Minggu, 05 Juni 2016

MISKIN DIHADAPAN TUHAN








Sabtu, 4 Juni 2016 

Maka dipanggilNya murid-muridNya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. 
               (Markus 12:43)

Siapakah yang mau hidupnya miskin? 
Ini kalimat pembuka renungan harian yang mau kita renungkan hari ini. 

Tidak perlu di survey sebab secara kasat mata dapat disimpulkan bahwa tidak ada seorangpun menginginkan hidup dalam kemiskinan dalam artian uang yang dimilikinya sangat sedikit sekali dan tidak memiliki harta dunia. 

Jika keadaan hidup kita saat ini tidak miskin karena memiliki deposito ratusan juta dan beberapa rumah, apartemen, toko, kavling tanah atau memiliki pabrik dan beberapa perusahaan; coba sejenak saja sekitar 3 menit membayangkan sekiranya tidak memiliki deposito-harta tersebut dan hanya punya sedikit uang; bagaimana perasaan kita?? 

Apakah tetap percaya kepada Yesus? 
Apakah tetap semangat memberitakan Injil dan aktif dalam pelayanan? 
Apakah masih sanggup menjadi pelaku firman dibawah ini : 

1 Tesalonika 5:16-18 
Bersukacitalah senantiasa. Tetaplah berdoa. Mengucap syukurlah dalam segala hal, sebab itulah yang dikehendaki Allah di dalam Kristus Yesus bagi kamu. 

Tidak banyak orang mampu bersikap seperti ini kecuali mereka yang sudah mengalami perjumpaan dengan Yesus dan relasinya intim, sangat dekat dengan Tuhan sehingga mereka mau berbuat seperti yang dikehendaki Tuhan. 

Mengucap syukur dalam situasi hidup yang menyesakkan adalah sangat sulit, apalagi dalam keadaan dianiaya, seperti yang dialami Rasul Paulus. 

2 Timotius 4:6 
Mengenai diriku, darahku sudah mulai dicurahkan sebagai persembahan dan saat kematianku sudah dekat. 

Kesetiaan Rasul Paulus dan para Rasul lainnya serta para Santo-Santa dan orang kudus atau para martir lainnya adalah bukti nyata bahwa masih ada orang yang mau memberi dirinya demi mewartakan Injil dan demi menunaikan tugas yang Yesus perintahkan dalam Amanat Agung Matius 28:19-20. 

2 Timotius 4:7-8 
Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hariNya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatanganNya. 

Tidak banyak orang mau mewartakan Injil dengan anggapan bahwa itu bukan tugasnya tetapi tugas pastor/romo dan kaum rohaniwan lainnya (=klerus). 

Dalam suratnya kepada Timotius, Ia memberikan wejangan, bahwa: 

1) Beritakan Injil senantiasa 
2 Timotius 4:2a 
Beritakanlah firman, siap sedialah baik atau tidak baik waktunya.... 

2) Tegorlah yang salah dan Nasehatilah 
2 Timotius 4:2b 
Tegorlah dan nasihatilah dengan segala kesabaran dan pengajaran

3) Kuasai diri 
2 Timotius 4:5a 
Kuasailah dirimu dalam segala hal ....

4) Sabarlah menderita 
2 Timotius 4:5b 
Sabarlah menderita, lakukanlah pekerjaan pemberita Injil dan tunaikanlah tugas pelayananmu! 

Mewartakan Injil itu tidak sekedar menyampaikan firman Tuhan kepada orang lain sedangkan diri sendiri tidak hidup di dalam kebenaran firman, seperti yang dilakukan oleh ahli taurat. 

Markus 12:38-40 
Dalam pengajaranNya Yesus berkata: "Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. 
Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.

Wow...hukuman lebih berat dikenakan kepada orang yang telah mengenal firman Tuhan tetapi tidak menghidupi firman Tuhan di dalam hidupnya. 

Tetapi jangan sampai menyurutkan langkah kaki kita untuk memberitakan Injil sebab hal ini merupakan salah satu yang menyenangkan hati Yesus. 

Ada seseorang yang berdalih dengan memakai ayat firman lainnya sebagai alasan untuk membenarkan dirinya yang tidak mau memberitakan Injil. 

