Rabu, 1 Agustus 2018
YEREMIA 15:10,16-21
MAZMUR 59:2-5,10-11,17-18
MATIUS 13:44-46
Matius 13:44-45
Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang,
yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah
ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan
Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah.
Mutiara adalah salah satu batu permata yang mahal harganya dan
digunakan untuk perhiasan. Banyak orang menyukai batu permata dan salahsatunya
mutiara.
Mereka mampu membedakan mutiara yang asli atau palsu dan expert
memilih jenis mutiara yang berkualitas terindah.
Mereka dengan telaten mempelajari segala sesuatu tentang mutiara
ataupun jenis batu permata lainnya dan ternyata mutiara dapat dibudidayakan
melalui proses endapan kecil pasir atau kerang dimasukkan kedalam tiram.
Kita lihat disini, karena harga mutiara dan batu permata lainnya
sangat mahal maka menarik perhatian orang untuk mempelajari kadar murni dari
mutiara dan di upgrade menjadi perhiasaan.
Demikian hendaknya kita berbuat serupa bila tertarik mempelajari
Alkitab maka kita berusaha menekuni firman Tuhan untuk mengetahui kualitas
kehendak Tuhan yang terkandung di dalamnya; seperti halnya menggali mutiara
yang berada dalam tiram di laut.
Itu sebabnya Yesus memberikan suatu perumpamaan tentang Kerajaan
Sorga seperti menemukan mutiara dan harta terpendam yang sangat indah dan
bernilai atau harganya sangat mahal.
Kunci utamanya adalah kita menghargai Alkitab yang berisikan
firman Tuhan atau kehendak Tuhan yang tertulis seperti halnya kita menghargai
mutiara memiliki nilai jual yang sangat mahal.
Sayangnya masih banyak umat kristiani tidak menghargai firman
Tuhan yang tertulis di Alkitab itu sebagai sesuatu sangat bernilai dan mahal
harganya.
Terlebih umat katolik tidak tertarik pada Alkitab; jangankan mau
menekuninya, membaca Alkitab saja tidak mau dengan berbagai alasan yang
klasik.
Mengapa demikian?
Karena yang bernilai dan dihargainya adalah memiliki harta
kekayaan dunia dan kesenangan dunia.
Alkitab atau Firman Tuhan nilainya masih kalah jauh dibandingkan
dengan harta dan segala yang ada di dunia ini.
Begitu juga halnya, orang lebih tertarik mengejar Berkat Tuhan
atau mukjizat Tuhan daripada mengejar Tuhan untuk mengenalNya lebih
dekat.
atau dengan kata lain,
orang lebih memilih mengejar Berkat daripada mengejar Pemberi
Berkat.
Harta duniawi menarik untuk dimiliki
Harta sorgawi dianggap belum tentu ada dan sulit dimiliki
daripada harta duniawi.
Mari kita uji diri kita untuk mengetahui harta duniawi ataukah
harta sorgawi yang lebih menarik kita pilih.
Misalnya :
suatu hari kita diminta melayani sebuah keluarga untuk mendoakan
anggota keluarga atau bila kita sebagai prodiakon diminta memberikan komuni
buat orang sakit di keluarga tersebut.
DI saat yang sama, ada rekan bisnis mau bertemu dan kita tahu
ini kesempatan besar mencapai kesepakatan kerjasama bisnis atau closing
transaction.
diantara dua pilihan tersebut, manakah yang kita prioritaskan
terlebih dahulu?
Biasanya kita cenderung berusaha mencari orang lain menggantikan
tugas kita mengunjungi keluarga tersebut atau kita revisi waktu kunjungan ke
hari lain dan mendahulukan kangtauw alias rejeki dengan rekan bisnis.
Jarang sekali orang memilih revisi waktu pertemuan dengan rekan
bisnis karena lebih menghargai memperoleh uang atau harta duniawi daripada
menghargai nilai pelayanan yang dihargai Tuhan dengan harta sorgawi yang tidak
terlihat secara fisik atau tidak ada wujudnya seperti uang dan harta
duniawi.
Seperti itulah makna perumpamaan yang Yesus sampaikan pada
bacaan Injil hari ini dimana diperhadapkan pada pilihan yang mana lebih
diprioritaskan atau lebih bernilai dan dihargai.
Pada dasarnya kita sudah tahu mana kebenaran yang Tuhan
kehendaki agar kita memilih dan melakukannya namun karena dorongan keinginan
kedagingan kita yang maunya dituruti dan dipuaskan maka akhirnya kita kompromi
dengan berbagai alasan membenarkan diri.
Seperti contoh diatas;
kita akan berdalih, toch ada teman lain bisa gantikan kita
sedangkan urusan bisnis sulit ditolak karena kesempatan meraih
keberhasilan/kesuksesan itu tidak selalu datang kepada kita.
atau alasan lainnya kita katakan bahwa nanti hasil keuntungan
bisnis ini akan kita sumbangkan ke gereja dan buat pelayanan lainnya.
Kita terus menerus di proses oleh Tuhan dari satu level ke level
berikutnya seperti mengelupas kulit bawang yang terdiri dari banyak lapisan
dan setiap lapisan terkelupas mengeluarkan air yang muncrat kena mata kita jadi
perih.
Demikian pula karakter dan sikap hati serta pikiran kita
diperbaharui terus hingga suatu saat nanti sesuai dengan yang dikehendaki oleh
Tuhan.
Semakin kita memberontak dan memilih jalan sendiri maka semakin
lama kita di proses Tuhan menjadi seperti yang Tuhan kehendaki pada diri
kita.
Salam Kasih,
Surya Darma
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com