Rabu, 28 Februari 2018

MELAYANILAH SEPERTI YESUS











Rabu, 28 FEBRUARI 2018 

YESAYA 18:18-20  
MAZMUR 31:5-6,14-16 
MATIUS 20:17-28   

Matius 20:28 
sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang. 

Bacaan Injil hari ini memberitahukan kepada kita bahwa semula para murid  memendam harapan memperoleh kedudukan/jabatan bila Yesus jadi raja. 

Markus 10:35-37 
Yakobus dan Yohanes, anak Zebedeus yang meminta jabatan sebagai wakil Yesus bila kelak berhasil menjadi raja bangsa Israel. 

Matius 20:20-21 
Ibu Yohanes dan Yakobus yang meminta jabatan untuk ke-2 anaknya pada Yesus. 

Mengapa Yohanes dan Yakobus atau ibu mereka berani meminta jabatan sebagai wakil Yesus? 

Ada kemungkinan disebabkan : 

Sebelummya Yesus pernah mengatakan bahwa para murid yang mengikutiNya akan menduduki ke-12 tahta mengadili ke-12 suku bangsa Israel. 

Matius 19:28 
Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaanNya, kamu, yang telah mengikut Aku, akan duduk juga di atas dua belas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel

Bagaimana dengan ke-10 murid lainnya, apakah mereka juga berharap seperti Yohanes dan Yakobus? 

Sepertinya mereka juga berharap sama dan itu terlihat ketika : 

Pertama 
Matius 20:24 
Mendengar itu marahlah kesepuluh murid yang lain kepada kedua saudara itu. 

Kedua 
Lukas 9:46 
Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. 

Ketiga 
Yesus memanggil menasehati mereka tidak mengejar jabatan ketika melayani. 

Matius 20:25-26 
Tetapi Yesus memanggil mereka lalu berkata: "Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. 

Suatu pelajaran penting buat kita bahwa yang terutama di dalam pelayanan rohani adalah sikap melayani dan bukan sikap menjadi pemimpin atau jabatan tertentu. 

Beberapa hari lalu kita sudah membahas perlunya ketulusan hati untuk meredam ambisi tujuan kepentingan pribadi. 

Dalam berbagai aspek kehidupan ini amat sangat diperlukan ketulusan hati sebagai dasar utama untuk melakukan sesuatu sebab tanpa hati yang tulus maka akan menjadi bias tujuan yang hendak dicapai. 

Apalagi namanya pelayanan rohani....
sunggung ironi bila tujuannyĆ  hanya demi kepentingan/keuntungan pribadi. 

Segeralah bertobat bila anda tidak tulus hati melayani dan ingatlah Tuhan tahu motivasi dan tujuanmu melayani meski anda jago mengelabui orang lain. 

Dari ke-12 murid Yesus, hanya Yudas Iskariot yang tidak bertobat sedangkan yang ke-11 lainnya mereka menjadi saksi Kristus dan mengorbankan dirinya demi menyelamatkan banyak orang. 

Hendaknya Yesus menjadi panutan bagi umat kristiani yang mau terlibat dalam pelayanan meskipun realitanya tidak banyak orang yang bersedia melayani. 

Contohlah : 
Yesus melayani setulus hati. 
Yesus memberikan diriNya agar banyak orang diselamatkan. 

Dan para muridNya mencontoh Yesus meski sebelumnya tujuan mengikuti Yesus karena memgharapkan suatu hari nanti Yesus menjadi raja bangsa Israel dan mereka mendapatkan kedudukan atau jabatan tertentu. 

Semoga hal ini menjadi permenungan kita semua, terutama yang terlibat pelayanan. 


Salam Kasih, 
Surya Darma 

Selasa, 27 Februari 2018

BERBUATLAH KEBAIKAN








Selasa, 27 FEBRUARI 2018 

YESAYA 1:10,16-20  
MAZMUR 50:8-9,16-17,21-23 
MATIUS 23:1-12  

Matius 23:3 
Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya. 

Dunia saat ini sedang sakit parah sebab dimana-mana kejahatan terlihat dominan merasuki kehidupan; berupa tindakan brutal, terang-terangan, tersembunyi, dan pura-pura baik demi kepentingan pribadi. 

Ternyata situasi seperti ini berlangsung sejak dahulu kala dan kita bisa ketahui dari jaman Perjanjian Lama telah terjadi. 

