Rabu, 18 Mei 2016

HIDUP SEPERTI UAP DAN LENYAP










Rabu, 18 Mei 2016 

Apakah arti hidupmu? 
Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu lenyap. 
                    (Yakobus 4:14)

Hampir dapat dipastikan setiap orang membuat perencanaan tentang masa depan hidupnya dan menginginkan hidup yang bahagia dan menyenangkan. 

Namun sayang, kenyataannya yang terjadi tidak seperti yang direncanakan semula dan hal ini terlihat bagaimana banyak orang mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Mengapa demikian? 

Ternyata salah satu penyebab kegagalan adalah tidak melibatkan Tuhan ketika membuat rencana hidup masa depan. 

Seringkali kita sangat dominan membuat rencana berdasarkan keinginan daging dan semata-mata untuk kepentingan tubuh dan jiwa saja sedangkan suara roh kita tidak didengarkan atau tidak peduli. 

Biasanya setelah rampung rencana kita maka barulah meminta Tuhan untuk menyetujui dan memberkati agar supaya rencana tersebut berhasil. 

Seharusnya pada tahap penyusunan rencana, hendaknya kita melibatkan Tuhan di dalam proses menentukan langkah-langkah apa yang akan kita perbuat di masa depan. 

Mula-mula kita sampaikan apa tujuan membuat perencanaan, lalu dengarkan tanggapan Tuhan dan disinilah peranan dari relasi intim kita dengan Tuhan akan menentukan sampai dimana kepekaan kita mendengar dan mengetahui sesuatu yang Tuhan kehendaki. 

Misalnya : 
Kita katakan kepada Tuhan bahwa kita akan mewartakan Firman Tuhan kepada salah satu komunitas rohani dan kita bawakan dalam doa seraya memohon hikmat tentang hal-hal apa saja atau pesan apa saja yang Tuhan inginkan kita sampaikan kepada komunitas tersebut. 

Proses mendengarkan Tuhan adalah sangat krusial menentukan penyusunan rencana materi pewartaan yang akan kita bawakan nanti di komunitas yang mengundang kita membawakan renungan atau khotbah. 

Begitu juga perencanaan lainnya yang kita lakukan melibatkan Tuhan sejak awal proses penyusunan rencana. 

Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita agar jangan melupakan Tuhan dalam perencanaan di segala aspek hidup kita. 

Ada beberapa hal yang diingatkan bila kita tidak melibatkan Tuhan dalam membuat perencanaan : 

Pertama 
Tidak tahu apa yang akan terjadi besok 

Yakobus 4:13-14a 
Jadi sekarang, hai kamu yang berkata: "Hari ini atau besok kami berangkat ke kota anu, dan di sana kami akan tinggal setahun dan berdagang serta mendapat untung", sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok

Orang yang mengejar hal-hal duniawi cenderung menderita penyakit lupa bahwa hidup itu adalah hari ini dan bukan untuk hari besok atau untuk hari kemarin

Dalam doa Bapa kami, Yesus katakan makanan atau rejeki hari ini yang kita perlukan dan bukan hari esok. 

Matius 6:11 
Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya. 

Setiap hari Tuhan memelihara kita dengan mencurahkan berkatNya dan seharusnya kita tidak perlu khawatir tentang hari esok namun seringkali kita tidak percaya dan menumpuk harta buat hari esok dan masa depan. 

Matius 6:34 
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. 

Ketika bangsa Israel di padang gurun diberi manna dari Surga setiap hari untuk makanan mereka dan manna tersebut tidak dapat disimpan buat besok. 

Keluaran 16:15-16, 20 
Musa berkata kepada mereka: 
"Inilah roti yang diberikan Tuhan kepadamu menjadi makananmu. Beginilah perintah Tuhan: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah jiwa." Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari padanya sampai pagi, lalu berulat dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah kepada mereka. 

Sekali lagi diingatkan bahwa kita hidup untuk hari ini dan bukan untuk hari esok atau hidup mengenang hari kemarin namun kita boleh membuat perencanaan hidup dengan melibatkan Tuhan di dalam proses perencanaan tersebut agar sesuai dengan rencana Tuhan. 

Kedua 
Mencerminkan kemegahan diri 

Yakobus 4:16 
Tetapi sekarang kamu memegahkan diri dalam congkakmu, dan semua kemegahan yang demikian adalah salah. 

