Kamis, 27 Agustus 2015

ORANG FARISI DAN AHLI TAURAT (2)











Shalom,
Bacaan hari Rabu 26 Agustus 2015 menurtu kalender liturgi katolik :
1 Tesalonika 2:9-13
Matius 23:27-32
Mazmur 139:7-12
Bacaan Injil Matius hari ini masih mengenai orang farisi dan ahli taurat,
dan kali ini Yesus menegur mereka dalam hal :
A. Sikap Kepalsuan
Matius 23:27-28
celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur
putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang
sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar
di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan
dan kedurjanaan.
kuburan = batu nisan = bongpay
di bagian dalam kuburan diletakkan peti orang mati atau jenazah orang
semakin lama akan semakin rusak dan akan tinggal tulang belulang.
di bagian luar kuburan, mau diperindah atau diperbesar bisa saja agar
terlihat bersih dan bagus.
namun bagaimanapun megahnya bagian luar kuburan / bongpay
tidak dapat dipungkiri bahwa semua itu hanya dimaksudkan untuk
menutupi bagian dalam kuburan / bongpay yang sudah rusak.
Yesus mengumpamakan sikap orang farisi dan ahli taurat seperti halnya
kuburan tersebut diatas;
bagian luar atau penampilan luar memperlihatkan sikap yang baik
tetapi bagian dalam yaitu di dalam pikiran dan hatinya menyimpan
sifat yang tidak baik atau sifat yang jahat, semata-mata untuk memuaskan
keinginan kedagingan yang dipenuhi oleh hawa nafsu duniawi.
bagian dalam bahkan bagian terdalam dari diri seseorang
hanya diketahui oleh orang tersebut dan diketahui oleh Tuhan.
tidak ada orang lain selain dirinya sendiri yang tahu persis
apa kata hati dan pikirannya jika ia tidak katakan.
perlu disadari bahwa meskipun orang lain tidak tahu persis apa yang
terkandung di dalam diri seseorang tetapi perilaku / tingkah-laku dan
perbuatan yang ia lakukan akan terlihat oleh orang lain pada akhirnya.
sebab seringkali seseorang itu sangat mahir menyembunyikan maksud
dan tujuan suatu perbuatan yang dilakukannya tetapi percayalah
suatu ketika PASTI akan terlihat jelas oleh orang lain.
kenapa bisa begitu ?
karena pada umumnya manusia itu cenderung :
- mau dipuji oleh banyak orang
- mau dinyatakan sebagai orang yang baik hati, murah hati dsbnya
- mau dinyatakan sebagai orang terhebat, terkaya, ter . .  ter ... lainnya
- mau menguasai semuanya untuk dirinya saja dan orang lain tidak boleh
- mau membangun dinasti bisnis dan keluarga dan ia sebagai raja dinasti