Yesaya 1:16-17 
Basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu yang jahat dari depan mataKu. Berhentilah berbuat jahat, belajarlah berbuat baik; usahakanlah keadilan, kendalikanlah orang kejam; belalah hak anak-anak yatim, perjuangkanlah perkara janda-janda! 

Seruan berhentilah berbuat jahat dan belajarlah berbuat baik mengumandang menggedor hati setiap orang namun tidak banyak orang menanggapinya seperti angin lalu saja, seruan ini nyaris tidak didengarkan. 

Mengapa demikian? 

Firman Tuhan dianggap tidak penting dan tidak menjadi pegangan hidup. 
Suara Tuhan di dalam hati nurani dicuekin sebab yang di dengar adalah suara diri sendiri sehingga tidak heran keinginan berbuat sesuai kehendak Tuhan nyaris tidak menguasai dirinya. 

Hal berbuat baik menjadi kabur tercampur baur dengan pendapat/pandangan dunia yang jelas-jelas bertolak-belakang dengan kehendak Tuhan tentang kebaikan. 

Perbuatan baik menurut dunia seringkali tidak berdasarkan kehendak Tuhan tetapi lebih didasarkan kepentingan pribadi yang sarat dengan keuntungan diri sendiri

Perbuatan baik seseorang bisa diartikan perbuatan jahat menurut orang lain dan sebaliknya perbuatan jahat seseorang bisa dianggap perbuatan baik menurut orang lain karena ada unsur kepentingan pribadi yang menjadi tolok ukurnya. 

Padahal sesungguhnya kehendak Tuhan seharusnya menjadi tolok ukur suatu perbuatan itu termasuk baik atau tidak baik namun sayangnya Firman Tuhan tidak menjadi pedoman hidup. 

Kita tidak mampu mendengar suara Tuhan secara langsung sebagaimana layaknya kita mendengar bila berbicara dengan orang lain. 

Firman Tuhan adalah salahsatu cara kita mendengar suara Tuhan supaya kita bisa mengetahui/mengenal kehendakNya

Membangun relasi intim lewat saat teduh dan kontemplasi dengan Tuhan adalah upaya kita mendengar suara Tuhan. 

Satu hal yang tak boleh dilupakan yaitu kemurnian hati kita dan Tuhan Maha Tahu sejauh mana kemurnian hati kita. 

Kemurnian hati menjadi dasar utama yang harus kita miliki supaya perbuatan kita berkenan bagi Tuhan. 

Memiliki pengetahuan Firman Tuhan adalah baik namun jika tidak disertai perbuatan sesuai kehendak Tuhan maka sia-sialah pengetahuan tersebut. 

Mengenal Firman Tuhan hendaknya kita dalami maknanya, kemudian kita lakukan dan selanjutnya di sepanjang hidup kita dipenuhi perbuatan baik. 

Ahli Taurat dan orang Farisi adalah contoh buruk tidak boleh ditiru dalam hal kemurnian hati dan perbuatan mereka. 

Yesus telah mengingatkan akan hal ini. 
Memang mereka dalam hal pengetahuan Firman Tuhan atas kitab Taurat dapat dikatakan baik dibandingkan orang lain tidak tertarik mengetahui Taurat Tuhan. 

Bagaimana dengan anda, tertarikkah membaca Firman Tuhan di Alkitab? 

Sepertinya dari jaman dahulu sampai saat ini sedikit orang tertarik membaca dan merenungkan Firman Tuhan. 

Ini bukan menghakimi tetapi fakta. 
Silahkan amati dan menyimpulkan apakah fakta ini sesuai realita atau tidak? 

Selanjutnya, 

Pengenalan Firman Tuhan adalah pintu masuk untuk mengenal kehendak Tuhan. 

Ibaratnya baru masuk melewati pintu depan rumah dan baru melihat apa saja yang ada di dalam rumah. 

Bila seseorang tidak betah berada dalam rumah maka ia akan keluar lagi dan ia bisa cerita kepada siapa saja tentang segala sesuatu yang ada di dalam rumah yang ia masuki tersebut. 

