Kamis, 22 September 2016
Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak
terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas
mendengar.
(Pengkhotbah 1:8)
Membaca kitab Pengkhotbah terkesan
nadanya pesimis, tidak bersemangat, mudah berkeluh-kesah dan putus-asa.
Siapa sih penulis kitab
Pengkhotbah?
Meskipun masih dalam perdebatan
siapakah sesungguhnya penulis kitab Pengkhotbah namun menurut tafsiran Yahudi
tradisional penulisnya adalah raja Salomo (anak raja Daud) yang terkenal
sebagai raja paling berhikmat, bahkan Allah berkenan memberikan hikmat kepada
Salomo.
1 Raja 3:12
maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai
dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang
penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun
seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau.
wow...berarti orang paling berhikmat di
dunia ini adalah Salomo.
Jika kita cermati isi kitab Pengkhotbah
mengungkapkan dinamika kehidupan manusia di dunia ini; ada saat gembira, ada
saat sedih, ada saat tertawa, ada saat menangis, ada yang mati, ada yang baru
lahir, ada si kaya, ada si miskin dan pokok e menggambarkab situasi hidup
manusia penuh suka dan duka.
Hampir sebagian besar isinya berupa
realita hidup manusia sehari-hari dan ternyata sejak dahulu kala sampai hari
ini gambaran nyata hidup manusia tidak berubah menurut Pengkhotbah.
Pengkhotbah 1:9-10
Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan
apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah
matahari. Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru!"?
Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada.
Benarkah demikian?
coba kita telusuri, misalnya model
baju, tas,sepatu, atau barang-barang sandang akan ada siklus pengulangan dimana
model sekian tahun silam yang digemari banyak orang, akan muncul kembali
setelah puluhan tahun nanti.
Hampir sebagian besar memang terjadi pengulangan
dan yang baru muncul adalah penyempurnaan dari yang dulu.
Yang tidak berubah adalah sifat dan
sikap manusia, sejak awal mula Adam sampai hari ini dan mungkin yang akan
datang, masih saja menonjolkan ego kepentingan diri sendiri dan sulit mau
berbagi dengan orang lain yang bukan keluarganya sebab perbuatannya selalu di
kalkulasi apakah ada manfaat untuk dirinya atau malah merepotkan dirinya.
Ada kecenderungan lain dari sifat kita
manusia yaitu banyak memikirkan masa depan nanti bagaimana hidup kita.
Sejak masih kecil sudah dikasih tahu
sama orangtua bahwa harus belajar yang rajin supaya jadi orang pinter dan dapat
banyak duit.
Akibatnya, kita tidak hidup untuk hari
ini tetapi dibayang-bayangi bagaimana hidup hari esok, minggu depan, sebulan
lagi atau setahun lagi, bahkan untuk hidup beberapa tahun mendatang.
Semua harus dipersiapkan terutama duit
dan harta kekayaan.
Asalkan banyak duit, biarpun tamatan
SMU tetapi asalkan orangtuanya kaya dan banyak pabrik/perusahaan maka bisa
memperkerjaan orang lain yang gelarnya S1,S2,S3 bahkan profesor juga bekerja
dibawah perusahaan bapaknya.
Manusia terobsesi tentang hidup di masa
depan dan tidak hidup untuk hari ini padahal kita tidak tahu apakah esok hari
masih hidup?
Yakobus 4:14
sedang kamu tidak tahu apa yang akan
terjadi besok. Apakah arti hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang
sebentar saja kelihatan lalu lenyap.
Ada orang mempersiapkan masa depan
dengan bekerja siang-malam sampai tidur hanya 3-4 jam saja dan tidak ada waktu
buat anak-isteri, apalagi ke gereja wah, maaf tidak ada waktu.
Nanti kalau sudah kena sakit lever,
sakit stroke, sakit ginjal, sakit jantung, dsbnya ia berusaha keras supaya bisa
sembuh dan akhirnya duit-harta bisa ludes buat biaya pengobatan.
Sungguh sebuah ironi yang terjadi pada
manusia; sebelum sakit, bekerja keras sampai melupakan kesehatan demi mencapai
ambisi mengumpulkan harta buat masa depan.