dan masih banyak maunya yang lain sehingga orang lain akan ketahui
bahwa semua perbuatan yang dikerjakannya ternyata untuk mencapai
kemuliaan dirinya sendiri sedangkan perbuatannya seolah-olah baik
untuk kepentingan orang lain adalah sarana untuk mencapai tujuannya.
berulang-kali Yesus sangat keras mengecam dan menegor perilaku dari
orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat tetapi mereka bukannya sadar dan
bertobat bahkan semakin memusuhi Yesus bahkan bermaksud untuk
membunuh Yesus dan akhirnya memang tercapai tujuan mereka yaitu
menyalibkan Yesus.
seperti itulah trick dan strategi orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat
yang dicontoh oleh orang lain dari satu generasi ke generasi berikutnya
dan sampai ke generasi sekarang ini bahkan akan terus berlanjut
sampai hari kesudahan tiba saatnya.
mari intropeksi diri kita sendiri,
apakah pikiran dan hati masih menyimpan kebusukan
yang baunya sangat tidak disukai oleh Tuhan?
Yesaya 1:13
jangan lagi membawa persembahanmu yang tidak sungguh, sebab
baunya adalah kejijikan bagi-Ku. Kalau kamu merayakan bulan baru
dan sabat atau mengadakan pertemuan-pertemuan, Aku tidak tahan
melihatnya, karena perayaanmu itu penuh kejahatan.
persembahan = perbuatan yang kita lakukan
jadi perbuatan baik yang kita lakukan seharusnya adalah perbuatan
semurni-murninya yang dilandasi oleh belas kasihan dan tidak ada
setitik nila terselip tujuan untuk kepentingan diri sendiri yang seringkali
ingin dipuaskan oleh keinginan kedagingan.
setitik nila itu bisa berupa kemunafikan seperti orang farisi bahkan
seringkali tujuan seseorang berbuat baik supaya Tuhan membalas
kebaikan yang dilakukannya dengan memberikan rejeki berlimpah
bagi dirinya.
Tuhan tahu kemurnian hati kita tatkala berbuat suatu kebaikan, ingatlah!
Yesaya 1:15
apabila kamu menadahkan tanganmu untuk berdoa,
Aku akan memalingkan muka-Ku, bahkan
sekalipun kamu berkali-kali berdoa, Aku tidak akan mendengarkannya,
sebab tanganmu penuh dengan darah.
segeralah bertobat !
kepada orang lain, bisa berdalih dan menutupi kebusukan
tetapi kepada Tuhan, jangan pernah mencoba menutupinya.
Yesaya 1:16
basuhlah, bersihkanlah dirimu, jauhkanlah perbuatan-perbuatanmu
yang jahat dari depan mata-Ku.
Berhentilah berbuat jahat, Belajarlah berbuat baik
.
B.  Sikap Kepura-puraan
Matius 23:29-30
celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu
orang-orang munafik, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan
memperindah tugu orang-orang saleh dan berkata: Jika kami hidup
di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka
dalam pembunuhan nabi-nabi itu
.
orang-orang farisi dan ahli-ahli taurat mengatakan bahwa :
seandainya mereka hidup di jaman ketika terjadi pembunuhan nabi-nabi
maka mereka tidak akan ikut membunuh para nabi tersebut.
Yesus tahu sikap kepura-puraan mereka seakan-akan mereka baik
kepada para nabi padahal kenyataannya justru mereka membunuh
siapa saja yang tidak sejalan dengan ajaran mereka.
Yesus menelanjangi kepura-puraan mereka dengan mengatakan
bahwa mereka adalah keturunan pembunuh para nabi yang adalah
nenek moyang mereka....

Matius 23:31-32
tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri,
bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!
orang yang berpura-pura memang seperti itu perilakunya untuk
menutupi kebusukan dirinya.
ia tahu koq dirinya bersalah tetapi ia berusaha keras untuk menutupinya
dengan cara membungkamkan orang lain supaya tidak menyebarkan
kepada khalayak ramai (=masyarakat).
sikap kepura-puraan ini hampir mirip dengan sikap kepalsuan
sikap kepura-puraan bertujuan menutupi kesalahan/kelemahan dirinya
sikap kepalsuan bertujuan mencapai sesuatu yang diinginkannya
keduanya memakai berbagai cara berbohong, menipu orang lain
dengan menampilkan seolah-olah benar dan berbuat kebaikan.

Semoga bacaan Injil hari ini semakin memurnikan diri kita dari segala
sikap kepalsuan dan sikap kepura-puraan yang sangat tidak berkenan
bagiTuhan dan sebaiknya lebih baik pikiran dan hati kita bersih supaya
sikap dan perbuatan kita betul-betul menyejukan orang lain dan
berkenan di mata Tuhan.
1 Tesalonika 2:11-12
kamu tahu, betapa kami, seperti bapa terhadap anak-anaknya, telah
menasihati kamu dan menguatkan hatimu seorang demi seorang, dan
meminta dengan sangat, supaya kamu hidup sesuai dengan kehendak
Allah, yang memanggil kamu ke dalam Kerajaan dan kemuliaan-Nya.


Salam Kasih,
Surya Darma

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com