Seseorang yang sudah tahu Firman Tuhan tetapi merasa tidak cocok baginya maka ia tidak mau melakukan Firman Tuhan atau ia mau melakukan sebagian Firman Tuhan sesuai keinginannya

Seseorang tersebut bisa bicara apa saja tentang Firman Tuhan karena ia belajar sehingga memiliki pengetahuan Firman Tuhan tetapi bila kadar kemurnian hati hanya sebagian saja dan tidak murni 100% karena ternodai keinginan daging di dalam dirinya maka tidak heran bila perbuatan baiknya hanya di permukaan saja tetapi sesungguhnya dalam hatinya untuk keuntungan diri sendiri. 

Di mata Tuhan hal ini sangat jahat karena menggadaikan Firman Tuhan untuk memuaskan kepentingan diri sendiri yang biasanya dirasuki hawa nafsu duniawi. 

Yesaya 1:11,13a 
"Untuk apa itu korbanmu yang banyak-banyak?" firman Tuhan; "Aku sudah jemu akan korban-korban bakaran berupa domba jantan dan akan lemak dari anak lembu gemukan; darah lembu jantan dan domba-domba dan kambing jantan tidak Kusukai. Jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab baunya adalah kejijikan bagiKu. 

Matius 7:22-23  
Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!" 

Ahli Taurat dan orang Farisi termasuk kategori orang memiliki pengetahuan Firman Tuhan tetapi perilaku/perbuatan tidak sesuai dengan Firman Tuhan. 

Matius 23:2,4 
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. Mereka mengikat beban-beban berat, lalu meletakkannya di atas bahu orang, tetapi mereka sendiri tidak mau menyentuhnya. 

Baca Matius pasal 23 secara lengkap. 
Suatu peringatan keras buat kita juga agar tidak berlaku seperti mereka. 

Akan tetapi hendaknya tidak menyurutkan minat memiliki pengetahuan Firman Tuhan karena menyimpulkan lebih baik tidak tahu Firman Tuhan asalkan berbuat kebaikan?  

Memang ada sebagian orang berkata demikian namun seperti sudah dijelaskan dibagian atas bahwa tolok ukur kebaikan itu seperti apa ! 

Jangan sampai terjebak pada penilaian perbuatan baik dari sudut pendapat kita sendiri atau pandangan dunia. 

Sebab akan terjadi perdebatan; 
baik bagimu, tidak baik bagiku 
baik bagiku, tidak baik bagimu 

akhirnya timbul pertentangan menjurus pertikaian dan perbuatan anarkis padahal sesama umat kristiani; apalagi bila beda keyakinan iman, makin runyam deh... 

Oleh sebab itu, 
Firman Tuhanlah menjadi tolok ukur suatu perbuatan dikatakan perbuatan baik sebab sesuai kebenaran dan kehendak Tuhan tertulis di kitabsuci/Alkitab. 

Bila Firman Tuhan tertulis saja tidak tahu maka omong kosong bila mengklaim sudah berbuat baik; menurut siapa? 

Kemurnian hati dan pengetahuan Firman Tuhan adalah kunci utama suatu perbuatan baik sesuai kehendak Tuhan. 

Semoga kita banyak berbuat kebaikan setulus hati supaya perbuatan baik kita berkenan bagi Tuhan dan berguna bagi orang lain yang menerima bantuan kita. 


Salam Kasih, 
Surya Darma 

HAL MENGHAKIMI







Senin, 26 FEBRUARI 2018 

DANIEL 9:4b-10  
MAZMUR 79:8-9,11,13 
LUKAS 6:36-38 

Lukas 6:37 
Janganlah kamu menghakimi, maka kamupun tidak akan dihakimi. Dan janganlah kamu menghukum, maka kamupun tidak akan dihukum; ampunilah dan kamu akan diampuni. 

Menilai orang lain lebih mudah daripada menilai diri sendiri sebab pada dasarnya kita cenderung merasa :  
* diri kita lebih benar dari orang lain 
* diri kita lebih baik dari orang lain 

Bahkan kita bisa menghakimi orang lain menurut ukuran, pendapat/pandangan kita padahal belum tentu benar. 

Terlebih kepada orang yang tidak disukai maka langsung menghakimi orang itu dengan tajam dan memojokkannya. 

Firman Tuhan hari ini mengingatkan agar kita tidak menghakimi orang sebab kita juga akan dihakimi menurut ukuran kita ketika menghakimi. 

Lukas 6:38b 
Sebab ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. 