Setelah sakit kronis menerpa tubuhnya,
harta dunia yang dikumpulkan dengan susah-payah digunakan untuk kesehatan
tubuhnya......
Pengkhotbah 1:2-3
Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah,
kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia. Apakah gunanya manusia
berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?
artinya adalah bekerjalah sewajarnya
untuk keperluan hidup.
masalahnya seberapa banyak keperluan
hidup seseorang?
Yesus mengajarkan doa Bapa kami kepada
kita supaya sadar bahwa kita memerlukan makanan secukupnya untuk hari ini dan
tidak untuk esok hari.
Matius 6:11
Berikanlah kami pada hari ini makanan
kami yang secukupnya.
Umat Israel di padang gurun diberi
makanan berupa manna/roti yang turun dari langit hanya dapat dimakan untuk hari
ini dan umat Israel coba-coba menyimpan manna/roti dan ternyata esok hari
manna/roti itu busuk.
Keluaran 16:15-16,18-20
Musa berkata kepada mereka: "Inilah
roti yang diberikan Tuhan kepadamu menjadi makananmu. Beginilah perintah
Tuhan: Pungutlah itu, tiap-tiap orang menurut keperluannya; masing-masing kamu
boleh mengambil untuk seisi kemahnya, segomer seorang, menurut jumlah
jiwa." Ketika mereka menakarnya dengan gomer, maka orang yang
mengumpulkan banyak, tidak kelebihan dan orang yang mengumpulkan sedikit, tidak
kekurangan. Tiap-tiap orang mengumpulkan menurut keperluannya. Musa berkata
kepada mereka: "Seorangpun tidak boleh meninggalkan dari padanya sampai
pagi." Tetapi ada yang tidak mendengarkan Musa dan meninggalkan dari
padanya sampai pagi, lalu berulat dan berbau busuk. Maka Musa menjadi marah
kepada mereka.
artinya mereka khawatir,
apakah manna/roti yang mereka dapat
hari ini akan mereka peroleh esok hari padahal sudah jelas Allah berjanji bahwa
setiap hari manna/roti akan diberikan.
Kita manusia itu tidak percaya pada
janji dan baru percaya bila sudah melihat dan dapat dipegang padahal Tuhan
Allah tak pernah ingkar janji, justru kita manusia selalu ingkar janji.
Pertanyaannya :
Mengapa kita tidak bisa hidup untuk
hari ini tetapi hidup untuk masa depan atau hidup untuk masa lalu?
Pengkhotbah mengatakan :
Kenang-kenangan dari masa lampau tidak
ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak akan ada
kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya. (Pkh 1:11).
artinya kita hidup untuk hari
ini.
jika kita hidup untuk hari kemarin atau
hidup untuk masa lalu maka kita hidup menengok ke belakang; apakah itu hal yang
menyenangkan maupun hal yang menyakitkan di sepanjang hari ini.
jika kita hidup untuk hari esok atau
hidup untuk masa depan maka kita hidup tidak realistis sebab kita membayangkan
sesuatu yang belum terjadi; apakah itu berupa kekhawatiran maupun angan2 hidup
senang di esok hari.
Seperti umat Israel di padang
gurun,
tidak hidup untuk hari ini dimana
mereka membayangkan betapa enaknya makan daging karena bosan makan manna/roti
setiap hari....
Bilangan 11:4-6
Orang-orang bajingan yang ada di antara
mereka kemasukan nafsu rakus; dan orang Israelpun menangislah pula serta
berkata: "Siapakah yang akan memberi kita makan daging? Kita teringat
kepada ikan yang kita makan di Mesir dengan tidak bayar apa-apa, kepada
mentimun dan semangka, bawang prei, bawang merah dan bawang putih. Tetapi
sekarang kita kurus kering, tidak ada sesuatu apapun, kecuali manna ini saja
yang kita lihat."
Bukan saja membayangkan makan daging tetapi
menyalahkan Tuhan yang memberikan mereka makan manna/roti setiap hari.
cilakanya mereka mengarang cerita bahwa
semasa di Mesir, mereka makan ikan, semangka, mentimun, secara gratis padahal
selama di Mesir mereka itu kerja rodi jadi budak orang Mesir dan tentu sebagai
budak, tidak mendapat makanan enak dan seringkali tidak diberi makan.
