Senin, 09 Oktober 2017

TERGERAK HATI OLEH BELAS KASIHAN










Senin, 9 Oktober 2017 

A. BACAAN PERTAMA 

YUNUS 1:1-17; 2:10 

Yunus melarikan diri dari hadapan Tuhan ketika diutus ke Niniwe agar mereka bertobat dari kejahatannya. 

Yunus melarikan diri ke Tarsis namun ditengah perjalanan, kapal yang dinaiki hampir pecah oleh amukan badai. 

Yunus dilempar keluar kapal karena dianggap menjadi penyebab datangnya badai dan akhirnya ditelan seekor ikan besar dan berada di dalam perut ikan selama tiga hari tiga malam. 

Tuhan bersabda kepada ikan itu dan dimuntahkanlah Yunus oleh ikan itu. 

B. MAZMUR TANGGAPAN 
YUNUS 2:2-4,7 

Doa ucapan syukur Yunus pada Tuhan dari dalam perut ikan : 

dalam kesusahanku aku berseru kepada Tuhan, dan Ia menjawab aku, dari tengah-tengah dunia orang mati aku berteriak, dan Kaudengarkan suaraku. 

Ketika jiwaku letih lesu di dalam aku, teringatlah aku kepada Tuhan, dan sampailah doaku kepadaMu, ke dalam baitMu yang kudus. 

C. BACAAN INJIL 
LUKAS 10:25-37 

Seorang Farisi mencobai Yesus dengan bertanya dua hal yaitu: 

Pertama 
"Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?" 

Menurut hukum Taurat adalah kasihilah Tuhan dan kasihilah sesama manusia dengan segenap hati,jiwa, kekuatan, dan segenap akal budi. 

Kedua 
Siapakah sesamaku manusia? 

Melalui suatu kisah : 
seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati. 

Ada tiga orang melihat orang yang sekarat tergeletak di jalan itu yaitu : seorang imam, seorang Lewi, dan seorang Samaria. 

Ternyata hanya prang Samaria yang tergerak belas kasihan menolong orang tersebut sampai tuntas. 

Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" Jawab orang itu: "Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya." Kata Yesus kepadanya: "Pergilah, dan perbuatlah demikian!" 

RENUNGAN HARI INI 

Kita bisa belajar dalam hal mengasihi sesama manusia dari bacaan Injil hari ini yang menunjukkan seorang Samaria tergerak hatinya oleh belas kasihan melihat seseeorang tergelatak di jalan yang hampir mati sehabis dirampok. 

Sangat kontras dengan Yunus yang tidak mau menerima tugas dari Tuhan yang menyuruhnya ke Niniwe, memberitakan peringatan Tuhan agar penduduk Niniwe bertobat dari kejahatan.

Dapat kita katakan, Yunus tidak tergerak hatinya oleh belas kasihan kepada penduduk Niniwe yang berbuat dosa akibat perbuatan kejahatan mereka. 

Artinya Yunus tidak mengasihi sesama manusia karena tidak peduli kepada orang lain, seperti halnya seorang imam dan seorang Lewi di bacaan Injil hari ini. 

Meskipun akhirnya Yunus menyadari kesalahannya karena terpaksa pergi ke Niniwe setelah ditelan seekor ikan dan berdoa kepada Tuhan. 

Inti permenungan kita hari ini terletak pada hati yang berbelas kasihan melihat penderitaan orang lain. 

Tidak perlulah kita sesumbar bicara soal mengasihi sesama dengan memamerkan perbuatan baik yang telah kita lakukan jika semua itu tidak didorong oleh hati kita yang berbelas kasihan melainkan didorong oleh hati yang menginginkan pujian atau didorong oleh pikiran yang mencanangkan mendapatkan imbalan menguntungkan di balik perbuatan baik. 

Memiliki hati belas kasihan amat penting sebab menjadi pendorong timbulnya kasih di dalam hidup kita. 