Hanya Tuhan yang menghakimi dengan adil, bijaksana, dan tegas sebab Tuhan adalah Hakim Maha Agung yang sejati

Di dunia ini banyak menduduki jabatan hakim agung tetapi perilakunya tidak agung, malah pengecut dan koruptor yang mengadili berdasarkan keuntungan yang diperolehnya; bahkan keadilan begitu murahan bisa diperjual-belikan. 

Tetapi penghakiman Tuhan itu maha adil sebab Tuhan memiliki segala-galanya sehingga tidak bisa disogok, tidak bisa dijilat dengan pujian dan kata-kata manis yang penuh kemunafikan. 

Daniel mengakui Tuhan Allah bertindak adil dan benar saat menghakimi bangsa Israel yang bebal dan murtad. 

Daniel 9:7 
Ya Tuhan, Engkaulah yang benar, tetapi patutlah kami malu seperti pada hari ini, kami orang-orang Yehuda, penduduk kota Yerusalem dan segenap orang Israel, mereka yang dekat dan mereka yang jauh, di segala negeri kemana Engkau telah membuang mereka oleh karena mereka berlaku murtad terhadap Engkau

Pertanyaannya : 

Mengapa kita masih saja menghakimi orang lain karena kita memvonis orang lain itu bersalah, bahkan dengan yakin kita mengatakan orang lain itu berdosa sehingga patut dihakimi oleh kita? 

Entahlah, mungkin sudah menjadi bagian sifat kita manusia mudah menyalahkan dan menghakimi orang lain dan memuji diri sendiri benar dan orang lain salah. 

Hawa menyalahkan ular yang membujuk makan buah terlarang sedangkan Adam tidak menerima dirinya disalahkan Tuhan; malah menyalahkan Tuhan yang berikan Hawa sebagai pendampingnya. 

Kejadian 3:11-12 
FirmanNya: "Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?" Manusia itu menjawab: "Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan." 

Istri Ayub menyalahkan Tuhan menjadi penyebab kemalangan Ayub, suaminya. 

Ayub 2:9-10 
Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. 

Kedua contoh ini terkait menyalahkan orang lain dan menyalahkan Tuhan. 

Orang Farisi dan ahli Taurat lebih heboh sebab tidak hanya menyalahkan orang lain tetapi juga menghakimi orang lain termasuk menghakimi Yesus. 

Selanjutnya, 
Apa beda mengkritik dan menghakimi? 

Mengkritik adalah menyatakan sesuatu itu keliru atau salah dengan tujuan supaya kekeliruan atau kesalahan itu diperbaiki. 

Tujuan kita mengkritik agar orang yang keliru/salah itu tidak mengulangi lagi dan bermaksud membangun semangat orang tersebut lebih giat dan lebih baik lagi. 

Mengkritik yang membangun biasanya memberikan solusi atau jalan keluar dari kesalahan/kekeliruan yang telah terjadi. 

Mengkritik tetapi tidak ada solusi maka dapat dikategorikan menghakimi sebab tujuannya menyatakan kesalahan untuk menjatuhkan orang tersebut. 

Menghakimi mirip dengan mengkritik dalam hal menyatakan sesuatu itu salah tetapi dengan maksud dan tujuan untuk menjatuhkan orang tersebut. 

Menghakimi seringkali dengan sengaja dibesarkan (di-blowup) kekeliruan atau kesalahan sebenarnya terjadi supaya orang yang keliru/salah itu terpojokkan agar mudah dihukum dengan seberat-beratnya melebihi hukuman yang berlaku setimpal kekeliruan/kesalahannya. 

Semoga kita semakin dewasa rohani di dalam sikap dan perbuatan kita sehingga tidak mudah menghakimi orang lain tetapi bijaksana menyikapi kesalahan orang lain berdasarkan ukuran Firman Tuhan yaitu berdasarkan kasih kepada sesama. 

Baca : Matius 18:15, Yehezkiel 3:18-21 
namun hendaknya tidak menghakimi. 


Salam Kasih, 
Surya Darma 


Minggu, 25 Februari 2018

HIDUP DAMAI DENGAN ORANG LAIN









Sabtu, 24 FEBRUARI 2018 

ULANGAN 26:16-19  
MAZMUR 119:1-2,4-5,7-8 
MATIUS 5:43-48 

Matius 5:44 
Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 

Menurut pandangan dunia, ajaran Yesus mengenai kasihilah musuhmu adalah sesuatu mustahil dapat dilakukan sebab mana ada orang yang disakiti musuh malah mengasihinya. 

