Jumat, 20 Mei 2016

INGKAR JANJI







Jumat, 20 Mei 2016 

Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia. 
                          (Markus 10:9)

Penganten terlihat bahagia di pelaminan menebar senyuman di hadapan tamu undangan dalam resepsi pernikahan yang diadakan di ruangan pesta. 

Akan bahagiakah seterusnya di hari-hari berikutnya menempuh perjalanan hidup berkeluarga? ini fenomena yang terjadi pada penganten yang mengikat janji perkawinan sehidup semati di hadapan Pastor ketika diresmikan melalui Sakramen Perkawinan. 

Janji perkawinan merupakan janji sakral antara penganten dengan Tuhan Allah dan jangan pernah mengingkarinya sebelum dipanggil pulang oleh Tuhan. 

Yesus mengatakan hal ini bahwa tidak boleh ada perceraian bagi penganten dengan alasan apapun namun realitanya masih ada pengecualian yang dibuat oleh peraturan manusia. 

Markus 10:3-5 
Jawab Yesus kepada mereka: 
"Apa perintah Musa kepada kamu?" Jawab mereka: "Musa memberi izin untuk menceraikannya dengan membuat surat cerai." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. 

Gereja Katolik juga mengikuti ketentuan pengecualian dalam kondisi tertentu maka perceraian dapat terjadi meskipun pada dasarnya tidak boleh cerai namun tidak tegas atau tidak absolut. 

Padahal Yesus mengatakan bahwa dari pihak Allah tidak boleh ada perceraian tetapi dari pihak manusia, dalam hal ini dari Musa menetapkan boleh dengan syarat tertentu. 

Markus 10:5-8 
Kata Yesus kepada mereka: "Justru karena ketegaran hatimulah maka Musa menuliskan perintah ini untuk kamu. Sebab pada awal dunia, Allah menjadikan mereka laki-laki dan perempuan, sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu

Jaman sekarang ini tingkat perceraian masih cukup tinggi dimana berbagai alasan yang menjadi penyebab cerai, yang paling menonjol adalah karena perselingkuhan dan kekerasan dalam rumah-tangga (=kdrt). 

Disamping itu masih banyak keluarga yang berantakan meskipun mereka tidak cerai namun keutuhan keharmonisan keluarga seperti fatamorgana dan hanya pertobatan dan kemauan untuk bangun kembali rumahtangga saja yang dapat menyelamatkan keluarga mereka. 

Jika seseorang tidak menghormati Allah maka ia tidak takut kepada Allah sebab yang ia takutkan adalah dirinya miskin dan tidak dapat menikmati kesenangan duniawi sehingga ia memilih untuk mengingkari janji perkawinan daripada meninggalkan hawa nafsunya. 

Bukan hanya janji perkawinan yang dia ingkari tetapi janji iman percaya juga bahkan hidupnya bergelimangan dosa sebab baginya hidup di dunia adalah segala-galanya dan tidak percaya akan ada hidup kekal di Surga. 

Sangat disayangkan bila ada umat katolik berpandangan demikian. 
Jadi apalah artinya di mulut mengakui percaya kepada Tuhan tetapi sikap dan perbuatannya menjalani hidup dengan mengingkari Tuhan. 

Lebih baik dia katakan tidak percaya daripada bilang percaya tetapi ingkar janji sebab ia akan menerima hukuman. 

Yakobus 5:12 
Tetapi yang terutama, saudara-saudara, janganlah kamu bersumpah demi sorga maupun demi bumi atau demi sesuatu yang lain. Jika ya, hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak, supaya kamu jangan kena hukuman. 

Begitu juga saat berjanji sehidup semati dalam perkawinan hendaknya jangan sampai ingkar janji maka hukumannya akan membuat keluargamu berantakan. 

Ada benang merah antara perkawinan sesama manusia dengan pengakuan iman percaya kepada Yesus. 

Dalam Alkitab disebutkan bahwa orang yang percaya kepada Yesus adalah penganten/mempelai wanita dan Yesus adalah penganten/mempelai pria. 

Contohnya: 
perumpamaan tentang gadis bijaksana dan gadis bodoh menyongsong mempelai laki-laki (Matius 25:1-13) menjelaskan tentang hal ini. 

Kitab Hosea menggambarkan hubungan Allah dengan umat Israel yang diwakili keluarga Hosea dalam ikatan keluarga Allah dimana istri Hosea selingkuh padahal ia tadinya seorang pelacur yang dinikahi Hosea dan ternyata khianati dia. 
(baca Hosea 1:2-9 dan pasal 2). 

JADI, 

Perkawinan itu sangat sakral dan jangan dianggap remeh dan seenaknya ingkar janji perkawinan sebab berkaitan erat dengan hubungan kita dengan Tuhan. 

Pada saat kita mengakui Yesus dan di baptis berarti kita mengikat diri dalam keluarga Allah yang Kudus. 

Seperti halnya kita mengakui pasangan dalam sakramen perkawinan berarti kita mengikat diri dalam keluarga bersama dengan pasangan hidup kita. 

Oleh sebab itu karena sudah terikat dalan perjanjian nikah maka tidak boleh dicerai atau dibatalkan. 

Seharusnya hal ini sudah dimengerti oleh pasangan penganten yang menikah dan jangan belagak kagak tahu atau pura2 lupa sebagai alasan pembenaran diri mau bercerai bahkan ditambah bumbu penyedap lainnya dengan menjelekan pasangan hidup. 

Sekali janji dalam sakramen perkawinan jangan pernah dibatalkan dan juga sekali dibaptis menjadi keluarga katolik maka jangan pernah mengingkari janji iman. 

REFLEKSI DIRI 

Apakah kesetiaanku kepada pasangan hidupku masih terjalin dalam ikatan janji perkawinan dan sekaligus  janji imanku kepada Yesus tetap kupegang teguh? 


Salam Kasih, 
Surya Darma 

============= ☆☆☆ ============

Kalender Liturgi Katolik 
Bernardinus dr Siena 
Warna Liturgi : Hijau 

Yakobus 5:9-12 
Mazmur 103:1-4,8-12 
Markus 10:1-12 
BcO : 2 Korintus 5:1-21 

============= ☆☆☆ ============

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com