Yakobus 3:1 
Saudara-saudaraku, janganlah banyak orang di antara kamu mau menjadi guru; sebab kita tahu, bahwa sebagai guru kita akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat. 

Melakukan perintah Tuhan dengan terpaksa karena takut kepada Tuhan, tidak akan maksimal, sama seperti dalam perumpamaan talenta dimana seorang yang diberi satu talenta. 
(baca Matius 25:14-30). 

Selain itu juga, tidak banyak orang yang mau mendengarkan pemberitaan Injil dan bisa kita saksikan sendiri bila ada pendalaman iman di lingkungan maka yang hadir berkisar 20 orang. 

Hal lain yang Rasul Paulus ingatkan bahwa ada kecenderungan orang yang mau mendengarkan Firman Tuhan menurut apa yang mereka mau dengar. 

2 Timotius 4:3-4 
Akan datang waktunya, orang tidak dapat lagi menerima ajaran sehat, tetapi mereka akan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan keinginan telinganya. Mereka akan memalingkan telinganya dari kebenaran dan membukanya bagi dongeng. 

Sudah terjadi saat ini, orang hanya mau dengar kotbah/homili yang ringan saja, semakin banyak canda yang lucu maka orang suka mendengarnya tetapi jika dibawakan dengan serius, ada tegoran, dan nasehat, biasanya orang tidak suka dan pertemuan berikutnya tidak akan datang lagi. 

Selanjutnya, 

Dalam bacaan Injil hari ini selain pesan Yesus supaya berhati-hati kepada ahli taurat maka Yesus menyampaikan solusi dari kritikanNya kepada ahli taurat lewat suatu peristiwa dimana ada orang kaya dan janda miskin yang memberi persembahan kolekte. 

Markus 12:41-42 
Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. 
Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. 

Bisa kita bayangkan si janda miskin mau memberikan uang yang dimilikinya padahal hidupnya miskin. 

Biasanya orang miskin atau setidaknya yang hidupnya terbatas alias pas-pasan cenderung beralasan dirinya miskin dan ia tidak memberi persembahan kolekte. 

Apakah betul demikian? 

Banyak alasan untuk tidak memberi, termasuk persembahan kolekte. 
sedangkan bagi yang memberi, juga ada alasan tertentu mengapa ia memberi. 

Kita dengar perkataan Yesus 
Markus 12:43-44 
Maka dipanggilNya murid-muridNya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya." 

Jangan diartikan bahwa lebih baik memberi sedikit saja buat kolekte tetapi hendaknya kita memberi setulus hati. 

Ada orang protes dan mengatakan : 
belum tentu si janda miskin itu memberi kolekte setulus hati tanpa berdoa meminta balasan dari Tuhan supaya memberinya rejeki. 

Kita tidak perlu berdebat atas pendapat masing-masing namun jika kita cermati perkataan Yesus tentang ahli taurat dan kemudian Yesus berbicara tentang persembahan kolekte orang kaya dan janda miskin maka ada benang merah yang tersirat pada kedua hal tersebut. 

Jelaslah dalam hal memberi kolekte, bukan jumlah uang yang diberikan yang menjadi ukurannya tetapi motivasi atau tujuan pemberian itu yang terpenting. 

Begitu juga dalan hal menjalankan tugas sebagai ahli taurat, terlihat motivasinya mencari pujian orang dan keuntungan atau kepentingan diri sendiri. 

Benang merahnya adalah Yesus mau dalam hal memberi; apakah itu berupa uang atau dalam bentuk pelayanan, hendaknya memiliki sikap kerendahan hati dan bersikap miskin di hadapan Tuhan, artinya : menyadari diri tidak punya apa-apa yang dapat diberikan kepada Tuhan. 

Jika bukan Tuhan yang memberi terlebih dahulu kepada kita maka sesungguhnya kita tidak memiliki apa-apa. 
Apa yang ada pada diri kita saat ini semua adalah pemberian Tuhan. 

Pertama 
kita diberi kuasa untuk mengelola harta dunia dan memberdayakan harta itu untuk kebutuhan hidup kita dan untuk dibagikan kepada orang lain. 

