
tentang dirinya; ia makan apa, ia pergi kemana, prestasinya,
jabatannya,dsbnya
sepertinya hal-hal inilah yang membuat
dirinya semakin bercahaya terang.
Bukankah Yesus menginginkan kita ini
menerangi orang lain dan bukan sibuk mendandani diri kita sendiri supaya
semakin silau dilihat orang lain.
Saking terangnya diri kita membuat
orang lain tidak dapat melihat sosok diri kita seperti apa.
Tidak tergerakkah hati kita oleh belas
kasihan melihat orang lain menderita; hidupnya susah, tidak tahu kemana lagi
meminta tolong.
Jika anda pernah mengalami hidup susah
dan pernah menahan lapar karena tidak ada makanan maka anda pasti tahu betapa
menderitanya tidur dalam keadaan perut kosong nyut-nyutan!!
Nabi Elia pernah merasakan kelaparan
dimana ia dikasih makan oleh seekor burung gagak.
1 Raja-raja 17:6
Pada waktu pagi dan petang
burung-burung gagak membawa roti dan daging kepadanya, dan ia minum dari sungai
itu.
Dan meminta roti kepada janda di Sarfat
yang sangat miskin karena tersisa roti buat sekali makan saja.
1 Raja-raja 17:10b-12
Elia berseru kepada perempuan itu,
katanya: "Cobalah ambil bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku
minum." Ketika perempuan itu pergi mengambilnya, ia berseru lagi:
"Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti." Perempuan itu menjawab:
"Demi Tuhan, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya tidak ada roti padaku
sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan sedikit minyak dalam
buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga potong kayu api,
kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi anakku, dan setelah
kami memakannya, maka kami akan mati."
Orang susah biasanya lebih murah hati
sebab ia tahu bagaimana rasanya perut kosong tidak ada yang bisa dimakan.
Terkadang Tuhan membiarkan kita lapar
supaya tahu rasanya lapar supaya ketika kenyang, teringat saat kita lapar
Dengan demikian kita mau menjadi garam
yang memberi rasa kepada orang lain yang menikmati makanan yang kita berikan
kepada mereka.
Saudara/i-ku dalam Yesus Kristus,
Kitalah yang disuruh Tuhan untuk
memberi makan kepada orang lain yang kelaparan seperti saat Yesus menyuruh
murid2Nya memberi makan 5000 orang (Markus 6:30-44).
Kitalah yang disuruh Tuhan untuk
memberi cahaya terang kepada orang lain yang hidupnya dalam kegelapan.
Kegelapan mencerminkan penderitaan
hidup, yang hilang harapan dan putus asa serta yang berada dalam kuasa gelap
atau kuasa Iblis.
Kitalah yang disuruh Tuhan untuk
memberi rasa kepada orang, misalnya menemani orang yang tersisihkan, menghibur
orang yang bersedih, serta membangkitkan semangat orang yang lemah dan
sebagainya.
Jika anda saat ini sedang susah,
janganlah menangisi dirimu
janganlah hilang semangat hidupmu
bukankah hidup janda miskin di Sarfat
itu juga susah tetapi ia mau menolong Elia padahal dia juga butuh
makanan.
Persoalannya adalah apakah di dalam
penderitaan, iman percaya pada Yesus tetap tidak berubah dan tetap berharap
kepada Yesus?
Seringkali kita tidak tahan menunggu
tibanya pertolongan Tuhan?
Seringkali kita tidak menjaga iman kita
untuk tetap percaya kepadaNya?
Meskipun tidak ada orang yang memberi
garam dunia dan terang dunia kepada kita namun bila iman dan pengharapan kita
kepada Tuhan Yesus tetap berkobar maka nantikanlah pertolonganNya dan akan
indah pada waktunya?
Sebaliknya,
Bila saat ini hidup kita nyaman dan
tidak kekurangan bahkan berkelimpahan harta dunia maka bergegaslah menggarami
dunia dan menerangi dunia di sekitarmu supaya banyak orang ikut menikmati betapa
gurihnya garam dan betapa nyaman di tengah cahaya terang.
REFLEKSI DIRI
Apakah aku telah menjadi garam dunia
memberi rasa kepada orang lain dan juga menjadi terang dunia memberi sinar
cahaya terang bagi orang lain?
Salam Kasih,
Surya Darma
============= ☆☆☆ ============
Kalender Liturgi Katolik
Hari Biasa
Warna Liturgi : Hijau
1 Raja 17:7-16
Mazmur 4:2-8
Matius 5:13-16
BcO : Filipi 1:27-2:11
============= ☆☆☆ ============
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com