Kasih, tidak lagi sebatas ucapan tetapi dinyatakan dalam perbuatan; apakah itu kasih kepada sesama maupun kasih kepada Tuhan. 

Pertanyaannya adalah : 
Bagaimana caranya agar hati kita penuh dengan belas kasihan? 

Sepertinya pertanyaan ini sudah basi alias tidak perlu lagi dibahas karena merasa sudah tahu dan merasa tidak menarik. 

Realita dan fakta menunjukkan bahwa setiap orang ada belas kasihan namun tidak sepenuh hati dan sebatas kepada orang-orang terdekatnya dan kepada orang telah berbuat baik kepada dirinya. 

Kepada orang lain yang sama sekali tidak pernah berhubungan dengan dirinya dan orang lain yang tidak berpotensi dapat membalas kebaikannya maka hatinya tertutup rapat oleg belas kasihan. 

Kalau begitu, benarkah bekas kasihan itu memandang rupa dan tergantung oleh kepentingan pribadi yang berorientasi pada tujuannya? 

Yesus menegaskan bagaimana orang Samaria ini berbuat kebaikan sepenuh hati dimana ia menolong orang dengan setulus hati dan segenap hati; dan hal ini terlihat, ia bersedia menanggung seluruh biaya pengobatannya padahal orang yang ditolongnya itu tidak dikenalnya. 

Lukas 10:35 
Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. 

Kita diminta, segenap hati berbelas kasihan menolong orang lain dan bukan hanya sekedar menolong apa adanya saja tetapi sampai tuntas. 

Inilah makna terdalam dari mengasihi kepada sesama dengan segenap hati, segenap kekuatan, segenap jiwa dan segenap akal budi

Garis bawahi kata segenap ..... 
menunjukkan penuh belas kasihan !!! 
bukan separuh, sebagian, sekedar saja. 

Seorang imam dan seorang Lewi yang melihat kemalangan orang dirampok itu tidak menolongnya karena berbagai alasan yang mwnutupi hati belas kasihan 

Ada berbagai tafsiran yang menyebabkan seorang iman dan lewi itu tidak mau menolong? 

Kita tak perlu membahas tafsiran itu yang berdalih mencari alasan sebab esensinya adalah perbuatan yang didorong oleh hati yang penuh dengan belas kasihan. 

Bagaimana dengan kita? 

Misalnya : ditengah perjalanan bila kita melihat orang tergeletak di jalan, apakah kita mau menolongnya? 

Seringkali kita bukannya tidak berbelas kasihan tetapi kita tidak mau direpotkan mengurusi orang lain karena hati kita belum penuh oleh belas kasihan. 

Atau seringnya bergumam sendiri : 
"aduh kasihan ya orang itu" 
lalu memposting berita tentang orang itu ke berbagai grup whatsapp dengan maksud biarlah orang lain saja yang turun tangan menolong sedangkan dirinya cukup berbuat mengirim berita saja. 

Beberapa orang paling getol bertindak sebagai messanger dan penggerak untuk mengumpulkan sumbangan dari orang lain sedangkan dirinya hanya porsi seadanya saja memberi sumbangan, atau bahkan tidak menyumbang samasekali sebab kepandaiannya berkata-kata telah menggerakkan orang lain menyumbang. 

Orang tersebut dipuji banyak orang karena sering peduli menjadi penggerak pengumpul dana sumbangan. 

Salahkah orang tersebut? 
Jelas tidak salah, hanya ia belum dengan segenap hati, segenap jiwa, segenap kekuatan, segenap akal budi berbelas kasihan kepada sesama. 

Dari bacaan Injil hari ini, sangat jelas Yesus menghendaki lebih segenap hati dan segenap lainnya pada saat menolong orang lain/sesama manusia dan bukan sekedarnya menolong orang lain. 

Jadi, kata kuncinya adalah hati yang penuh belas kasihan sehingga kita bisa bebuat segenap hati, segenap jiwa, segenap akal budi dan segenap kekuatan agar dapat mengasihi sesama manusia. 


Salam Kasih, 
Surya Darma 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com