Senin, 28 September 2020

SIAPAKAH AKU INI DI HADAPAN TUHAN





SENIN, 28 SEPTEMBER 2020
 
AYUB 1:6-22 
 
Tuhan ijinkan Iblis untuk mencobai Ayub yakni anak-anak Ayub mati karena angin merobohkan rumah di saat mereka pesta dan kambing domba mati oleh api dari langit serta lembu dan keledai dijarah. 
 
MAZMUR 17:2-3,6-7 
 
Dengarkanlah, Tuhan, perkara yang benar, perhatikanlah seruanku; berilah telinga akan doaku, dari bibir yang tidak menipu. Dari padaMulah kiranya datang penghakiman: mataMu kiranya melihat apa yang benar. 
 
Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur. 
 
LUKAS 9:46-50  
 
Murid-murid Yesus bertengkar mengenai siapakah yang terbesar diantara mereka. 
Yesus mengatakan bahwa barangsiapa menyambut Aku berarti ia menyambut Dia yang mengutus Aku. 
 
RENUNGAN 
 
Bila kita meluangkan waktu sejenak maka kita akan sadar diri bahwa sesungguhnya siapakah aku ini di hadapan Tuhan? 
 
Meluang waktu sejenak haruslah setiap hari supaya meresap sampai ke sanubari hati kita dan terpatri di pikiran kita bahwa sesungguhnya kita hanyalah debu tanah yang diberi nafas oleh Tuhan dan diberi Anugerah akal budi sehingga kita bisa hidup bermartabat dibandingkan dengan mahluk hidup ciptaan Tuhan lainnya. 
 
Pergunakanlah akal budi sebaik-baiknya agar pikiran kita dipenuhi Firman Tuhan supaya dapat menentukan langkah hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. 
 
Berilah makanan rohani agar hati kita semakin jernih dipenuhi kasih sehingga dengan hati berbelas kasihan maka kita dimanpukan mengasihi sesama dan terlebih mengasihi Tuhan Allah. 
 
Jika kita tidak menjaga pikiran dan hati kita seperti yang dikehendaki Tuhan maka akibatnya: 
 
pikiran kita dipenuhi pikirn dunia yang mengandalkan pengetahuan dunia dan hikmat dunia sedangkan hati kita makin tipis memiliki kasih sehingga sulit sekali berbelas kasihan kepada orang lain. 
 
Tidak heran bila timbul pikiran negatif dan hati yang kotor dipengaruhi hawa nafsu kedagingan yang merusak jiwa manusia menjadi budak nafsu dan budak dosa. 
 
Apa yang terjadi pada murid-murid Yesus bertengkar meributkan siapakah yang terbesar diantara mereka adalah contoh pikiran yang dikuasai pikiran dunia yang memang berambisi menjadi yang terkaya, terhebat, dan ter...ter... lainnya. 
 
Lukas 9:40 
Maka timbullah pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapakah yang terbesar di antara mereka. 
 
Padahal seharusnya saling melengkapi satu dengan lainnya di dalam pelayanan rohani dan bukan menjadi terbesar atau terhebat, atau terpopuler. 
 
Lihat saja sekarang ini bagaimana sikap orang yang terlibat dalam pelayanan itu masih saja seperti yang kita baca Injil hari ini, pertengkaran murid murid Yesus. 
 
Bedanya sekarang ini lebih canggih lebih bisa menutupi dengan baik seakan-akan akur dan harmonis padahal didalamnya bikin malu dan tidak pantas di hadapan Tuhan berperilaku demikian. 
 
Apa sih yang dibanggakan; apakah nama baik, popularitas, harga diri, ataukah uang untuk tujuan bisnisnya? 
 
Orang seperti ini terlibat dalam pelayanan akan menerima akibatnya kemudian hari sebab saat ini terlihat baik-baik saja tetapi jangan menyesal jika pelayanannya tidak diperhitungkan Tuhan. 
 
Matius 7:21 
Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu yang di sorga. 
 
Menjadi terbesar ataupun terkecil dalam pelayanan adalah tidak penting sebab yang terpenting adalah ketulusan hati memberikan pelayanan atas dasar kasih sebagai ungkapan syukur kepada Tuhan yang telah mengasihi kita. 
 
Contohlah Ayub yang dipuji Tuhan karena kesalehannya sehingga disaat mengalami kesusahan, Ayub menerima penderitaan sebab Ayub tahu bahwa Tuhan mengasihi dirinya dan akan menolong dirinya. 
 
Ayub 1:21 
kata Ayub: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!" 
 
Ini ungkapan syukur Ayub kepada Tuhan sehingga harta dunia dan ikatan batin dengan anak-aaknya tidak sampai dirinya terikat olehnya sehingga disaat semua itu hilang tetapi Ayub menerima. 
 
Pertanyaannya adalah: 
Apakah kita bisa bersikap seperti Ayub?
 
Pada umumnya kebanyakan orang akan bersikap seperti isteri Ayub yang tidak bisa menerima kenyataan dirinya susah dan merasa Tuhan tidak menolongnya sehingga kecewa, marah pada Tuhan. 
 
Ayub 2:9-10 
Maka berkatalah isterinya kepadanya: "Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!" Tetapi jawab Ayub kepadanya: "Engkau berbicara seperti perempuan gila! Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dengan bibirnya. 
 
Kesadaran diri itu aangat menentukan sikap kita menghadapi penderitaan sebab kita menyadari bahwa siapakah kita ini di hadapan Tuhan sehingga kita merasa ada hak menuntut Tuhan untuk menolong kita dan kecewa, ngambek, atau marah kepada Tuhan dengan cara tidak mau lagi beribadah kepadaNya, bahkan tidak mau beriman percaya lagi kepada Tuhan !!! 
 
SADAR DIRI DONG !!! 
 
Apalagi karena kedosaan kita sehingga Yesus mengorbankan diri untuk menebus dosa dan menyelamatkan kita bahkan memberikan Anugerah hidup kekal di Sorga, hayo mau bagaimana lagi Tuhan itu menunjukkan kasihNya pada kita. 
 
 
Salam Kasih, 
Surya Darma 
renunganpdkk.blogspot.co.id 
https://renunganhariankatolik.video.blog 

1 komentar:

Anonim mengatakan...

makasih renungan yg memberi inspirasi. GBU

Posting Komentar

Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com