Jumat, 12 Agustus 2016
Maka datanglah orang-orang Farisi
kepadaNya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan
orang menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"
(Matius 19:3)
Masalah perceraian sejak dahulu kala
hingga sekarang ini masih menjadi momok bagi mahligai perkawinan.
Musa menghadapi tantangan berat saat
bangsanya terlibat kawin cerai sehingga dalam hukum taurat diatur sedemikian
rupa untuk mencegahnya.
Ulangan 24:1-2
Apabila seseorang mengambil seorang
perempuan dan menjadi suaminya, dan jika kemudian ia tidak menyukai lagi
perempuan itu, sebab didapatinya yang tidak senonoh padanya, lalu ia
menulis surat cerai dan menyerahkannya ke tangan perempuan itu, sesudah itu
menyuruh dia pergi dari rumahnya, dan jika perempuan itu keluar dari rumahnya
dan pergi dari sana, lalu menjadi isteri orang lain.
Garis bawahi perkataan :
ia tidak menyukai lagi perempuan
itu
dengan alasan perempuan yang dinikahi
itu berbuat tidak senonoh kepadanya.
Timbul kontroversi dan perdebatan
:
seperti apa perbuatan isterinya yang
tidak senonoh kepadanya?
Di kalangan orang farisi mengatakan
bahwa perbuatan tidak senonoh itu berarti melakukan perzinahan.
Pendapat lain mengatakan bahwa suami
dapat menceraikan isterinya jika ia tidak menyukai isterinya lagi dengan
alasan apapun juga (Matius 19:3) dan pendapat ini dilontarkan orang farisi
yang hendak mencobai Yesus.
Yesus mengingatkan akan perintah Allah
bahwa :
Pertama
Allah menciptakan laki-laki &
perempuan
(Kejadian 1:27)
Matius 19:4
Jawab Yesus: "Tidakkah kamu baca,
bahwa Ia yang menciptakan manusia sejak semula menjadikan mereka laki-laki dan
perempuan?
Kedua
Laki-laki bersatu dengan isterinya
sehingga menjadi satu daging.
(Kejadian 2:24)
Matius 19:5
Dan firmanNya: Sebab itu laki-laki akan
meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
itu menjadi satu daging.
Yesus memberikan jawaban tegas atas
pertanyaan orang farisi bahwa :
Matius 19:6
Demikianlah mereka bukan lagi dua,
melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh
diceraikan manusia."
Tetapi orang farisi tidak puas dan
terus mendesak Yesus dengan mengatakan Musa memerintahkan memberikan surat
cerai kepada isteri yang diceraikannya.
Padahal jika kita cermati Ulangan
24:1-4 Musa tidak memerintahkan perceraian melainkan memperingatkan suami bila
ia menceraikan isterinya dan kemudian isterinya kawin lagi dengan orang lain
maka suami pertama tidak dapat rujuk kembali dengan mantan isterinya.
Jadi Musa tidak menghendaki adanya
perceraian namun
karena tidak tegas melarang perceraian maka timbullah polemik dan perdebatan
seakan-akan Musa menyetujui perceraian.
Gereja Katolik sangat tegas melarang
perceraian bagi umatnya.
Lalu kenapa pada ayat 9 Yesus berkata
boleh cerai karena alasan isteri berzinah sedangkan pada ayat 6 Yesus katakan
bahwa apa yang dipersatukan Allah maka tidak boleh diceraikan manusia?
Untuk itu kita perlu kembali pada ayat
3 dimana suami boleh menceraikan isteri dengan alasan apapun juga sedangkan
pada ayat 9 ditekankan pada satu alasan yaitu bila isteri berzinah.
Coba kita simak betul antara ayat 3 dan
ayat 9 berikut ini :
Matius 19:9
Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa
menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, lalu kawin dengan perempuan
lain, ia berbuat zinah.
Matius 19:3
Maka datanglah orang-orang Farisi
kepadaNya untuk mencobai Dia. Mereka bertanya: "Apakah diperbolehkan orang
menceraikan isterinya dengan alasan apa saja?"
Hal serupa berlaku kepada bangsa Israel
berbuat zinah rohani; berbuat seperti perempuan sundal dengan menyembah
ilah-ilah lain dan tidak setia kepada Allah sehingga Allah menceraikan bangsa
ini.
Yeremia 3:8
Dilihatnya, bahwa oleh karena zinahnya
Aku telah menceraikan Israel, perempuan murtad itu, dan memberikan kepadanya
surat cerai; namun Yehuda, saudaranya perempuan yang tidak setia itu tidak
takut, melainkan ia juga pun pergi bersundal.
Selanjutnya,
Murid-murid Yesus mengatakan lebih baik
tidak kawin daripada mengalami masalah dalam perkawinan.
Matius 29:10
Murid-murid itu berkata kepadaNya:
"Jika demikian halnya hubungan antara suami dan isteri, lebih baik jangan
kawin."
Sekarang ini juga ada yang menempuh
cara tidak kawin untuk menghindari masalah dalam perkawinan terutama masalah
keuangan dan masalah relasi di dalam keluarga.
Namun ada juga orang memilih tidak
kawin alias tidak menikah karena sakit atau karena ingin fokus berbakti kepada
Tuhan, seperti menjadi Pastor, biarawan.
Matius 19:12
Ada orang yang tidak dapat kawin karena
ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan
demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena
kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Sorga. Siapa yang dapat mengerti
hendaklah ia mengerti.
Yang terpenting adalah bagaimana kita
melestarikan perkawinan; apakah itu dalam bentuk berkeluarga membangun
rumahtangga yang harmonis maupun dalam bentuk hidup membiara atau lebih dikenal
sebagai kaum klerus.
Komitmen perkawinan itu paling krusial
menentukan kelestarian sebuah keluarga dan jangan sampai timbul perceraian
disebabkan oleh masalah komunikasi yang merusak relasi suami-isteri dan dengan
keluarga mereka.
Sudah banyak terjadi kemelut keluarga
dimana ada sebagian tetap bertahan tidak cerai namun terjadi luka batin dan
pemderitaan di dalam keluarga.
Sebagian lagi memilih bercerai dengan
alasan tidak tahan menderita hidup dengan pasangannya atau alasan lain adanya
perselingkuhan/perzinahan.
Hidup bersama isteri atau suami adalah
lebih lama waktunya daripada hidup bersama orangtua maka dari itu jagalah
keharmonisan hubungan suami-isteri sampai salah satu dipanggil Tuhan.
Sebab jika hubungan suami isteri tidak
harmonis maka akan seperti neraka suasana di dalam rumahtangga mereka.
Demikian juga dengan kesetiaan kaum
klerus memegang teguh keputusannya memilih hidup tidak kawin seharusnya
mempertahankan komitmennya dan jangan sampai mengingkarinya.
REFLEKSI DIRI
Apakah aku tetap setia dalam pilihan
hidup yakni hidup dalam perkawinan dan membentuk keluarga yang harmonis?
Salam Kasih,
Surya Darma
============= ☆☆☆ ============
Kalender Liturgi Katolik
Pekan Biasa ke 19
Warna Liturgi : Hijau
Yehezkiel 16:1-15,59-63
Yesaya 12:2-6
Matius 19:3-12
BcO : Zakaria 12:9:13-9
============= ☆☆☆ ============
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com