Orang sukses cenderung percaya diri berlebihan (=over confidence) dan merasa telah berhasil memperoleh harta dan nama yang harum karena kehebatan dirinya; kepintaran dan kemampuan diri. 

Akibatnya, orang tersebut mengandalkan diri sendiri dan merasa tidak perlu Tuhan dilibatkan dalam proses perencanaan sebab yang penting adalah Tuhan ketuk palu menyetujui rencananya dan bantu dia supaya berhasil rencananya. 

Fenomena ini bisa dilihat dari statistik orang kaya atau orang sukses yang rajin beribadah/misa ke gereja dan yang aktif pelayanan gereja, dan yang melakukan tugas perutusan, tidak banyak. 

Ketiga 
Tahu tetapi tidak melakukan perbuatan baik berarti telah berdosa

Yakobus 4:17 
Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa

Ternyata termasuk dosa lho bila kita tahu segala sesuatu tentang kebaikan tetapi kita tidak melakukannya. 

Kecenderungan orang tidak mau repot dan tidak peduli kepada orang lain sebab yang menjadi prioritas adalah diri sendiri sehingga hatinya tidak tergerak untuk menolong orang lain. 

Perbuatan baik itu tidak hanya terbatas memberi uang dan harta saja tetapi bisa juga dalam bentuk perhatian, empati, nasehat, mendoakan, dan menegur orang lain yang berbuat salah / dosa. 

Sebab jika kita tahu perbuatan dosa orang lain tetapi kita diamkan saja dan tidak peduli dengan menasehati atau menegur supaya orang tersebut sadar dan berbalik kepada kebenaran maka kita berdosa menurut firman Tuhan ini. 

Dalam bacaan Injil hari ini terlihat para murid keberatan orang lain melakukan perbuatan baik dan seakan-akan hanya mereka saja yang boleh berbuat baik. 

Markus 9:38-39 
Kata Yohanes kepada Yesus: "Guru, kami lihat seorang yang bukan pengikut kita mengusir setan demi namaMu, lalu kami cegah orang itu, karena ia bukan pengikut kita." Tetapi kata Yesus: "Jangan kamu cegah dia! Sebab tidak seorangpun yang telah mengadakan mujizat demi namaKu, dapat seketika itu juga mengumpat Aku. 

Siapa saja hendaknya berbuat baik dan bukan monopoli dilakukan umat kristiani asalkan tujuannya untuk menolong orang dan bukan untuk kemuliaan diri sendiri .... monggo silahkan.berbuat baik. 

JADI, 

Jelaslah bahwa hendaknya kita sadari bahwa hidup di dunia ini sementara dan berkisar sekitar 70-80 tahun saja atau bila lebih dari itu adalah tambahan kesempatan untuk memperbaiki diri. 

Mazmur 90:10 
Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. 

Hidup itu singkat seperti uap air hanya sebentar saja lalu lenyap tak terlihat lagi maka apalah artinya hidup ini bila kita sia-siakan hanya untuk memuaskan hawa nafsu keinginan kedagingan saja dan mengabaikan roh kita kekeringan menjadi layu dan mati. 

Padahal saat kita mati maka hanya roh kita yang meninggalkan dunia ini yang mempertanggung-jawabkan segala perbuatan tubuh jasmani dan jiwa kita. 

Oleh sebab itu, semua perencanaan di dalam hidup hendaknya ber-orientasi kepada hal-hal kekekalan dan bukan hal-hal yang sementara sehingga kita amat sangat mengandalkan Tuhan memberi arah dan petunjuk kepada kita untuk berbuat sesuatu sesuai kehendak Tuhan supaya tidak melenceng dari rencana Tuhan atas diri kita

REFLEKSI DIRI 

Apakah aku ingat selalu bahwa hidup ini sangat singkat agar aku mengandalkan Tuhan dalam setiap rencanaku menuju hidup dalam kekekalan di Surga? 


Salam Kasih, 
Surya Darma 

============= ☆☆☆ ============

Kalender Liturgi Katolik 
Yohanes I 
Warna Liturgi : Hijau 

Yakobus 4:13-17 
Mazmur 49:2-3,6-11 
Markus 9:38-40  
BcO : 2 Korintus 3:7'-4:4 

============= ☆☆☆ ============

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com