Kedua 
kita diberikan kemampuan, kepintaran agar mampu menghasilkan suatu karya untuk menghasilkan yang berguna bagi kehidupan di dunia ini. 

itu sebabnya Yesus mengatakan bahwa memberi dari kekurangan lebih bernilai daripada memberi dari kelebihan. 
Mengapa demikian? 

Sebab memberi sesuatu dari kekurangan adalah lewat pergumulan berat dimana mau mengorbankan diri sendiri untuk kepentingan orang lain padahal kita juga sangat membutuhkannya. 

Kita masih ingat kisah janda di Sarfat yang memberikan roti terakhir buat dirinya dan anaknya kepada nabi Elia. 
(baca 1 Raja-raja 17:7-17). 

Berkoban untuk orang lain itu tidak mudah sebab kita cenderung mengasihi diri sendiri terlebih dahulu daripada memberi kasih kepada orang lain. 

Kesadaran bahwa apa yang ada pada kita adalah penberian dari Tuhan adalah mencerminkan sikap miskin di hadapan Tuhan sehingga kita tidak akan merasa kehilangan bila sewaktu-waktu apa yang ada pada kita itu lenyap tidak ada lagi. 

Sepertinya ini cuman teori saja dan apakah bisa kita bersikap miskin di hadapan Tuhan sementara saat ini diantara kita, ada banyak harta yang dikuasai atas nama dirinya? Dan bila ia memberi, pasti dari kelebihannya. 

Lalu bagaimana sebaiknya? 
Yesus mengatakan kepada orang kaya: jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku."  (Matius 19:21). 

Fransiscus Asisi tinggalkan hidupnya yang kaya menjadi biarawan dan mengosongkan diri dari ikatan harta dunia untuk kepentingan sendiri dan memberi dirinya melayani banyak orang. 

Doa St.Fransiskus Asisi : 
Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai.
Bila terjadi kebencian, jadikanlah aku pembawa cinta kasih.
Bila terjadi penghinaan, jadikanlah aku pembawa pengampunan.
Bila terjadi perselisihan, jadikanlah aku pembawa kerukunan.
Bila terjadi kesesatan, jadikanlah aku pembawa kebenaran.
Bila terjadi kebimbangan, jadikanlah aku pembawa kepastian.
Bila terjadi keputus-asaan, jadikanlah aku pembawa harapan.
Bila terjadi kegelapan, jadikanlah aku pembawa terang.
Bila terjadi kesedihan, jadikanlah aku pembawa sukacita.
Ya Tuhan Allah,
ajarlah aku untuk lebih suka menghibur daripada dihibur;
mengerti daripada dimengerti;
mengasihi daripada dikasihi;
sebab dengan memberi kita menerima;
dengan mengampuni kita diampuni,
dan dengan mati suci kita dilahirkan ke dalam Hidup Kekal.
Amin.
Bagaimana dengan kita? 

Sendengkanlah telinga kita dan bukalah hati kita, dengarkanlah apa yang Tuhan katakan kepada kita. 

Satu hal yang sangat jelas untuk kita perhatikan dan melakukannya adalah hendaknya miskin di hadapan Tuhan. 

Apabila Tuhan perintahkan kita untuk melakukan sesuatu maka segeralah kita perbuat walau harus mengorbankan diri demi mentaati dan setia kepada Tuhan

Inilah salah satu ujian iman yang berat yang harus kita lewati bila kita diminta miskin di hadapan Tuhan dan harus rela melepaskan keterikatan kita kepada harta kekayaan dunia dan kosongkan diri dari segala keinginan hawa nafsu dunia. 

REFLEKSI DIRI 

Apakah aku mau menjalani hidup miskin di hadapan Tuhan; bukan saja miskin dalam artian tidak punya harta dunia tetapi lebih dari itu yakni Apakah aku mau mengosongkan diri dari keinginan daging dan kepentingan diri sendiri? 


Salam Kasih, 
Surya Darma 

============= ☆☆☆ ============

Kalender Liturgi Katolik 
PW Hati Tersuci SP Maria 
Warna Liturgi : Putih 

2 Timotius 4:1-8 
Mazmur 71:8-9,14-18,22 
Markus 12:38-44 
BcO : Galatia 5:25-6:18 

============= ☆☆☆ ============

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com