Demikian juga sikap kita bila tidak
hidup untuk hari ini maka tidak ada ucapan terimakasih dan bersyukur atas apa
yang telah kita makan, kita terima rejeki dan berkat Tuhan yang telah kita
terima.
Sebab kita hidup dalam mimpi yang
berangan-angan hidup senang di hari esok dan di masa depan yang belum tentu
kita diberi kesempatan untuk dapat menikmati apa yang kita bayangkan.
Ada banyak sharing pengalaman hidup
orang kaya yang begitu hebatnya dapat kumpulkan harta dunia yang banyak namun
hari ini ia tidak dapat menikmati makanan enak karena penyakit diabetes atau
penyakit lainnya.
Yang dia makan setiap hari adalah
berbagai macam obat-obatan...duilah, kasihan sekali, sungguh menyedihkan orang
yang hidup bukan untuk hari ini tetapi terobsesi hidup untuk hari esok.
Pengkhotbah 2:24-25
Tak ada yang lebih baik bagi manusia
dari pada makan dan minum dan bersenang-senang dalam jerih payahnya.
Aku menyadari bahwa inipun dari tangan
Allah. Karena siapa dapat makan dan merasakan kenikmatan di luar Dia?
Sekali lagi diingatkan,
HIDUPLAH UNTUK HARI INI
Jangan sampai bercapek-lelah bekerja
mengumpulkan harta dunia tetapi malah mengabaikan kesehatan dan rohaninya maka
cobalah renungkan ayat berikut ini
Pengkhotbah 6:1-2
Ada suatu kemalangan yang telah kulihat
di bawah matahari, yang sangat menekan manusia: orang yang dikaruniai Allah
kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya,
tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan
orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.
Akan tetapi janganlah berpikiran bahwa
lebih baik kerja santai saja dapat duit buat makanan hari ini saja dan tidak
perlu menabung sebab katanya besok belum tentu hidup atau besok pasti ada roti
dikirim Tuhan seperti umat Israel saat di padang gurun.
Tidak seperti itu dong maksudnya.
Penekanannya ada pada kekhawatiran akan
hari esok, yang membuat seorang terobsesi hidup untuk hari esok dan tidak hidup
untuk hari ini.
Yesus mengingatkan kita bahwa :
Matius 6:34
Sebab itu janganlah kamu kuatir akan
hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari
cukuplah untuk sehari.
Sebaliknya, janganlah kita terbenam
oleh kesusahan di hari kemarin atau di masa lalu sehingga hari ini kita hidup
seperti orang bengong/bingung, putus-asa, kehilangan semangat, bermuram
saja.
Toch, Yesus barusan bilang,
kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari
jika masalah kemarin belum tuntas, ya
bawalah ke Yesus dan jangan dipegang terus itu masalah tetapi serahkan pada
Yesus dan yakinlah Yesus akan tolong.
Matius 11:28
Marilah kepadaKu, semua yang letih lesu
dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Mazmur 55:23
Serahkanlah kuatirmu kepada Tuhan, maka
Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkanNya orang benar
itu goyah.
Kesalahan hari kemarin, mari kita minta
Tuhan ampuni dan hari ini kita hidup sebagai manusia baru yang menjalani hidup
bersama dengan Tuhan.
Seperti Zakheus bertobat dan Yesus
katakan :
Lukas 19:9
Kata Yesus kepadanya: "Hari ini
telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang inipun anak
Abraham.
Nikmatilah hari ini dengan hati gembira
dan mengucap syukurlah atas hari ini sebab kita masih diberi nafas untuk hidup
hari ini ....
Mazmur 90:14
Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan
kasih setiaMu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari
kami.
REFLEKSI DIRI
Ya Tuhanku,
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami
sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana (Mazmut 90:12)
Salam Kasih,
Surya Darma
============= ☆☆☆ ============
Kalender Liturgi Katolik
Hari Biasa Pekan XXV
Warna Liturgi : Hijau
Pengkhotbah 1:2-11
Mazmur 90:3-6,12-14,17
Lukas 9:7-9
BcO : Tobit 6:1-17
============= ☆☆☆ ============
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan ketik komentar Anda atau mungkin membutuhkan doa dan konseling, ke alamat email saya : surya.pdkk@gmail.com