1 Korintus 2:14 
Manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya dapat dinilai secara rohani. 

Tetapi ajaran Yesus justru mendobrak pandangan orang dunia karena Yesus mengutamakan kasih sebagai dasar iman untuk melakukan suatu tindakan atau perbuatan kepada orang lain. 

Mengasihi musuh adalah bagian tersulit mematuhi ajaran Yesus sebab bagi orang dunia jarang sekali mau mengalah dan biasanya akan melawan bila dirinya diperlakukan kasar dan tidak adil. 

Disinilah tantangan umat kristiani; apakah bisa mengasihi musuh? 

Musuh = orang lain yang menyakiti dan merugikan kepentingan diri seseorang. 

Bila anda pernah disakiti orang lain maka sulit sekali memaafkan dan mengampuni orang tersebut, apalagi mengasihinya. 

Ada beberapa hal harus dilakukan agar dimampukan mengasihi musuh

Pertama 
Pastikan keputusan untuk mengasihi musuh karena mau menuruti/mentaati kehendak Tuhan. 

Mazmur 119:4,8a 
Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titahMu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapanMu... 

Kedua 
Mintalah kekuatan dari Tuhan agar mampu mengasihi musuh 

Mazmur 29:11a  
Tuhan kiranya memberikan kekuatan kepada umatNya... 

Kita tidak akan mampu mengasihi musuh tanpa kekuatan Tuhan memampukan kita

Ketiga 
Perjuangkan sungguh-sungguh menjaga pikiran dan hati fokus kepada Tuhan agar tidak terpengaruhi oleh sifat kedagingan membalas dendam demi harga diri. 

Keinginan membalas sakit hati kepada orang yang menyakiti, sangat besar. 

Oleh sebab itu kita mesti tanamkan di hati dan pikiran kita bahwa Tuhanlah yang akan membalas dan bukan hak kita untuk membalaskan kepada orang jahat atau orang yang menyakiti kita. 

Roma 12:19 
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan, firman Tuhan. 

Ulangan 32:35 
HakKulah dendam dan pembalasan, pada waktu kaki mereka goyang, sebab hari bencana bagi mereka telah dekat, akan segera datang apa yang telah disediakan bagi mereka. 

JADI, 

Sebelum menjadi musuh, hendaknya kita berusaha hidup damai dengan semua orang dan banyak berbuat kebaikan pada semua orang

Ibrani 12:14a  
Berusahalah hidup damai dengan semua orang 

Kasih yang terpancar dari dalam diri kita mempengaruhi orang lain termasuk niat orang jahat menjadi luntur menyaksikan kebaikan hati kita. 

1 Petrus 4:8 
Tetapi yang terutama: kasihilah sungguh-sungguh seorang akan yang lain, sebab kasih menutupi banyak sekali dosa. 

Hidup ini banyak rintangan dan tantangan sehingga ada-ada saja orang lain iri hati dan berbuat jahat kepada kita. 

Tergantung seberapa dalam relasi kita dengan Tuhan maka kita dapat menerima perlakuan tidak adil atau perbuatan jahat orang lain kepada diri kita. 

Seperti Stefanus memaafkan orang yang menganiaya dirinya sampai mati. 
Tentu saja Yesus lebih sempurna dari Stefanus; selain memgampuni, Yesus juga mengasihi manusia yang jahat. 

Kisah 7:59-60 
Sedang mereka melemparinya Stefanus berdoa, katanya: "Ya Tuhan Yesus, terimalah rohku." Sambil berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka!" Dan dengan perkataan itu meninggallah ia. 

Sangat sulit karena kita melawan pikiran, melawan hati, melawan harga diri, di dalam diri kita untuk mengampuni dan mengasihi orang lain yang menyakiti kita. 

Namun masih ada celah untuk mentaati perintah Tuhan agar mengasihi musuh bila kita melakukan ketiga hal diatas. 

Sekali lagi, berusahalah tidak ada musuh bila kita mau memaafkan, mengampuni, kesalahan orang lain meskipun kita telah dirugikan dan disakiti. 

Dengan demikian kita bisa melangkah lebih lanjut untuk mengasihi orang yang telah menyakiti karena kita mau ampuni dan menerima hal menyakiti kita. 


Salam Kasih, 
Surya Darma