Kamis, 24 September 2020

KESIA-SIAANKAH HIDUP INI?






KAMIS, 24 SEPTEMBER 2020
 
PENGKHOTBAH 1:2-11 
 
Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia. Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar. 
 
MAZMUR 90:3-6,12-14,17 
 
Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setiaMu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami. Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu. 
 
LUKAS 9:7-9 
 
Herodes cemas mendengar segala hal tentang Yesus lakukan sebab itu ia mau bertemu dengan Yesus. 
 
RENUNGAN 
 
Kitab Pengkhotbah hari ini mengisahkan tentang segala sesuatu adalah sia-sia, sepertinya sangat pesimis sekali, tetapi benarkah demikian? 
 
Mari kita simak apa yang dimaksud oleh kitab Pengkhotbah bahwa segala sesuatu adalah sia-sia. 
 
Di satu sisi, kita melihat bahwa sifat dan perilaku manusia tidak berubah dari dulu sampai saat ini bahkan masa mendatang, misalnya iri hati, benci, dendam, marah, egois, sombong, tipis sekali memiliki hati yang berbelas-kasih kepada orang lain, dan masih banyak sifat jelek lainnya. 
 
Dalam bacaan Injil kita saksikan Herodes cemas mendengar perbuatan Yesus yang menggemparkan melalui pengajaran dan mukjizat sehingga nama Yesus populer dan dicari banyak orang. 
 
Memang tidak dituliskan di Injil Lukas, mengapa Herodes cemas terhadap Yesus tetapi kita dapat menyimpulkan bahwa Herodes merasa tersaingi oleh Yesus, sama seperti orang Farisi dan ahli Taurat. 
 
Di jaman sekarang ini sifat cemas seperti Herodes melihat orang lain lebih hebat daripada dirinya masih banyak terjadi sebab menyembunykan iri hati kepada popularitas seseorang, terlebih bila orang itu dari latar belakang keluarga biasa saja atau dia kenal siapa orang itu; mungkin teman sekolah, teman sekampung, dsb. 
 
Seperti yang Yesus katakan bahwa nabi tidak dihormati di tempatnya berasal itu berlaku sampai sekarang ini. 
 
Kedua alasan ini yakni meremehkan asal usul orang lain dan iri hati terus terulang kembali dari satu generasi ke generasi berikut ya dan hal semacam inilah yang dimaksudkan kitab Pengkhotbah adalah kesia-siaan belaka. 
 
Pengkhotbah 1:11 
Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya 
 
Kita seharusnya belajar dari kejadian di masa lalu agar tidak mengulangi hal-hal keliru atau kesalahan di masa lalu dan kita perbaiki di masa sekarang ini. 
 
Namun sayangnya hampir tidak ada yang berusaha memperbaiki sifat masa lalu dan terus saja sifat iri hati, sombong, dan sifat jelek lainnya bercokol di hati orang. 
 
Kitab Amsal memperingatkan kita agar buang jauh-jauh sifat jelek dari hati kita. 
 
Amsal 6:16-19 
Enam perkara ini yang dibenci Tuhan, bahkan, tujuh perkara yang menjadi kekejian bagi hatiNya: mata sombong, lidah dusta, tangan yang menumpahkan darah orang yang tidak bersalah, hati yang membuat rencana-rencana yang jahat, kaki yang segera lari menuju kejahatan, seorang saksi dusta yang menyembur-nyemburkan kebohongan dan yang menimbulkan pertengkaran saudara. 
 
Sumber masalah menimbulkan konflik diantara kita adalah seperti dikatakan dalam Amsal 6:16-19 tersebut, termasuk dalam pelayanan rohani, terjadi konflik tersembunyi maupun konflik terbuka. 
 
Bedanya hanya di permukaan terlihat akur seperti tidak terjadi konflik demi jaim alias jaga image padahal di dalamnya walah kacau balau. 
 
Kesemua sifat jelek itu didorong oleh kedagingan kita sehingga pengendalian diri sangat penting kita lakukan. 
 
Rasul Paulus mengungkapkan bahwa di dalam diri kita ada dua keinginan yakni keinginan daging dan keinginan roh yang setiap kali berperang memperebutkan dominasi di dalam diri kita. 
 
Roma 7:21-23 
Demikianlah aku dapati hukum ini: jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku. Sebab di dalam batinku aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku aku melihat hukum lain yang berjuang melawan hukum akal budiku dan membuat aku menjadi tawanan hukum dosa yang ada di dalam anggota-anggota tubuhku. 
 
Hidup kita menjadi sia-sia jika kita tidak dapat mengendalikan keinginan daging sehingga keinginan roh dipadamkan. 
 
Artinya kita tidak lagi suka hukum Allah sehingga kita tidak tahu kebenaran Allah karena kita tidak mau membaca Firman Tuhan tertulis di Alkitab. 
 
Kita bisa lihat orang-orang yang fokusnya adalah segala hal duniawi dan acuh tak acuh alias masa bodoh hal-hal rohani. 
 
Maka tidak salah bila kitab Pengkhotbah mengatakan segala sesuatu sia-sia bila kita hidup dalam kedagingan dan abaikan hidup dalam kebenaran Allah. 
 
 
Salam Kasih, 
Surya Darma 
renunganpdkk.blogspot.co.id 
https://renunganhariankatolik.video.blog 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com