Kamis, 25 Juli 2019

MELAYANI VS DILAYANI


Kamis, 25 Juli 2019

2 KORINTUS 4:7-15
MAZMUR 126:1-6
MATIUS 20:20-28

Matius 20:26-27
Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu 

Gereja Katolik menetapkan hari ini sebagai peata St Yakobus, Rasul dimana bacaan Injil mengisahkan bagaimana perjalanan iman Yakobus menjadi murid Yesus dan pernah meminta kedudukan di sisi Yesus. 

Memang demikianlah, 

Sebagian orang terobsesi menjadi yang terbaik, terbesar, terpopuler, terpintar, terkaya, terhebat, ter...ter...lainnya. 

Sifat tidak mau kalah dengan orang lain pada mulanya sih baik untuk memicu semangat melakukan yang terbaik sesuai kemampuan dirinya. 

Namun disisi lain, orang ini biasanya tidak bisa menerima "kekalahan" sebab prinsip pikirannya adalah nomor satu dan bukan nomor dua atau nomor berikutnya. 

Sikapnya cenderung pelit tak mau berbagi dengan orang lain terutama pada orang yang dianggapnya adalah saingannya dan menjadi sombong bila berhasil meraih nomor satu seperti yang ditargetkannya. 

Dunia menempatkan nomor satu adalah ukuran puncak kesuksesan. 

Kebiasaan cara-cara dunia menempatkan yang terbesar adalah yang terbaik dan cara ini bertolak-belakang dengan ajaran Yesus yang mengatakan: 

Lukas 9:46,48b 
Timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. dan Yesus berkata kepada mereka: "yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." 

Ke-12 murid Yesus bertengkar karena mau menjadi terbesar; demikian juga Ibu Yohanes dan Yakobus menginginkan kedua anaknya menjadi yang terbesar diantara para rasul lainnya. 

Bagaimana dengan anda? 

Selain kecenderungan menjadi nomor satu, hal lain adalah cenderung maunya dilayani daripada melayani orang lain. 

Seringnya minta dilayani maka akhirnya menuntut dilayani terus menerus dan hampir tidak pernah melayani orang lain. 

Melayani adalah memberi diri untuk orang lain sebagai ungkapan syukur  dan terimakasih kepada Tuhan yang telah memberkati hidupnya. 

Banyak yang salah mengerti pelayanan karena motivasinya untuk kepentingan diri sendiri. 

Misalnya: pelayanan dilakukan supaya ia dikenal banyak orang, atau popularitas dan seringkali dengan tujuan bisnis atau memasarkan produk kepada sesama team pelayanan bahkan kepada orang yang dilayaninya. 

Pelayanan atau melayani artinya bertindak sebagai pelayan yang melayani orang lain dengan merendahkan diri bahkan sampai rela berkorban diri. 

Filipi 2:8 
Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diriNya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. 

Matius 20:28 
sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawaNya menjadi tebusan bagi banyak orang. 

Inilah yang Tuhan kehendaki untuk kita lakukan pada orang lain yakni melayani dan bukan dilayani. 

Menjadi pelayan dan hamba itu fokusnya untuk melayani orang lain dan tidak ada untuk kepentingan diri sendiri kecuali untuk berbakti kepada Tuhan. 

Kolose 3:23 
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. 

Tidak mudah melayani untuk Tuhan sebab harus berjuang mengosongkan diri dari keinginan kedagingan dan memiliki hati yang penuh belas kasihan. 

Selagi masih ada kepentingan diri sendiri berarti kita belum mampu mengosongkan diri dari kedagingan (termasuk ego kita). 

Tidak perlu menghakimi pelayan/hamba Tuhan yang terlibat dalam pelayanan rohani yang belum sepenuhnya membuat dirinya kosong dari kedagingannya dan yang hatinya belum dikuasai belas kasih tetapi hendaknya lebih baik kita doakan dan mengarahkannya supaya mereka membenahi dirinya. 

Kita sebenarnya sudah tahu nasehat ini namun masalahnya kita sering lupa dan tidak serius melakukan pelayanan. 

Oleh sebab itu kita mesti bangun relasi intim dengan Tuhan agar kita mengenal dan memahami kehendak Tuhan lewat doa pribadi, bersaat teduh bersamaNya dan merenungkan SabdaNya. 

Dengan demikian kita mengalami suatu transformasi diri sepenuhnya dari semula berpusat pada pemenuhan diri sendiri yang maunya dilayani oleh orang lain dan sekarang kita mau memberi bahkan rela berkorban untuk melayani orang lain. 


Salam Kasih, 
Surya Darma 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com